Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Efek Samping Obat TBC yang Perlu Diwaspadai

ilustrasi obat-obatan (unsplash.com/Ksenia Yakovleva)
ilustrasi obat-obatan (unsplash.com/Ksenia Yakovleva)
Intinya sih...
  • TBC memerlukan pengobatan khusus dengan antibiotik selama beberapa bulan.
  • Obat TBC dapat menimbulkan efek samping seperti ruam, masalah perut, kelelahan, hingga kulit menguning.
  • Beberapa efek samping bisa berlangsung lama bahkan setelah pengobatan selesai dan memerlukan pemantauan dokter secara ketat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tuberkulosis (TB atau TBC) adalah penyakit menular yang memerlukan pengobatan khusus. Pengobatan TBC biasanya melibatkan antibiotik yang diberikan selama beberapa bulan. Meskipun efektif, tetapi obat-obatan TBC dapat menimbulkan efek samping yang tingkat keparahannya bervariasi pada setiap orang. 

Memahami efek samping obat TBC, berapa lama efek samping tersebut berlangsung, dan cara mengatasinya sangat penting bagi siapa pun yang menjalani pengobatan TBC. Yuk, ketahui apa saja efek samping dari obat TBC!

1. Efek samping umum obat TBC

Meskipun bekerja untuk menghilangkan infeksi, tetapi obat TBC juga dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Berikut ini beberapa efek samping umum yang dapat terjadi:

  • Ruam.
  • Penglihatan kabur atau berubah.
  • Masalah perut, seperti nyeri, mual, muntah, atau sakit perut.
  • Kelelahan dan demam yang berlangsung selama tiga hari atau lebih.
  • Urine berwarna cokelat.
  • Tinja berwarna terang.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Kulit atau mata menguning.
  • Pusing.
  • Kesemutan atau mati rasa di tangan, kaki, atau di sekitar mulut.
  • Nyeri sendi.
  • Kulit mudah memar atau berdarah.

2. Lama efek samping berlangsung

ilustrasi batuk (freepik.com/Racool_studio)
ilustrasi batuk (freepik.com/Racool_studio)

Berapa lama efek samping obat TBC bertahan bervariasi tergantung pada orang dan jenis reaksi yang mereka alami.

Misalnya, mual dan muntah sering kali mereda setelah beberapa minggu mengonsumsi obat. Namun, beberapa efek samping dapat bertahan bahkan setelah pengobatan selesai.

Sebuah studi dalam jurnal BMJ Open tahun 2022 menemukan bahwa sekitar 27,9 persen orang yang mengalami penurunan fungsi paru-paru akibat pengobatan TBC dapat terus mengalami gejala hingga tiga tahun setelah menyelesaikan pengobatan mereka.

Selain itu, sebuah tinjauan dalam The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease tahun 2023 menyarankan agar pasien menghadiri janji temu tindak lanjut setiap enam bulan hingga dua tahun setelah menyelesaikan pengobatan TBC untuk memantau efek samping jangka panjang. Pemeriksaan rutin ini membantu memastikan bahwa masalah yang masih ada ditangani dengan segera.

3. Mengelola efek samping obat TBC

Jika efek samping terjadi, penting untuk mencari nasihat medis. Dokter dapat merekomendasikan strategi atau perawatan untuk membantu mengelola gejala.

Misalnya:

  • Vitamin B6: Membantu meredakan sensasi kesemutan di tangan dan kaki.
  • Istirahat dan banyak minum air: Cukup istirahat dan minum banyak cairan dapat membantu mengatasi pusing dan kelelahan.
  • Antihistamin atau steroid topikal: Untuk mengelola ruam atau iritasi kulit.

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin menyarankan untuk menghentikan atau menyesuaikan pengobatan jika efek sampingnya parah.

4. Pemantauan dan pertimbangan tambahan

ilustrasi obat-obatan (paxels.com/Marta Branco)
ilustrasi obat-obatan (paxels.com/Marta Branco)

Sebelum memulai pengobatan TBC, pasien harus menjalani tes fungsi hati dan ginjal. Mereka yang memiliki kondisi medis, seperti masalah hati atau ginjal, perlu dipantau secara ketat selama pengobatan.

Orang yang hidup dengan HIV yang menjalani terapi antiretroviral juga dapat mengalami efek samping yang lebih signifikan dari pengobatan TBC, yang memerlukan penyesuaian dosis yang cermat dan pemantauan rutin oleh dokter yang merawat.

5. Hal yang harus dihindari selama pengobatan TBC

Ada beberapa hal yang harus dihindari orang saat mengonsumsi obat TBC untuk meminimalkan risiko komplikasi atau efek samping yang memburuk:

  • Alkohol: Kombinasi obat TBC dan alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan hati.
  • Makanan tertentu: Makanan yang mengandung banyak tyramine dan histamin, seperti keju, tuna, makerel, asinan kubis, dan daging olahan, harus dihindari, karena dapat menyebabkan interaksi dengan obat TBC.
  • Obat baru: Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum memulai pengobatan baru, karena obat tersebut dapat mengganggu kerja obat TBC.
  • Pil kontrasepsi: Obat TBC dapat mengurangi efektivitas pil kontrasepsi dan KB implan. Sebaiknya gunakan metode pengaman tambahan, seperti kondom, selama pengobatan TBC.

Perempuan hamil atau yang berencana untuk hamil harus memberi tahu dokter sebelum memulai pengobatan TBC, karena beberapa obat dapat menimbulkan risiko bagi janin.

Pengobatan TBC dapat menyebabkan berbagai efek samping, beberapa di antaranya dapat berlangsung lama bahkan setelah pengobatan berakhir. Penting untuk bekerja sama dengan dokter untuk memantau efek ini secara ketat. Dengan manajemen yang tepat, pasien dapat mengurangi ketidaknyamanan akibat efek samping obat dan terus melanjutkan pengobatan hingga tuntas.

Referensi

"Serious Adverse Reactions to TB Drugs". Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada November 2024. 
Gai, Xiaoyan, Wenli Cao, et al. “Risk factors and biomarkers for post-tuberculosis lung damage in a Chinese cohort of male smokers and non-smokers: protocol for a prospective observational study.” BMJ Open 13, no. 10 (October 1, 2023): e065990.
"What are the side effects of TB medication?" Medical News Today. Diakses pada November 2024.
Nightingale, R., F. Carlin, J. Meghji, et al. “Post-TB health and wellbeing.” The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease 27, no. 4 (April 1, 2023): 248–83.
"Side effects". TB Alert. Diakses pada November 2024.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Eka Amira Yasien
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us