Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Fakta Delirium, Perubahan Mental Mendadak pada Lansia

ilustrasi gejala delirium (wexnermedical.osu.edu)

Delirium adalah perubahan mendadak pada kondisi mental seseorang. Kondisi ini mengakibatkan seseorang menjadi kesulitan untuk berpikir, mengingat, fokus, dan banyak lagi. Beberapa orang dengan delirium juga menjadi mengantuk dan pendiam, sementara yang lain bisa menjadi gelisah. Kondisi ini juga bisa menyebabkan fluktuasi tingkat kesadaran bagi penderitanya. 

Delirium bisa terjadi karena penuaan, obat-obatan tertentu, penarikan alkohol, dan kondisi medis yang mendasarinya. Menurut artikel yang ditulis pada tahun 2013, ada hubungan delirium dan hasil dari kesehatan yang merugikan seperti perpanjangan rawat inap di rumah sakit, penurunan kognitif yang lebih cepat, dan risiko lebih tinggi terkena demensia, mengutip laman Medical News Today.

Gejala delirium umumnya muncul dengan cepat selama beberapa jam atau hari. Gejalanya cenderung berfluktuasi, yang berarti bahwa mereka menjadi lebih parah di beberapa waktu, dan kurang parah di lain waktu. 

1. Jenis

ilustrasi delirium (anaesthesiajournalclub.co.uk)

Para ahli telah mengidentifikasi delirium menjadi tiga jenis, yaitu:

  • Delirium hiperaktif: Ini kemungkinan tipe yang paling mudah untuk dikenali. Orang dengan delirium tipe ini, kemungkinan akan gelisah dan mondar-mandir di ruangan. Mereka juga kemungkinan cemas, mengalami perubahan suasana hati yang cepat atau melihat hal-hal yang tidak ada. Orang dengan delirium tipe ini sering menolak perawatan. 
  • Delirium hipoaktif: Orang dengan delirium tipe ini, kemungkinan tidak aktif atau aktivitasnya berkurang. Mereka juga cenderung lamban atau mengantuk. Mereka kemungkinan tampak linglung. Orang dengan delirium tipe hipoaktif juga tidak berinteraksi dengan keluarga atau orang lain. 
  • Delirium campuran: Gejala melibatkan kedua jenis delirium (delirium hipoaktif dan delirium hiperaktif). Orang dengan delirium campuran bisa dengan cepat beralih dari gelisah dan lamban. 

2. Penyebab

ilustrasi pasien dirawat di rumah sakit (mlrd.net)

Delirium terjadi saat stresor seperti peradangan atau infeksi mengganggu fungsi otak seseorang. Ada banyak kemungkinan penyebabnya. Delirium sangat umum di antara orang dewasa yang lebih tua yang memerlukan perawatan di rumah sakit.

Sekitar sepertiga pasien rumah sakit di atas usia 70 tahun, mengalami delirium di beberapa titik selama mereka tinggal di rumah sakit. Namun juga kemungkinan bagi orang yang lebih muda untuk terkena delirium, meski kurang umum. 

Setiap kondisi atau faktor yang secara signifikan mengubah fungsi otak seseorang, bisa menyebabkan kebingungan mental yang parah. Ini termasuk:

  • Obat-obatan tertentu seperti obat penenang, obat tekanan darah, obat tidur, dan pereda nyeri. 
  • Penyakit akut.
  • Infeksi. 
  • Memburuknya gejala penyakit jangka panjang (kronis). 
  • Kekurangan oksigen, misalnya kesulitan bernapas karena asma.
  • Arteri yang tersumbat (iskemia), misalnya di otak atau jantung. 
  • Sakit parah. 
  • Dehidrasi. 
  • Kurang tidur. 
  • Masalah metabolisme, seperti gula darah rendah atau ketikseimbangan elektrolit. 
  • Penarikan alkohol pada orang dengan penggunaan alkohol jangka panjang dan berat. 
  • Pembedahan atau anestesi umum. 

Dilansir Healthline, efek samping obat merupakan penyebab umum delirium. Hingga 39 persen dari kasus delirium, disebabkan oleh obat-obatan. 

3. Faktor risiko

ilustrasi sakit kepala (homecareassistancephiladelphia.com)

Secara umum, orang dewasa yang lebih tua dengan beberapa masalah kesehatan lebih mungkin untuk mengalami delirium. Namun kondisi ini juga dapat terjadi pada orang yang lebih muda. 

Dilansir Healthline, faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami delirium yaitu meliputi:

  • Usia lebih tua dari 70 tahun. 
  • Jenis kelamin laki-laki. 
  • Demensia atau gejala demensia tanpa diagnosis formal. 
  • Kecacatan yang menyebabkan kesulitan untuk melakukan tugas-tugas sehari-hari. 
  • Hidup dengan berbagai masalah kesehatan. 
  • Gangguan pendengaran atau penglihatan. 
  • Gangguan kognitif ringan. 
  • Gejala depresi. 
  • Gangguan penggunaan alkohol. 
  • Hasil abnormal pada tes laboratorium, seperti tes darah atau urin. 

4. Gejala

ilustrasi gejala delirium (wexnermedical.osu.edu)

Gejala delirium biasanya muncul secara tiba-tiba, selama beberapa jam atau beberapa hari. Mereka sering datang dan pergi. Gejala delirium yang paling umum yaitu meliputi:

  • Perubahan kewaspadaan (biasanya lebih waspada di pagi hari, dan lebih sedikit di malam hari).
  • Tingkat kesadaran yang berubah. 
  • Kebingungan. 
  • Pemikiran yang tidak teratur, berbicara dengan cara yang tidak masuk akal. 
  • Pola tidur terganggu, ngantuk. 
  • Halusinasi dan delusi.
  • Inkontinensia. 
  • Perubahan emosional, seperti kemarahan, mudah marah, agitasi, depresi, dan kegembiraan berlebihan. 
  • Masalah memori, terutama dengan memori jangka pendek.
  • Kesulitan berkonsentrasi.

5. Diagnosis

ilustrasi dokter bertanya kepada pasien (agingcare.com)

Dokter bisa menegakkan diagnosis delirium berdasarkan riwayat medis dan tes status mental pasien. Selain itu, dokter juga akan mempertimbangkan faktor-faktor yang kemungkinan menyebabkan delirium. 

Untuk menegakkan diagnosis delirium, dokter akan melakukan beberapa hal berikut ini:

  • Riwayat kesehatan: Dokter akan menanyakan kepada pasien apa yang berubah dalam beberapa hari terakhir. Seperti apakah ada infeksi baru, apakah pasien memulai pengobatan baru, dan apakah pasien mengalami cedera atau nyeri baru seperti nyeri dada. Selain itu, dokter juga akan menanyakan apakah pasien mengalami sakit kepala atau kelemahan terjadi, dan apakah pasien menggunakan alkohol atau obat-obatan legal atau illegal.
  • Peninjauan status mental: Setelah dokter meninjau riwayat kesehatan pasien, maka ia akan mulai menguji kesadaran, perhatian, dan pemikiran. Ini bisa dilakukan dengan berbicara dengan pasien tersebut, atau mungkin dilakukan dengan tes atau penyaringan. Informasi dari anggota keluarga atau pengasuh bisa membantu. 
  • Pemeriksaan fisik dan neurologis: Pemeriksaan fisik memeriksa tanda-tanda masalah kesehatan atau penyakit. Sedangkan pemeriksaan neurologis memeriksa penglihatan, keseimbangan, koordinasi, dan refleks. Ini bisa membantu menentukan apakah stroke atau penyakit lain yang menyebabkan delirium. 
  • Tes lainnya: Dokter bisa memesan tes darah, urin, dan tes lainnya. Tes pencitraan otak bisa digunakan saat diagnosis tidak bisa dibuat dengan informasi lainnya. 

6. Pengobatan

ilustrasi minum obat (agedcareguide.com.au)

Tergantung dari penyebab delirium, pengobatan kemungkinan termasuk mengambil atau menghentikan obat-obatan tertentu. Pada orang dewasa yang lebih tua, diagnosis yang akurat penting untuk pengobatan, karena gejala delirium mirip dengan demensia, namun perawatannya berbeda. 

Dokter kemungkinan meresepkan obat untuk mengobati penyebab delirium. Misalnya, jika delirium pasien disebabkan oleh serangan asma yang parah, maka pasien kemungkinan membutuhkan inhaler untuk memulihkan pernapasannya. Jika infeksi bakteri yang menyebabkan gejala delirium, maka dokter akan meresepkan antibiotik. 

Dalam beberapa kasus, dokter kemungkinan menyarankan agar pasien berhenti minum obat tertentu jika menyebabkan delirium. Jika pasien mengalami penarikan zat, maka dokter kemungkinan akan meresepkan obat untuk mengelola gejala yang dimiliki pasien. 

Delirium itu sendiri biasanya tidak diobati dengan obat-obatan. Namun sebaliknya, itu merupakan penyebab mendasar yang sedang dirawat. Namun jika pasien memiliki gejala delirium hiperaktif yang parah yang tidak membaik, maka obat antipsikotik bisa dipertimbangkan.

Mengurangi stres dan menciptakan lingkungan yang tenang, bisa membantu pasien pulih dari delirium. Pasien kemungkinan akan merasa terbantu dengan:

  • Makan dan minum air secara teratur. 
  • Mempertahankan kebiasaan tidur yang baik. 
  • Menetapkan rutinitas harian yang jelas. 
  • Menjaga jam dan kalender agar tetap terlihat untuk mengarahkan diri. 
  • Aktif secara fisik dengan cara yang aman bagi pasien. 
  • Menggunakan kacamata dan alat bantu dengar setiap hari, jika pasien menggunakan perangkat ini. 

Jika pasien merasa bingung, maka konseling bisa membantu menambatkan pikirannya. Konseling juga digunakan sebagai pengobatan untuk pasien dengan delirium yang disebabkan oleh penggunaan zat. Dalam kasus ini, perawatan bisa membantu pasien menghindari penggunaan zat yang menyebabkan delirium. 

Dalam semua kasus, konseling bertujuan untuk membuat pasien merasa nyaman dan memberi tempat yang aman bagi pasien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya. 

7. Prospek jangka panjang

ilustrasi tersenyum dengan orang tua (theconversation.com)

Pasien dengan delirium bisa sembuh total jika penyebab delirium diidentifikasi dengan cepat dan segera ditangani. Penundaan apa pun membuatnya kecil kemungkinan untuk pulih dengan cepat dan atau sepenuhnya. 

Selain itu, kurangnya pengobatan bisa menyebabkan pasien pingsan, koma, atau bahkan kematian. Pasien yang lebih tua dengan demensia dan pasien dengan HIV, lebih kecil kemungkinannya untuk sembuh total, mengutip Cleveland Clinic. 

Untuk pulih dari delirium, memerlukan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan bagi pasien untuk berpikir, berbicara, dan merasa secara fisik seperti dirinya yang dulu. Terkadang, perubahan tertentu kemungkinan permanen. Kursus pemulihan berbeda untuk setiap pasien. 

Untuk mengurangi kemungkinan delirium kembali, maka pasien harus mengikuti rencana perawatan dari dokter dengan hati-hati untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya. Jika pasien menerima obat untuk mengobati gejala delirium, maka gejalanya bisa membaik. 

Namun bahkan saat gejalanya membaik, pasien tidak boleh secara tiba-tiba berhenti minum obatnya. Dokter akan membantu secara bertahap mengurangi dosis dan akhirnya menghentikan pengobatan. 

Pasien juga harus melakukan yang terbaik untuk menghindari stres dan mempertahankan kebiasaan yang meningkatkan kesehatan, seperti makan dengan baik, minum banyak air, dan tidur berkualitas.

Delirium dapat sering pergi tanpa dikenali. Jika pasien melihat keadaan mental atau tingkat kewaspadaan berubah dalam dirinya, maka penting bagi dirinya untuk berbicara dengan dokter. Sebab, perubahan mendadak kemungkinan merupakan tanda darurat medis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Azalea Flow
EditorAzalea Flow
Follow Us