Bronkospasme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Menyebabkan seseorang mengalami kesulitan bernapas

Bronkospasme atau bronchospasms terjadi ketika saluran udara menyempit, menyebabkan seseorang mengalami kesulitan bernapas. Saat ini terjadi, dada akan terasa kencang dan seseorang kemungkinan akan mulai sering batuk.

Apabila saluran udara menyempit terlalu banyak, seseorang tidak akan bisa bernapas cukup dalam dan akan menghadapi kondisi darurat medis akibat kadar oksigen yang terlalu rendah. Layaknya pipa air yang menyempit, dalam kasus bronkospasme, seseorang akan mendengar suara mengi (seperti siulan) saat bernapas.

Sistem pernapasan adalah salah satu fungsi terpenting dari tubuh dan dikendalikan oleh fungsi otonom (involunter). Seberapa dalam atau dangkal kamu bernapas, serta seberapa cepat kamu bernapas, sebagian besar waktu ini tidak kita kendalikan kecuali kamu berlatih teknik pernapasan untuk relaksasi.

Sekadar informasi, untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida, tubuh menggunakan tiga mekanisme:

  • Ventilasi: Tindakan mekanis bernapas masuk dan keluar, yang membawa oksigen ke paru-paru dan karbon dioksida keluar dari paru-paru.
  • Difusi: Fungsi pertukaran karbon dioksida dan oksigen di alveoli (bagian fungsional dari proses pertukaran paru-paru) dan kapiler paru.
  • Perfusi: Memompa darah ke seluruh tubuh dengan oksigen segar.

Nah, bronkospasme mengganggu mekanisme tersebut, mencegah sistem pernapasan bekerja dengan baik (Respiratory Research, 2004).

1. Penyebab

Beberapa kondisi medis, alergen, dan obat-obatan dapat menyebabkan bronkospasme.

Penyebab umum bronkospasme meliputi:

  • Asma.
  • Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
  • Emfisema.
  • Bronkitis kronis.
  • Infeksi virus, bakteri, dan jamur pada paru-paru.
  • Merokok.
  • Polusi udara atau asap.
  • Alergen lingkungan, seperti bulu hewan peliharaan, serbuk sari, jamur, dan debu.
  • Beberapa bahan tambahan makanan dan bahan kimia.
  • Asap dari bahan kimia yang digunakan dalam produk pembersih dan manufaktur.
  • Cuaca dingin.
  • Anestesi umum, sebagian besar menyebabkan iritasi saluran napas.
  • Olahraga atau aktivitas fisik.
  • Obat pengencer darah, seperti obat tekanan darah dan antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
  • Antibiotik.

Walaupun para ilmuwan belum mengetahuinya secara pasti, tetapi pada beberapa orang, olahraga tampaknya menyebabkan bronkospasme. Secara tradisional, bronkospasme yang disebabkan oleh olahraga dianggap sebagai gejala asma. Namun, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa hal ini mungkin tidak benar.

Sebuah survei terhadap 8.000 anak sekolah di Prancis dan menemukan bahwa bronkospasme yang disebabkan oleh olahraga tampaknya merupakan kondisi independen yang terpisah dari asma (Clinical & Experimental Allergy, 2014). Dikatakan juga bahwa bronkospasme dikaitkan dengan beberapa jenis rinitis atopik, suatu kondisi kronis yang menyebabkan kerak kering terbentuk di rongga hidung dan hilangnya lapisan mukosa secara bertahap.

Para peneliti juga masih mencoba untuk menentukan apakah alternatif merokok yang lebih baru, seperti rokok elektronik, menyebabkan bronkospasme. Nikotin telah terbukti merangsang saraf utama paru-paru, memicu penyempitan otot dan bronkospasme.

Satu isapan dari rokok elektrik yang mengandung 12 mg/ml nikotin sudah cukup untuk menyebabkan bronkospasme pada kelinci percobaan yang dibius (American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 2017).

Beberapa bahan kimia yang ditemukan dalam obat yang digunakan untuk membuka saluran udara (bronkodilator) juga telah terbukti menyebabkan bronkospasme, meskipun hal ini jarang terjadi. 

2. Gejala

Bronkospasme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi sesak napas (freepik.com/KamranAydinov)

Dilansir Cleveland Clinic, gejala bronkospasme bisa menakutkan dan datang tiba-tiba. Orang dengan kondisi ini sering merasa seperti tidak bisa bernapas. Gejala lainnya dapat meliputi:

  • Sesak di dada.
  • Sesak napas.
  • Mengi.
  • Batuk.
  • Kelelahan.
  • Pusing.

Baca Juga: Meningitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

3. Diagnosis

Dokter akan melakukan pemeriksaan dan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merujuk pasien ke dokter spesialis paru.

Dokter dapat merekomendasikan penilaian tertentu untuk menentukan seberapa baik paru-paru berfungsi. Tes ini mungkin termasuk:

  • Oksimetri nadi: Sebuah perangkat ditempatkan di jari atau telinga untuk mengukur berapa banyak oksigen dalam darah.
  • Spirometri: Merupakan metode pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi dan mendiagnosis kondisi paru-paru. Dalam pemeriksaan ini, dokter akan meminta pasien untuk bernapas menggunakan alat yang disebut spirometer.
  • Penilaian volume paru: Ini memberi tahu dokter tentang berapa banyak udara yang dapat ditampung paru-paru.
  • Kapasitas difusi paru: Selama tes ini, pasien bernapas ke dalam tabung untuk menentukan seberapa baik oksigen ditransfer atau disebarkan antara paru-paru dan darah.
  • Analisis gas darah: Tes ini mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah serta mengukur tingkat pH darah.
  • Tes eucapnic voluntary hyperventilation: Dokter dapat menggunakan tes ini untuk memeriksa bronkospasme yang disebabkan oleh olahraga. Selama pemeriksaan, pasien menghirup campuran oksigen dan karbon dioksida (meniru pernapasan saat berolahraga). Jika memiliki dampak negatif pada paru-paru, maka pasien mungkin mengalami bronkospasme akibat olahraga.

Selain tes pernapasan, dokter juga dapat melakukan tes pencitraan untuk mencari infeksi atau masalah paru-paru lainnya. Ini dapat mencakup rontgen dada dan CT scan.

4. Pengobatan

Bronkospasme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi obat membantu melegakan pernapasan (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Dokter mungkin mengobati bronkospasme dengan obat-obatan yang memperlebar saluran udara dan membantu pasien bernapas lebih mudah. Ini dapat termasuk:

  • Bronkodilator kerja cepat (short-acting bronchodilator): Obat-obatan ini digunakan untuk menghilangkan gejala bronkospasme dengan cepat. Mereka mulai bekerja untuk memperlebar saluran udara dalam beberapa menit, dan efeknya bertahan hingga empat jam.
  • Bronkodilator kerja lambat (long-acting bronchodilator): Obat-obatan ini membuat saluran udara tetap terbuka hingga 12 jam tetapi membutuhkan waktu lebih lama untuk mulai bekerja.
  • Steroid inhalasi: Obat-obatan ini menurunkan pembengkakan di saluran udara. Seseorang dapat menggunakannya untuk kontrol bronkospasme jangka panjang. Obat-obatan ini juga membutuhkan waktu lebih lama untuk mulai bekerja daripada bronkodilator kerja pendek.
  • Steroid oral atau intravena: Ini mungkin diperlukan dalam kasus bronkospasme yang parah.

Apabila mengalami bronkospasme akibat olahraga, minum obat short-acting sekitar 15 menit sebelum berolahraga.

Seseorang mungkin perlu minum antibiotik jika ditemukan infeksi bakteri.

Jika tidak diobati, bronkospasme parah dapat mengancam jiwa. Namun, dengan intervensi sesegera mungkin, gejala biasanya mereda dalam beberapa menit. Apabila kamu mengalami gejala bronkospasme, segera gunakan bronkodilator. Apabila tidak memilikinya, segera cari pertolongan medis atau pergi ke ruang gawat darurat terdekat.

5. Pencegahan

Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah bronkospasme, yaitu:

  • Lakukan pemanasan selama 5 sampai 10 menit sebelum berolahraga, serta jangan lupa untuk melakukan pendinginan dengan durasi yang sama setelah olahraga.
  • Apabila memiliki alergi, jangan berolahraga ketika jumlah serbuk sari sedang tinggi.
  • Minum banyak air sepanjang hari untuk mengencerkan lendir di dada.
  • Lakukan olahraga di dalam ruangan saat cuaca dingin, atau tutup mulut dengan syal atau masker saat pergi ke luar rumah.
  • Jika merokok, berhentilah. Bila sulit untuk berhenti, jangan ragu untuk minta bantuan dokter. Selain itu, jauh-jauhlah dari asap rokok.
  • Pada usia 65 tahun ke atas, atau mengidap penyakit paru kronis atau masalah sistem imun, dapatkan vaksin pneumokokus dan flu. Tanyakan ini kepada dokter.

Bronkospasme dapat diobati, tetapi mengalami episode gejalanya bisa menjadi pengalaman yang menakutkan. Bila kamu mengidap asma, PPOK, atau kondisi pernapasan lain yang membuat seseorang terhadap bronkospasme, bicarakan ini dengan dokter. Dokter bisa meresepkan obat yang dapat mengurangi risiko dan meredakan gejala jika terjadi bronkospasme.

Baca Juga: Aritmia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya