Lagi, Studi Temukan Polusi Udara Tingkatkan Risiko Stroke

Studi terbaru menguatkan potensi mematikan PM2,5

Penyakit boleh lalu-lalang, tetapi polusi udara tetap menjadi salah satu masalah utama manusia. Sejak Revolusi Industri, peningkatan produktivitas dan mobilitas manusia berdampak polusi udara yang merugikan alam dan dirinya sendiri.

Bukan rahasia kalau polusi udara berdampak negatif untuk kesehatan. Partikulat halus (PM2,5) yang tak terlihat oleh mata bisa menembus ke organ penting manusia dan menjadi "bom waktu". Sementara sudah banyak penelitian mengenai dampak PM2,5, sebuah penelitian terbaru menguatkan potensi mematikan PM2,5.

1. Libatkan ratusan ribu partisipan

Lagi, Studi Temukan Polusi Udara Tingkatkan Risiko Strokeilustrasi polusi udara dilingkungan rumah (asiapropertyawards.com)

Sudah umum mengaitkan polusi udara dengan morbiditas serta mortalitas akibat stroke. Namun, bagaimana polusi udara bisa memengaruhi perkembangan stroke? Dimuat dalam jurnal Neurology pada 28 September 2022, para peneliti China dan Amerika Serikat (AS) bekerja sama untuk mencari tahu hal tersebut.

Dipimpin oleh Sun-Yat Sen University dan bekerja sama dengan Shenzhen University, Hangzhou University, serta Saint Louis University, para peneliti merekrut sebanyak 318.752 partisipan dari data UK Biobank. Selain itu, penelitian ini juga meneliti berbagai polutan udara, seperti:

  • Partikulat halus:
    • PM2,5
    • Serapan PM2,5
    • PM kasar
    • PM10
  • Nitrogen dioksida (NO₂)
  • Nitrogen oksida (NO𝑥)

Baca Juga: Studi: Polusi Udara Tingkatkan Risiko Kematian Dini 20%

2. Hasil: Polusi udara tingkatkan risiko stroke hingga kematian

Kemudian, para peneliti memantau para partisipan selama hampir 12 tahun. Selama periode tersebut, para peneliti mencatat 5.967 pasien stroke, 2.985 kejadian kardiovaskular pasca-stroke, dan 1.020 kematian setelahnya.

Sebagai catatan, PM2,5 memiliki diameter kurang dari 2,5 mikrometer/mikron (μm), sekitar 30 kali lebih kecil dibanding rambut manusia. Kadar NO₂ dan NO𝑥 juga diukur dengan ukuran mikrogram per kubik meter udara (μg/m3). Jadi, apa yang bisa diambil dari temuan para peneliti?

Kenaikan PM2,5 sebesar 5μg/m3 berarti meningkatkan risiko stroke hingga 24 persen. Lalu, kenaikan NO₂, dan NO𝑥 serupa juga meningkatkan risiko stroke masing-masing 2 dan 1 persen. Risiko kematian akibat stroke yang dipicu PM2,5, NO₂, dan NO𝑥 masing-masing meningkat 30 persen, 3 persen, dan 2 persen.

Selain itu, para peneliti juga menemukan kaitan antara polusi udara dan kejadian cardiovaskular pasca-stroke. Polutan yang paling umum menyebabkannya adalah NO₂, dan berpotensi fatal. Namun, risiko fatalitas menurun seiring waktu.

3. Mengapa polusi udara bisa berbahaya?

Saat memikirkan polusi udara, kita umumnya langsung terpikir luar ruangan. Memang, dilansir Medical News Today, PM2,5 diproduksi dari asap kendaraan dan hasil pembakaran kayu, bahan bakar, minyak, dan batu bara. Selain itu, bencana seperti kebakaran hutan dan gunung meletus juga bisa mengoper PM2,5 jarak jauh.

PM2,5 sebenarnya juga bisa terdapat di dalam ruangan. Asap rokok sampai menyalakan kompor juga berkontribusi terhadap PM2,5 di rumah. Menurut Environmental Protection Agency (EPA), polusi PM2,5 di dalam ruangan bisa 2–5 kali lebih parah dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 3,8 juta kematian akibat polusi udara rumah tangga.

Polutan dengan ukuran yang lebih besar lebih mudah disaring oleh hidung, batang tenggorok, dan saluran pernapasan. Kecilnya PM2,5 berarti polutan ini bisa menyusup hingga ke daerah alveolus paru-paru dan pembuluh darah sehingga memicu inflamasi.

Selain itu, penumpukan PM2,5 juga bisa menghambat oksigenasi darah, sehingga berakibat pada rendahnya kadar oksigen dan memicu berbagai komplikasi, termasuk stroke dan penyakit kardiovaskular lainnya.

Lagi, Studi Temukan Polusi Udara Tingkatkan Risiko Strokeilustrasi air purifier dan tanaman dalam ruangan (freepik.com/opatsuvi)

Sementara pemerintah dan lembaga kesehatan tengah mengusahakan lingkungan bebas polusi, usaha tersebut bisa kita mulai dari diri sendiri. Pertama, terus pantau kualitas udara sehari-hari. Kualitas udara bisa dipantau melalui Air Quality Indeks (AQI) atau indeks kualitas udara, dan ini bisa diakses di HP.

Jika kualitas udara sedang buruk, hindari keluar rumah (bahkan jika niatnya mau berolahraga sekali pun) dan pakai masker atau gunakan air purifier dengan filter HEPA di dalam ruangan. Hal ini berlaku terutama untuk mereka yang rentan, seperti anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki komorbiditas kardiovaskular serta pernapasan.

Selain menjaga diri dari polusi udara, risiko stroke dan penyakit kardiovaskular lainnya bisa diminimalkan dengan menerapkan gaya hidup sehat. Dari tidur cukup, menerapkan pola makan bergizi seimbang, istirahat cukup, hingga tidak merokok, kombinasi gaya hidup sehat dan menghindari polusi bisa memelihara kesehatan dalam jangka panjang.

Baca Juga: Polusi Udara Berpotensi Merusak Otak? Ini Faktanya

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya