Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bisakah Anak Kecil Mengidap Kanker Ovarium? Ini Penjelasan Medisnya!

ilustrasi gambar bayi dan ibunya (unsplash.com/Oleg Sergeichik)
ilustrasi gambar bayi dan ibunya (unsplash.com/Oleg Sergeichik)

Kanker ovarium masih menjadi salah satu mimpi buruk bagi banyak perempuan. Sama seperti jenis kanker lainnya, kanker ovarium juga sangat berbahaya jika gak segera mendapatkan perawatan. Dilansir Cancer Research Institute, setiap tahunnya diperkirakan ada sekitar 300 ribu orang di seluruh dunia yang didiagnosis mengidap kanker ovarium. Di antaranya, 180 ribu orang lain meninggal dunia karena penyakit yang sama.

Kanker ovarium jarang terjadi pada perempuan berusia di bawah 40 tahun. Mayoritas perempuan yang mendapatkan diagnosis ini adalah perempuan berusia lanjut yang sudah mengalami menopause. Namun hal itu gak berarti perempuan yang berusia muda bebas dari risiko kanker ovarium.

Bahkan, baru-baru ini, beredar kabar bahwa ada seorang bayi perempuan berusia 19 bulan diduga mengidap kanker ovarium. Meski kasusnya sangat jarang terjadi, kanker ovarium juga bisa menyerang perempuan berusia muda. Bagaimana itu bisa terjadi? Apa penyebabnya?

1. Apa itu kanker ovarium?

gambar organ reproduksi wanita (commons.m.wikimedia.org/Henry Vandyke Carter)
gambar organ reproduksi wanita (commons.m.wikimedia.org/Henry Vandyke Carter)

Sebelum mencari tahu penyebabnya, kita perlu tahu dulu apa  sebenarnya kanker ovarium itu. Ovarium adalah organ tubuh yang berbentuk kelenjar kecil seukuran kacang almond dan merupakan bagian dari sistem reproduksi perempuan. Setiap perempuan terlahir dengan dua ovarium, dan masing-masing berada di sisi kanan dan kiri rahim. Organ reproduksi tersebut berfungsi untuk menghasilkan sel telur (ovum), hingga menghasilkan hormon estrogen dan progesteron.

Dilansir Mayo Clinic, kanker ovarium terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh di ovarium dengan cepat dan gak terkendali. Sel-sel itu kemudian membentuk benjolan yang kemudian kita kenal dengan istilah tumor. Tumor sebetulnya ada yang bersifat jinak, tapi ada juga yang ganas. Nah, jika yang muncul adalah tumor ganas, mereka bisa berubah menjadi kanker dan menyerang sel tubuh lain yang sehat, hingga menyebar ke bagian tubuh lainnya.

2. Kanker ovarium biasanya gak menunjukkan gejala apa pun

ilustrasi perempuan yang mengalami gejala kanker ovarium (unsplash.com/Sasun Bughdaryan)
ilustrasi perempuan yang mengalami gejala kanker ovarium (unsplash.com/Sasun Bughdaryan)

Gak ada asap kalau gak ada api. Sebuah penyakit biasanya ditandai dengan gejala tertentu. Namun hal itu berbeda dengan kanker ovarium. Dilansir Mayo Clinic, kanker ovarium di awal perkembangannya gak menunjukkan gejala apa pun. Namun seiring waktu, penyakit ini mulai menunjukkan beberapa gejala, seperti:

  • Nyeri panggul atau perut yang terasa gak nyaman
  • Kebiasaan makan yang berubah, seperti kehilangan nafsu makan
  • Pendarahan abnormal di luar jadwal menstruasi atau setelah menopause 
  • Sering buang air kecil
  • Sering sembelit dan diare
  • Pembengkakan keras tanpa disertai rasa sakit di perut bagian bawah.

Pada anak di bawah usia 8 tahun, tumor ovarium ganas yang bersifat kanker bisa menyebabkan sekresi estrogen yang menimbulkan:

  • Pembesaran payudara 
  • Keputihan dan pendarahan
  • Menstruasi yang gak normal.

3. Perempuan lanjut usia merupakan kelompok yang paling rentan terkena kanker ovarium

gambar seorang perempuan berusia lanjut (unsplash.com/alpay tonga)
gambar seorang perempuan berusia lanjut (unsplash.com/alpay tonga)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, mayoritas penderita kanker ovarium adalah mereka yang sudah berusia lanjut. Dilansir American Cancer Society, kanker ovarium jarang terjadi pada perempuan berusia di bawah 40 tahun. Mayoritas sel kanker ovarium baru berkembang di fase menopause, bahkan setengah kasus kanker ovarium terjadi pada perempuan berusia di atas 63 tahun.

Selain karena usia, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko kanker ovarium, di antaranya:

  • Perempuan dengan berat berlebih atau obesitas
  • Memiliki anggota keluarga dengan riwayat kanker payudara, ovarium, dan kolorektal
  • Menjalani terapi hormon setelah menopause
  • Hamil saat berusia di atas 35 tahun.

4. Penyebab munculnya kanker ovarium

gambar seorang perempuan melakukan CT Scan (unsplash.com/Accuray)
gambar seorang perempuan melakukan CT Scan (unsplash.com/Accuray)

Sampai saat ini penyebab dari kanker ovarium belum diketahui. Meski begitu, dilansir dari Mayo Clinic, kanker ovarium bisa jadi disebabkan oleh sel-sel yang mengalami mutasi DNA. Perubahan ini menyebabkan sel tumbuh secara abnormal dan cepat, sehingga memicu munculnya tumor.

Jika dokter mencurigai gejala tumor, dokter akan melakukan beberapa tes untuk mengetahui apakah ini gejala kanker ovarium atau bukan. Tesnya sendiri meliputi pemindaian CT Scan menggunakan sinar-X, USG, biopsi, menanyakan riwayat kesehatan keluarga, bahkan mendapatkan opini kedua sebelum mendiagnosis seorang pasien positif mengidap kanker ovarium.

5. Bisakah anak kecil dan bayi mengidap kanker ovarium?

Ilustrasi ibu dan bayi (pexels.com/jennifer jaser)
Ilustrasi ibu dan bayi (pexels.com/jennifer jaser)

Kanker ovarium pada anak-anak dan balita sebenarnya sangat jarang terjadi. Biasanya, masalah yang ada berupa tumor. Kalaupun ditemukan tumor, biasanya bersifat jinak atau non-kanker sehingga gak berbahaya. Tumor ovarium bisa terbentuk kapan saja, termasuk saat masih bayi dan terbentuk di jaringan ovarium.

Bayi dan anak-anak sangat jarang mengidap kanker ovarium karena sistem reproduksi mereka yang belum aktif. Biasanya, untuk anak berusia di bawah 8 tahun, 4 dari 5 kasus tumor yang ditemukan bersifat non-kanker. Bukan hanya itu, tumor ovarium pada kelompok usia ini juga memiliki tingkat kesembuhan yang jauh lebih tinggi. 

Kasus kanker ovarium pada bayi dan anak-anak termasuk jarang terjadi. Namun hal itu gak berarti kelompok ini sepenuhnya aman. Bayi dan anak-anak memang bukan termasuk kelompok yang berisiko terkena kanker ovarium, tapimereka tetap bisa terkena tumor ovarium bersifat jinak atau non-kanker. Untuk itu, jika kamu menemukan gejala yang mencurigakan pada balita atau anak-anak, jangan ragu untuk segera memeriksakannya ke rumah sakit terdekat.

Referensi

Cancer Research Institute. "Immunotherapy for Ovarian Cancer". Diakses pada Oktober 2024.
American Cancer Society. "Ovarian Cancer Risk Factors". Diakses pada Oktober 2024. 
Mayo Clinic. "Ovarian Cancer". Diakses pada Oktober 2024. 
Cleveland Clinic. "Ovarian Cancer". Diakses pada Oktober 2024. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siti Marliah
EditorSiti Marliah
Follow Us