Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Penyakit Kronis yang Sering Menyerang Lansia

ilustrasi penyakit kronis yang sering menyerang lansia (freepik.com/Lifestylememory)

Penuaan biasanya diikuti serangkaian tantangan kesehatan. Apalagi jika sudah lanjut usia (lansia), maka kekebalan tubuh akan menurun, terutama jika tidak menerapkan gaya hidup sehat.

Turunnya sistem kekebalan dan melemahnya bagian-bagian tubuh akan menimbulkan lebih banyak tantangan dan kesulitan untuk. Populasi yang menua di dunia cenderung mempunyai peluang lebih tinggi untuk bertahan hidup dengan penyakit yang bertahan lama, cacat fisik, penyakit mental, dan masalah kekebalan lainnya.

Menurut keterangan dari National Council on Aging, sekitar 92 persen lansia memiliki setidaknya satu penyakit kronis dan 77 persen mempunyai setidaknya dua penyakit kronis. Penyakit kronis adalah penyakit atau kondisi yang biasanya berlangsung selama 3 bulan atau lebih, dan bisa memburuk dari waktu ke waktu. 

Penyakit kronis cenderung terjadi pada lansia, dan biasanya bisa dikendalikan namun tidak bisa disembuhkan, mengutip National Cancer Institute. Penyakit jantung, stroke, kanker dan diabetes merupakan beberapa penyakit kronis yang paling umum dan menghabiskan banyak uang, yang menyebabkan dua pertiga kematian setiap tahunnya, seperti dilansir Vital Record. 

Dirangkum dari berbagai sumber, inilah beberapa penyakit kronis yang menyerang lansia. Waspada!

1. Penyakit ginjal kronis (CDK)

ilustrasi penyakit kronis yang sering menyerang lansia (pexels.com/Alex Green)

Penyakit ginjal kronis adalah penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara perlahan dari waktu ke waktu. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan risiko untuk mengembangkan gagal ginjal atau penyakit jantung. Dilansir National Council on Aging, penyakit ginjal kronis memengaruhi 18 persen lansia.

Pada tahap awal, penyakit ginjal kronis jarang menimbulkan gejala. Dalam kebanyakan kasus, kondisi ini didiagnosis selama tes darah atau urine untuk kondisi medis lainnya. Seiring perkembangan kondisi, gejala yang mungkin muncul termasuk:

  • Sesak napas. 
  • Merasa sakit. 
  • Darah dalam urine. 
  • Pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, atau tangan.
  • Kelelahan.

Hingga saat ini tidak ada obat penyakit ginjal kronis. Namun, perawatan yang tepat bisa meringankan gejala dan mencegah kondisi makin memburuk. Pilihan pengobatannya yaitu menjalani gaya hidup sehat, dialisis (cuci darah), atau transplantasi ginjal pada kasus yang parah.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah atau mengurangi gejala penyakit ginjal kronis, yaitu:

  • Mengurangi risiko diabetes dan tekanan darah tinggi atau mengelola gejala sangat penting, karena keduanya merupakan dua faktor risiko terbesar untuk kerusakan ginjal. 
  • Skrining kesehatan untuk deteksi dini penyakit dan pengobatan secara berkala sesuai anjuran dokter.
  • Minum obat resep dokter untuk mengurangi mengelola gejala sesuai instruksi dokter.

2. Stroke

ilustrasi lansia mengalami stroke (freepik.com/freepik)

Stroke adalah kondisi saat suplai darah ke bagian otak terputus. Tanpa darah, sel-sel otak dapat rusak dan bahkan mati. Stroke umum terjadi di kalangan lansia, dengan 66 persen kasus rawat inap adalah orang yang berusia di atas 65 tahun, mengutip laman Griswold Home Care. 

Banyak pasien stroke bisa memulihkan kemandirian fungsional dari waktu ke waktu, tetapi sekitar 25 persen mengalami kecacatan ringan dan 40 persen mengalami kecacatan sedang hingga berat. 

Meskipun stroke datang dengan tanda-tanda peringatannya sendiri, tetapi tidak banyak peringatan dini. Tanda-tanda ini bermanifestasi dalam beberapa menit sebelum serangan stroke. Tanda-tanda stroke antara lain:

  • Mati rasa di wajah dan anggota badan, paling sering di satu sisi tubuh. 
  • Masalah penglihatan mendadak pada satu atau kedua mata.
  • Sakit kepala parah. 
  • Kesulitan berkomunikasi. 
  • Kurang koordinasi. 

Walaupun perempuan mempunyai gejala stroke yang berbeda, tetapi mereka juga memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi akibat stroke daripada pria. Sebanyak 60 persen perempuan akan meninggal dunia karena stroke, dibanding pria sekitar 40 persen.

Stroke membunuh dua kali lebih banyak perempuan per tahun dibanding kanker payudara. Inilah daftar gejala yang harus diwaspadai perempuan selain gejala stroke yang disebutkan di atas:

  • Cegukan tiba-tiba.
  • Mual tiba-tiba. 
  • Kelemahan umum yang tiba-tiba. 
  • Sesak napas tiba-tiba. 
  • Nyeri dada tiba-tiba. 
  • Palpitasi tiba-tiba.  

Serangan stroke bisa mengancam nyawa jika tidak segera mendapat pertolongan medis. Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengenal tanda dan gejala stroke. Makin cepat ditangani, maka makin baik juga prognosisnya.

Cara terbaik untuk mengingat tanda-tanda stroke menurut Kementerian Kesehatan RI adalah dengan mengingat akronim "SeGeRa Ke RS".

  • Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba.
  • Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba.
    BicaRa pelo/tiba-tiba tidak dapat bicara/tidak mengerti kata-kata/bicara tidak nyambung.
  • Kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh.
  • Rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba.
  • Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya, gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi.

Apabila kamu bersama seseorang yang menunjukkan tanda-tanda stroke, segera cari pertolongan medis atau segera bawa ke IGD rumah sakit. Kecepatan perawatan sangat krusial untuk mengurangi kerusakan otak dan mendapatkan hasil yang baik.

3. Kanker

ilustrasi kanker pada lansia (freepik.com/Drazen Zigic)

Kanker adalah sekelompok besar penyakit yang bisa dimulai di hampir seluruh organ tubuh atau jaringan tubuh, yakni ketika sel-sel abnormal tumbuh tidak terkendali untuk menyerang bagian tubuh yang berdekatan dan/atau menyebar ke organ lain.

Proses akhir kanker disebut metastasis, dan ini merupakan penyebab utama kematian karena kanker. Neoplasma dan tumor ganas adalah nama lain dari kanker. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker adalah penyebab utama kematian kedua secara global, terhitung sekitar 9,6 juta kematian atau satu dari enam kematian pada tahun 2018.

Risiko terkena kanker meningkat seiring bertambahnya usia. Menurut laporan dalam International Journal of Cancer tahun 2018, karena transisi demografi dan epidemiologi yang sedang berlangsung, beban global kanker meningkat pesat, dengan 14 juta kasus kanker baru pada tahun 2012 diperkirakan akan meningkat menjadi 24 juta kasus kanker baru pada tahun 2035. Pemicu utama adalah peningkatan pesat jumlah lansia di seluruh dunia—jumlah absolut orang yang berusia 65 tahun ke atas diperkirakan akan berlipat ganda dalam dua dekade mendatang di semua wilayah dunia.

Dilansir WebMD, inilah beberapa kanker yang paling umum dialami lansia:

  • Kanker payudara: Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang paling umum pada usia di atas 60 tahun. Lebih dari 285.000 perempuan didiagnosis dengan kanker payudara pada tahun 2020, dan lebih dari 44.000 perempuan meninggal karena penyakit ini. Meski begitu, berkat kemajuan dalam skrining dan pengobatan, hampir 90 persen orang dengan kanker payudara bertahan hidup 5 tahun sesudah didiagnosis. Cara terbaik untuk mendeteksi kanker payudara adalah dengan melakukan mamogram tahunan. Ini membantu dokter menemukan kanker pada tahap awal, saat pengobatan akan paling efektif. Jika didiagnosis kanker payudara, bicarakan dengan dokter tentang pilihan pengobatan terbaik.
  • Kanker prostat: Kanker prostat umum didiagnosis pada pria usia di atas 65  tahun. Hampir 250.000 pria didiagnosis kanker prostat pada tahun 2020, dan lebih dari 34.000 pria kehilangan nyawa karenanya. Skrining untuk kanker prostat tersedia dan ada pengobatan yang efektif. Lebih dari 98 persen orang yang terkena kanker prostat akan tetap hidup 5 tahun sesudah didiagnosis. 
  • Kanker usus besar: Lebih dari setengah orang yang terkena kanker usus besar setidaknya berusia 67 tahun. Namun, berkat teknik pencegahan yang bisa diakses, kanker usus besar jarang didiagnosis dibandingkan jenis kanker lainnya. Lebih dari 100.000 orang didiagnosis kanker usus besar pada tahun 2020, dan lebih dari 50.000 orang meninggal karena penyakit ini. Sekitar 63 persen orang yang terkena kanker usus besar hidup 5 tahun atau lebih sesudah didiagnosis. Kanker usus besar bisa dideteksi dan dicegah secara bersamaan. Kolonoskopi bisa menemukan pertumbuhan pra-kanker yang disebut polip. Dokter bisa mengangkatnya sebelum menyebabkan masalah yang serius. 
  • Kanker paru: Lebih dari setengah penderita kanker paru-paru adalah orang yang berusia di atas 70 tahun. Meski ada banyak kemajuan dalam pengobatan, tetapi kanker paru tetap menjadi salah satu kanker yang paling mematikan. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun sesudah diagnosis hanya 21 persen. Lebih dari 235.000 orang didiagnosis kanker paru pada tahun 2020, dan lebih dari 131.000 orang meninggal karena penyakit ini. Ada pengobatan baru untuk kanker paru-paru dalam beberapa tahun terakhir yang disebut dengan terapi bertarget, yang secara khusus menargetkan sel-sel kanker. Ini berbeda dengan kemoterapi tradisional, yang bisa memengaruhi sel-sel sehat dan bagian tubuh lainnya. 
  • Kanker kandung kemih: Lebih dari setengah penderita kanker kandung kemih berusia di atas 65 tahun. Pada tahun 2020, lebih dari 83.000 orang didiagnosis kanker kandung kemih, dan lebih dari 17.000 orang meninggal karena penyakit ini. Lebih dari 70 persen orang yang menderita kanker kandung kemih bertahan lebih dari 5 tahun sesudah didiagnosis. Tidak ada pemeriksaan rutin yang direkomendasikan untuk kanker kandung kemih. Namun, dokter mungkin menyarankan pengujian jika pasien memiliki faktor risiko tertentu, seperti riwayat kanker kandung kemih atau masalah kandung kemih lainnya.

4. Penyakit jantung

ilustrasi penyakit jantung pada lansia (freepik.com/Lifestylememory)

Penyakit jantung adalah penyakit pembunuh utama lainnya pada lansia, yang sebagian besar berusia di atas 65 tahun. Menurut CDC, penyakit jantung tetap menjadi pembunuh utama pada usia di atas 65 tahun, terhitung 489.722 kematian pada tahun 2014.

Penyakit jantung memengaruhi sekitar 37 persen pria dan 26 persen perempuan usia 65 tahun dan lebih tua, menurut keterangan Federal Interagency Forum on Aging-Related Statistics. 

Seiring bertambahnya usia, orang akan hidup dengan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi, yang meningkatkan risiko terkena stroke atau penyakit jantung. 

Dilansir National Council on Aging, sekitar 14 persen orang dewasa yang lebih tua dirawat karena gagal jantung, dan sekitar 29 persen dirawat karena penyakit jantung iskemik atau penyakit jantung koroner.

Cara terbaik agar terhindar dari penyakit kronis ini adalah dengan mengikuti rekomendasi dokter untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi. Selain itu, ada beberapa kebiasaan yang bisa diterapkan untuk membantu terhindar dari penyakit ini, yaitu:

  • Kurangi, batasi, atau hindari mengonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh dan trans, serta membatasi asupan gula dan garam. 
  • Tidur dengan durasi 7 hingga 8 jam setiap malam.  
  • Melakukan latihan kardio secara teratur.
  • Jauhi rokok. 
  • Bicarakan dengan dokter tentang faktor risiko, termasuk kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi.

5. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

ilustrasi PPOK pada lansia (freepik.com/Dragen Zigic)

Dilansir National Council on Aging, sebanyak 11 persen lansia dirawat karena penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Penyakit kronis ini terdiri dari dua kondisi utama, yaitu bronkitis kronis dan emfisema.

PPOK menyebabkan kesulitan bernapas dan menyebabkan sesak napas, batuk, dan sesak dada. Penyakit saluran pernapasan bawah kronis, seperti PPOK, merupakan penyebab kematian yang paling umum ketiga di antara orang-orang yang berusia 65 tahun ke atas, dengan 124.693 kematian pada tahun 2014, menurut keterangan dari CDC.

Dalam kelompok usia 65 tahun ke atas, sekitar 10 persen pria dan 13 persen perempuan hidup dengan asma, dan 10 persen pria dan 11 persen perempuan hidup dengan bronkitis kronis atau emfisema, menurut Federal Interagency Forum on Aging-Related Statistics.

Meski memiliki penyakit pernapasan kronis meningkatkan risiko pneumonia, dan infeksi lainnya, tetapi dengan melakukan tes fungsi paru-paru dan minum obat secara tepat atau menggunakan oksigen seperti yang diinstruksikan oleh dokter akan sangat membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup lansia.

Selain itu, dapatkan vaksin flu dan pneumonia seperti yang dianjurkan oleh dokter dan tetap aktif. Cara terbaik untuk mencegah PPOK atau memperlambat perkembangannya yaitu dengan berhenti atau menghindari rokok. Selain itu, hindari asap kimia dan debu yang bisa mengiritasi paru-paru.

6. Diabetes

ilustrasi diabetes pada lansia (freepik.com/jcomp)

Pada orang dengan diabetes, maka kadar glukosa dalam darahnya (gula darah) terlalu tinggi. Kondisi ini dapat terjadi saat tubuh tidak membuat cukup insulin. Saat tidak ada cukup insulin, maka glukosa tidak dapat dipindahkan ke sel-sel tubuh. Sebaliknya, itu menumpuk di dalam darah dan menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi.

Seiring waktu, gula darah tinggi secara serius akan merusak mata, ginjal, saraf, jantung, gusi, gigi, dan pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, kebutaan, penyakit ginjal, masalah saraf, infeksi gusi, dan amputasi. Selain itu, pasien diabetes juga lebih mungkin untuk memiliki penyakit jantung atau stroke pada usia yang lebih dini.

Diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang juga sering memengaruhi lansia. Menurut CDC, sebanyak 25 persen orang berusia 65 tahun dan lebih tua hidup dengan diabetes. Diabetes mengakibatkan 54.161 kematian pada kelompok usia tersebut pada tahun 2014. Diabetes bisa diidentifikasi dan ditangani lebih awal dengan tes gula darah sederhana.

Makin cepat seseorang mengetahui bahwa ia memiliki atau berisiko terkena diabetes, maka makin cepat ia bisa mulai membuat perubahan untuk mengendalikan penyakit dan meningkatkan pandangan kesehatan jangka panjangnya.

Berikut ini beberapa cara untuk mencegah atau mengelola diabetes:

  • Makan makanan yang sehat dan hindari atau batasi konsumsi alkohol. 
  • Rutin olahraga, yaitu 30 menit sebanyak 5 kali/minggu untuk menjaga kadar gula darah dan mengontrol berat badan.
  • Menurunkan berat badan 5-7 persen jika memiliki kondisi pradiabetes.

7. Demensia

ilustrasi demensia pada lansia (freepik.com/Lifestylememory)

Demensia adalah gangguan progresif yang memengaruhi memori dan fungsi otak secara keseluruhan. Kondisi ini relatif umum pada lansia dan memengaruhi sekitar 1 dari 14 orang di atas usia 65 tahun. Seiring waktu, kasus demensia meningkat menjadi 1 dari 6 orang di atas usia 80 tahun.

Bentuk demensia yang paling umum yaitu penyakit Alzheimer. Penyakit ini menyumbang sekitar 60-80 persen dari seluruh kasus demensia. Alzheimer dan demensia lainnya mengakibatkan hilangnya ingatan dan kesulitan berpikir atau pemecahan masalah yang mengganggu kehidupan sehari-hari. 

Demensia vaskular adalah jenis lain yang berkembang sebagai akibat dari stroke atau kerusakan pembuluh darah.  Gejala demensia dapat meliputi:

  • Kesulitan mengingat kejadian baru-baru ini.
  • Kesulitan menilai jarak. 
  • Masalah dalam percakapan, seperti berjuang untuk mengikuti atau menemukan kata yang tepat. 
  • Lupa di mana berada atau tanggal berapa. 

Jika mengalami salah satu gejala di atas, sebaiknya temui dokter, terutama jika berusia di atas 65 tahun.

Seseorang dengan demensia tahap akhir berisiko mengalami banyak komplikasi medis. Karena penderitanya kemungkinan memiliki pergerakan yang sangat terbatas atau tidak bisa bergerak, maka mereka berisiko tinggi untuk kondisi tertentu, seperti infeksi saluran kemih atau pneumonia. Selain itu, mereka juga bisa mengalami kerusakan kulit, ulkus dekubitus (luka baring), atau pembekuan darah.

Kesulitan menelan, makan, dan minum mengakibatkan penurunan berat badan, dehidrasi, dan kekurangan gizi. Ini makin meningkatkan risiko infeksi. Pada akhirnya, kebanyakan orang dengan demensia tahap akhir akan meninggal karena demensia yang mendasarinya atau komplikasi terkait. Sebagai contoh:

  • Penderita demensia bisa meninggal karena infeksi seperti pneumonia aspirasi: Jika pasien kesulitan menelan, maka makanan atau cairan kemungkinan masuk ke saluran udara atau paru-paru. Ini mengakibatkan pneumonia aspirasi.
  • Demensia meningkatkan risiko kematian karena bekuan darah di paru-paru: Karena pasien demensia harus tidak bisa bergerak dan harus berbaring di tempat tidur, ini bisa mengakibatkan pembekuan darah di paru-paru. 

Demensia tahap akhir merupakan penyakit terminal dan bisa menyebabkan kematian.

Demensia bisa dikurangi risikonya atau diperlambat perkembangannya dengan cara:

  • Rutin olahraga, baik olahraga fisik maupun otak.
  • Tetap terlibat dalam kehidupan dan menjaga hubungan sosial. 
  • Mendapatkan kualitas tidur yang baik. 
  • Makan makanan yang sehat. 

Itulah jenis-jenis penyakit kronis yang sering menyerang lansia dan tak jarang menyebabkan kematian. Untuk mencegahnya, terapkan gaya hidup sehat mulai hari ini dan lakukan pemeriksaan kesehatan minimal satu tahun sekali.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us