Pasien Ginjal Kronis Tetap Bisa Hidup Berkualitas, Caranya?

Sebanyak 1 dari 10 orang di dunia mengalami penyakit ginjal kronis, dan 9 dari 10 orang dengan penyakit ginjal kronis tidak menyadari penyakitnya! Bagaimana kondisinya di Indonesia?
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi penyakit ginjal kronis di Indonesia adalah 2,0 per 1.000 penduduk, sementara pada Riskesdas tahun 2018 jumlahnya meningkat jadi 3,8 per 1.000 penduduk. Ini menunjukkan bahwa angka pasien baru terus meningkat.
Menyadari hal tersebut, Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) mengadakan virtual media briefing dengan tema "Peringatan Hari Ginjal Sedunia 2021: Hidup Berkualitas dengan Penyakit Ginjal" pada Rabu (10/3/2021).
Acara ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu dr. Aida Lydia, Ph.D., SpPD-KGH, Ketua Umum PERNEFRI; Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.SC., Ph.D, Direktur Utama Dewan Direksi BPJS Kesehatan RI; dan dr. Rita Rogayah, SpP(K), MARS, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan - Kemenkes RI. Mari simak bersama!
1. Rutin minum obat antihipertensi dan diabetes
Menurut data dari Indonesian Renal Registry, 40 persen penyebab gagal ginjal adalah penyakit ginjal hipertensi dan 26 persen penyakit ginjal diabetik. Sementara, sisanya disebabkan oleh glomerulonefritis (11 persen), obstruksi infeksi (6 persen), ginjal polikistik (1 persen), dan lain-lain.
Oleh karena itu, obat antihipertensi dan diabetes tetap harus diminum teratur (bagi pengidapnya). Tujuannya agar tekanan darah dan gula darah terkontrol serta mencegah komplikasi ke organ target.
Menurut dr. Aida, anggapan bahwa minum obat dapat merusak ginjal adalah persepsi yang tidak tepat. Ia menegaskan bahwa yang merusak ginjal adalah penyakitnya, bukan obatnya.