Studi: Menopause Ganggu Kemampuan Kognitif pada Usia Senja

Satu lagi tanda dari kondisi menopause

Apa yang umumnya dirasakan oleh kaum hawa pada masa transisi menuju menopause (perimenopause)? Biasanya, jawaban berkitar pada sensasi panas yang muncul tiba-tiba tanpa tahu penyebabnya atau hot flash. Akan tetapi, selain hot flash, sebenarnya ada berbagai tanda perimenopause yang tak disadari.

Gejala-gejala tersebut adalah kabut otak (brain fog) hingga masalah daya ingat yang disebabkan oleh perubahan hormon. Menurut Office on Human Health yang ada di bawah naungan Kementerian Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat, dua dari tiga perempuan mengalami gangguan kognitif saat perimenopause.

Sebuah studi terbaru di India mengungkapkan hubungan antara gejala-gejala yang muncul saat menopause dengan kinerja kognitif perempuan. Inilah fakta selengkapnya!

1. Studi melibatkan lebih dari 400 perempuan

Studi: Menopause Ganggu Kemampuan Kognitif pada Usia Senjailustrasi perempuan usia menopause (health.harvard.edu)

Dimuat dalam jurnal Menopause pada 10 Januari 2022, para antropolog dari Panjab University ingin meneliti hubungan kinerja kognitif dengan intensitas gejala menopause. Oleh karena itu, para peneliti India merekrut 404 perempuan di pedesaan di India Utara.

Para perempuan yang terlibat berusia antara 40 dan 65 tahun dan tidak sedang menjalani terapi hormon. Para partisipan ini dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:

  • Perempuan pra-menopause yang masih mengalami menstruasi rutin.
  • Perempuan perimenopause dengan siklus menstruasi yang tidak teratur.
  • Perempuan pada tahap pascamenopause awal yang berhenti mengalami pendarahan, dengan periode menstruasi terjadi kurang dari 5 tahun sebelumnya.
  • Perempuan pada tahap pascamenopause akhir yang berhenti menstruasi lebih dari 5 tahun sebelumnya.

Untuk meneliti kinerja kognitif pada para partisipan dengan gejala menopause, para peneliti menggunakan tolok ukur Hindi Mini-Mental State Examination (HMMSE). Para peneliti memantau lima bidang kognitif utama, yaitu:

  • Orientasi
  • Registrasi
  • Atensi
  • Ingatan
  • Kemampuan berbahasa dan visuospasial

2. Hasil: gejala menopause berdampak negatif pada kemampuan kognitif

Studi: Menopause Ganggu Kemampuan Kognitif pada Usia Senjailustrasi kemampuan kognitif (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Hasilnya, para peneliti India menjabarkan bahwa partisipan perempuan yang mengalami gejala menopause parah mencatat skor rendah pada tes HMMSE, dibanding mereka yang mengalami gejala menopause ringan. Selain itu, para partisipan menemukan bahwa:

  • Kecemasan (anxiety) adalah gejala yang paling umum pada tahap pra-menopause (24,1 persen dari para partisipan).
  • Kecemasan dan hot flash dilaporkan oleh lebih dari 50 persen partisipan di tahap perimenopause.
  • Lebih dari setengah perempuan pada tahap pascamenopause awal melaporkan gejala kecemasan, depresi, hot flash, gangguan tidur, hingga kelelahan.
  • Lebih dari 60 persen perempuan pada tahap pascamenopause akhir mengalami depresi, disfungsi seksual, gangguan tidur, hingga kelelahan.

Para peneliti lalu menemukan bahwa depresi dan disfungsi seksual parah adalah faktor yang menjelaskan rendahnya skor HMMSE.

Baca Juga: 5 Hal yang Terjadi Saat Perimenopause, Masa Transisi Jelang Menopause

3. Keparahan gejala menopause berbanding lurus dengan kemampuan kognitif

Studi: Menopause Ganggu Kemampuan Kognitif pada Usia Senjailustrasi gejala hot flash saat menopause (divinemothers.in)

Menurut penelitian tersebut, kinerja kognitif para partisipan perempuan berbanding lurus dengan keparahan gejala menopause, terutama depresi dan disfungsi seksual. Sementara terbukti pada penelitian terdahulu, para peneliti India tidak menemukan dampak keparahan gejala vasomotor pada kinerja kognitif.

Pada perempuan, disfungsi seksual saat menopause bisa menunjukkan banyak gejala, seperti sensasi gatal atau kering pada vagina. Masalahnya, mereka enggan berkonsultasi. Selain itu, menurut North American Menopause Society, berkurangnya respons atau kenikmatan seksual juga merupakan gejala disfungsi seksual.

Saat menopause, indung telur (ovarium) tidak lagi menghasilkan estrogen, sementara reseptor estrogen tersebar di seluruh tubuh, dari otak hingga ke tulang. Hal ini dapat memicu berbagai gejala yang berbeda.

Oleh karena itu, memang masuk akal jika keparahan gejala menopause dapat memengaruhi otak dan kemampuan kognitif. Selain itu, mereka yang mengalami hot flash, depresi, dan gejala menopause lainnya juga mengalami penurunan kemampuan kognitif.

4. Apa yang bisa dilakukan?

Studi: Menopause Ganggu Kemampuan Kognitif pada Usia Senjailustrasi terapi hormon (healththoroughfare.com)

Studi ini makin memperkuat anjuran jika mengalami perimenopause atau menopause, perempuan diharapkan untuk segera berkonsultasi. Salah satu opsi perawatan adalah dengan melakukan terapi hormon estrogen. Berbagai studi mengungkapkan manfaat terapi estrogen untuk meringankan berbagai gejala menopause.

Sebuah riset terdahulu yang dilakukan di Amerika Serikat dan juga dimuat dalam jurnal Menopause menemukan bahwa ada potensi pemulihan kognitif pada terapi hormon estrogen. Akan tetapi, pastikan kamu berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani terapi ini, terutama jika mengalami:

  • Pendarahan yang tak diketahui penyebabnya
  • Kanker reseptor estrogen
  • Penyakit hati parah
  • Gangguan pembekuan darah serius
Studi: Menopause Ganggu Kemampuan Kognitif pada Usia Senjailustrasi terapi hormon (oncologynurseadvisor.com)

Selain itu, penelitian di India tersebut juga membuktikan kalau selain hot flash, ada gejala-gejala lain pada perimenopause atau menopause yang perlu diwaspadai. Gangguan kognitif dan mood yang sering diabaikan ternyata bisa dikaitkan dengan fase menopause.

Akan tetapi, tak semua masalah tersebut harus diselesaikan dengan terapi hormon estrogen. Sementara menopause bukan hal yang bisa dicegah, ada beberapa kondisi penyerta yang mendasari gejala-gejala tersebut yang seharusnya bisa diobati.

Khasiat terapi hormon terhadap kemampuan kognitif tidak diketahui berjangka panjang atau pendek. Akan tetapi, jika gejala seperti hot flash bisa ditangani, maka depresi juga bisa dicegah. Karena depresi dan masalah memori saling bertautan, maka hal ini juga bisa menjadi salah satu solusi.

5. Masalah tidur juga harus ditangani

Studi: Menopause Ganggu Kemampuan Kognitif pada Usia Senjailustrasi susah tidur (pexels.com/cottonbro)

Jika bukan dengan terapi hormon, apa cara lainnya untuk menyelamatkan kemampuan kognitif di kala perimenopause atau menopause? Cara paling simpel adalah dengan mengendalikan stres dan/atau gangguan psikis seperti kecemasan dan depresi. Ini bisa dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas tidur.

Seperti yang kita ketahui, tidur adalah salah satu kebutuhan fundamental manusia. Namun, saat perimenopause, kualitas tidur bisa jadi masalah yang tak disadari. Karena estrogen menurun, hal ini menyebabkan insomnia. Oleh karena itu, jika kamu mengalami gangguan tidur pada masa perimenopause atau menopause, jangan diabaikan!

Baca Juga: 12 Gejala Umum Andropause, Menopause pada Pria

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya