Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Diabetes Bisa Sembuh? Ternyata Begini Fakta Sebenarnya

Penderita diabetes sedang mengecek kadar gula
gambar penderita diabetes sedang mengecek kadar gula (freepik.com/xb100)

Diabetes masih menjadi salah satu penyakit yang paling banyak diderita di dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2022 lalu, penderita diabetes di seluruh dunia mencapai angka 830 juta orang. Jumlah ini naik empat kali lipat dari tahun 1990 lalu, di mana saat itu penderita diabetes hanya sekitar 200 juta. Dilansir Cleveland Clinic, diabetes adalah kondisi yang terjadi ketika kadar gula darah (glukosa) di dalam tubuh terlalu tinggi. Pada orang yang sehat, glukosa yang didapat dari makanan akan diedarkan ke seluruh tubuh dengan bantuan hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas.

Oleh tubuh, glukosa ini kemudian diolah menjadi energi supaya kita bisa beraktivitas dengan baik. Sayangnya, pada penderita diabetes, pankreas gak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau bahkan gak memproduksi insulin sama sekali. Akibatnya glukosa di dalam darah akan menumpuk dan menyebabkan gula darah tinggi (hiperglikemia).

Jika dibiarkan, kondisi ini akan menyebabkan sejumlah masalah kesehatan serius seperti kerusakan saraf, masalah mata, bahkan memicu terjadinya penyakit jantung. Mengingat kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangat parah, pengobatan dan perawatan intensif sangat dibutuhkan. Pertanyaannya, dengan pengobatan yang ada saat ini, apakah diabetes bisa sembuh? Berikut penjelasannya!

1. Penyebab diabetes tergantung pada jenisnya

Haemoglobin atau sel darah merah di dalam tubuh
gambar haemoglobin atau sel darah merah di dalam tubuh (freepik.com/Kjpargreter)

Diabetes umumnya disebabkan oleh banyaknya kandungan glukosa di dalam aliran darah. Namun penyebab tingginya kadar glukosa tersebut bisa berbeda tergantung pada jenis diabetes yang dideritanya. Dilansir Mayo Clinic, pada diabetes tipe 1, tingginya kadar glukosa dalam darah disebabkan oleh rusak atau hancurnya sel-sel penghasil insulin. Kerusakan ini biasanya terjadi karena sistem kekebalan tubuh keliru, dan menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas. Kenapa itu terjadi? Para peneliti belum bisa menemukan alasannya.

Sementara itu, diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistansi insulin. Pankreas memang memproduksi insulin dengan baik, tetapi sel-sel hati, otot, dan lemak gak memberikan respons yang seharusnya. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor gaya hidup yang buruk seperti kurangnya aktivitas fisik, ketidakseimbangan hormon, pola makan yang buruk, genetika, konsumsi obat tertentu, hingga obesitas.

Terakhir ada diabetes gestasional yang umumnya diderita oleh ibu hamil. Ini karena selama masa kehamilan, plasenta melepaskan hormon yang menyebabkan resistansi insulin. Berbeda dengan diabetes tipe 1 dan 2, diabetes gestasional biasanya akan sembuh setelah kehamilan. Meski begitu, ibu yang mengalami diabetes gestasional selama kehamilan harus lebih waspada karena mereka punya risiko yang lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 di masa depan.

2. Terdapat beberapa tes untuk mendeteksi penyakit diabetes

Sampel darah yang diambil tenaga kesehatan
gambar sampel darah yang diambil tenaga kesehatan (pexels.com/Karola G)

Diabetes memang memiliki sejumlah gejala untuk diwaspadai seperti mulut kering dan mudah haus, sering buang air kecil, kelelahan, penglihatan kabur, penurunan berat badan, kesemutan atau mati rasa pada tangan dan kaki, luka yang sulit mengering, hingga infeksi jamur yang sering kali terjadi pada kulit. Namun terkadang hanya karena seseorang mengalami satu dua gejala di atas, bukan berarti mereka menderita diabetes. Dilansir CDC, satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang menderita diabetes atau gak adalah dengan melakukan tes di rumah sakit. Untuk tes diabetes sendiri terdiri dari tiga jenis, yaitu:

  • Tes A1C adalah tes di mana tenaga kesehatan akan mengambil sampel darah, dan mengukur berapa rata-rata kadar gula darah pasien selama 2-3 bulan terakhir. Seseorang dianggap memiliki kadar gula darah normal jika persentasenya di bawah 5,7 persen. Mereka yang memiliki persentase di atas 5,7 persen hingga 6,4 persen berarti menderita prediabetes. Terakhir, seseorang dinyatakan menderita diabetes jika presentasenya di atas 6,4 persen.
  • Random blood sugar test adalah tes darah yang bisa dilakukan kapan aja. Dalam tes ini, seseorang dianggap menderita diabetes ketika kadar gula darah mereka di atas 200 miligram per liter (mmol/L) atau lebih tinggi dari itu. Berbeda dengan kebanyakan tes diabetes lainnya, pasien gak perlu puasa sebelum melakukan tes.
  • Glucose tolerance test adalah tes yang mengharuskan pasien untuk berpuasa semalaman. Keesokan harinya, petugas kesehatan akan mengukur kadar gula darah di dalam tubuh. Setelah itu, pasien akan diminta untuk mengonsumsi minuman manis, lalu kadar gula darah akan kembali diukur dua jam setelahnya. Kadar gula darah pasien dianggap normal jika hasilnya kurang dari 140 mg/dL. Namun pasien akan dinyatakan menderita diabetes jika kadar gulanya lebih dari 200 mg/dL. 
  • Fasting blood sugar test juga merupakan tes untuk mendiagnosis diabetes dengan menggunakan sampel darah. Bedanya untuk menjalani tes satu ini, pasien gak boleh mengonsumsi apa pun satu malam sebelumnya. Seseorang yang memiliki kadar gula darah 100 mg/dL dianggap normal, sedangkan mereka yang punya kadar gula darahnya antara 100 mg/dL sampai 125 mg/dL dianggap pradiabetes. Terakhir, seseorang dinyatakan menderita diabetes jika kadar gula darahnya di atas 126 mg/dL.

3. Lalu, apakah diabetes bisa sembuh?

Pasien diabetes tipe 1 sedang melakukan suntik insulin
gambar pasien diabetes tipe 1 sedang melakukan suntik insulin (unsplash.com/Sweet Life)

Nah, ini adalah pertanyaan pentingnya, apakah diabetes bisa sembuh? Sayangnya sejauh ini, para dokter dan ilmuwan belum berhasil menemukan cara untuk menyembuhkan diabetes secara permanen. Lalu apa gunanya berobat? Well, diabetes memang belum bisa disembuhkan, tetapi setidaknya dengan melakukan pengobatan, kamu bisa mengendalikan penyakit ini.

Dilansir Medical News Today, penderita diabetes tipe 2 yang menjalankan pengobatan bahkan bisa masuk ke tahap remisi, yaitu ketika kadar gula darah kembali ke kisaran non-diabetes atau bahkan normal, dan tubuh gak menunjukkan gejala diabetes selama periode tertentu. Untuk pengobatan diabetes sendiri sangat ditentukan oleh jenis diabetes yang diderita oleh pasien. Suntikan insulin merupakan pengobatan paling umum untuk diabetes tipe 1, dan bisa dilakukan sendiri di rumah. Untuk pasien diabetes tipe 2, selain mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, perubahan gaya hidup yang lebih sehat sangat berpengaruh pada kondisi pasien.

Obat untuk menyembuhkan diabetes memang belum ditemukan. Namun hanya karena penyakit ini belum bisa disembuhkan secara permanen, bukan berarti seseorang harus berhenti berjuang. Dengan pengobatan dan pola hidup yang tepat, berbagai gejala diabetes bisa diminimalkan dan membuat penderitanya bisa hidup dalam kondisi yang lebih baik.

Referensi

"Diabetes". Cleveland Clinic. Diakses pada November 2025.

"Diabetes". WHO. Diakses pada November 2025.

"Diabetes". Mayo Clinic. Diakses pada November 2025.

"Diabetes - causes, symptoms & treatments". British Heart Foundation. Diakses pada November 2025.

"Causes of Diabetes". Healthline. Diakses pada November 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Health

See More

Studi Ini Menunjukkan Dua Suplemen Ini Bantu Lawan Kanker Otak

18 Nov 2025, 06:36 WIBHealth