Studi: Hipertensi Berkaitan dengan Kepribadian Neurotisme

Ditandai dengan kecenderungan merasakan emosi negatif

Neurotisme adalah kepribadian yang dikaitkan dengan perasaan kesusahan dan ketidakpuasan. Individu neurotik memiliki kecenderungan merasa tidak puas dengan diri sendiri dan kehidupannya.

Selain itu, mereka juga lebih rentan terhadap emosi negatif, seperti kecemasan, depresi, kemarahan, dan rasa bersalah. Bukan hanya itu, mereka juga lebih sering melaporkan masalah kesehatan ringan dan merasakan ketidaknyamanan umum dalam berbagai situasi.

Dilansir Healthline, orang-orang dengan neurotisme tinggi cenderung lebih berisiko terkena penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular, penyakit Alzheimer, dan mengalami kematian dini. Selain itu, neurotisme juga menjadi prediktor terkuat dari gangguan kesehatan mental, yang dapat berkontribusi pada hasil kesehatan fisik yang buruk.

Di satu sisi, neurotisme dianggap sebagai pemicu berbagai masalah kesehatan. Di sisi lain, sebuah studi yang dimuat dalam jurnal General Psychiatry tahun 2022 menunjukkan bahwa masalah kesehatan justru memicu neurotisme. Secara khusus, ini diyakini dipicu oleh tekanan darah diastolik yang tinggi.

Di sini, kita akan membahas lebih dalam bagaimana kaitan antara neurotisme dan hipertensi.

1. Bagaimana tekanan darah diukur

Studi: Hipertensi Berkaitan dengan Kepribadian Neurotismeilustrasi mengukur tekanan darah (freepik.com/wavebreakmedia_micro)

Dijelaskan dalam laman National Health Service, tekanan darah dicatat dengan dua angka. Tekanan sistolik (angka yang lebih tinggi) menunjukkan bagaimana kekuatan jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, tekanan diastolik (angka bawah) menunjukkan resistansi terhadap aliran darah di pembuluh darah. Keduanya diukur dalam milimeter air raksa (mmHg).

Sebagai panduan umum:

  • Tekanan darah dianggap tinggi jika hasil pengukuran menunjukkan angka 140/90 mmHg atau 150/90 mmHg.
  • Tekanan darah dianggap ideal jika hasil pengukuran menunjukkan angka antara 90/60 mmHg dan 120/80 mmHg, 

Jika hasil pengukuran menunjukkan tekanan darah berada di antara 120/80 mmHg dan 140/90 mmHg, berarti kamu memiliki risiko terkena tekanan darah tinggi. Meskipun begitu, tekanan darah setiap orang akan sedikit berbeda. Apa yang dianggap rendah atau tinggi bagi satu orang mungkin normal bagi orang lain.

2. Risiko kesehatan terkait tekanan darah tinggi

Studi: Hipertensi Berkaitan dengan Kepribadian Neurotismeilustrasi pembuluh darah (pixabay.com/vector8diy)

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi yang dapat merusak tubuh secara perlahan, bahkan sebelum gejalanya muncul. Tekanan darah tinggi yang terus dibiarkan dapat menyebabkan kecacatan, penurunan kualitas hidup, bahkan serangan jantung atau stroke.

Berikut adalah beberapa risiko kesehatan terkait tekanan darah tinggi seperti dilansir laman Mayo Clinic:

  • Arteri mengalami penyempitan dan kerusakan.
  • Aneurisme.
  • Penyakit arteri koroner.
  • Gagal jantung.
  • Serangan iskemik sementara.
  • Stroke.
  • Demensia.
  • Gangguan kognitif ringan.
  • Ginjal jaringan parut.
  • Gagal ginjal.
  • Retinopati.
  • Koroidopati.
  • Neuropati optik.
  • Disfungsi seksual.

3. Bagaimana tekanan darah memengaruhi perilaku neurotik

Studi: Hipertensi Berkaitan dengan Kepribadian Neurotismeilustrasi seseorang mengalami kecemasan (pexels.com/PhamKhoai)

Sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Human Molecular Genetics tahun 2014 menguji hubungan antara tekanan darah dan ciri-ciri kepribadian tertentu menggunakan teknik yang disebut pengacakan Mendelian. Dalam studi tersebut, para peneliti mengambil beberapa data berskala besar dari sampel darah yang disediakan oleh orang-orang keturunan Eropa.

Para peneliti melihat empat ciri tekanan darah: tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi, dan tekanan darah tinggi. Mereka juga memeriksa empat kondisi psikologis: kecemasan, gejala depresi, neurotisme, dan kesejahteraan subjektif.

Analisis menunjukkan tekanan darah diastolik memiliki efek kausal yang signifikan pada neurotisme tetapi tidak pada kecemasan, gejala depresi, atau kesejahteraan subjektif. Sementara, ciri-ciri tekanan darah lainnya tidak memiliki hubungan dengan empat keadaan psikologis.

Namun, penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan. Misalnya, data diambil dari orang-orang Eropa yang hasilnya mungkin tidak berlaku untuk populasi lain. Selain itu, terdapat kemungkinan satu gen dapat memengaruhi tekanan darah diastolik dan neurotisisme.

Baca Juga: Mengapa Berolahraga Dapat Membantu Mengendalikan Tekanan Darah?

4. Dampak kesehatan dari keadaan psikologis

Studi: Hipertensi Berkaitan dengan Kepribadian Neurotismeilustrasi depresi (pexels.com/Andrew Neel)

Sebuah penelitian pada tahun 2014 dalam Journal of Behavioral Medicine menemukan hubungan antara tingkat neurotisme yang lebih tinggi dengan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular yang lebih besar. Namun, terdapat kemungkinan bahwa peserta penelitian mungkin telah memiliki penyakit kardiovaskular pada awalnya. Jadi tidak cukup informasi untuk mengatakan apakah neurotisme menyebabkan perkembangan penyakit kardiovaskular.

Penelitian lain dalam British Journal of Psychiatry tahun 2016 telah meneliti efek kesehatan dari faktor psikologis yang terkait erat dengan neurotisisme. Dalam studi tersebut, peneliti menemukan bahwa orang dengan kecemasan sosial memiliki risiko 1,5 kali lipat lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki masalah kecemasan.

Selain itu, penelitian yang dirilis dalam jurnal Nature Review Cardiology tahun 2017 menunjukkan bahwa depresi merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner. Depresi juga meningkatkan risiko kematian pada orang yang sudah mengidap penyakit jantung koroner.

5. Apakah perawatan neurotisme mampu meningkatkan kesehatan?

Studi: Hipertensi Berkaitan dengan Kepribadian Neurotismeilustrasi meditasi (pexels.com/anna tarazevich)

Apabila neurotisme berkaitan dengan kesehatan yang buruk, apakah mengobati neurotisme akan membantu meningkatkan kesehatan fisik? Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menguji apakah mengobati kondisi yang berhubungan dengan neurotisme, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma, dapat mencegah kambuhnya penyakit jantung.

Penelitian dalam jurnal Archives of Internal Medicine tahun 2011 menunjukkan bahwa pengurangan stres, seperti terapi perilaku kognitif dan meditasi transendental dapat mengurangi risiko serangan jantung, stroke, dan kejadian terkait jantung lainnya pada orang dengan penyakit kardiovaskular yang sudah ada. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut di bidang ini.

6. Cara mengontrol tekanan darah tinggi tanpa obat

Studi: Hipertensi Berkaitan dengan Kepribadian Neurotismeilustrasi olahraga bersama teman (pexels.com/Yan Krukov)

Gaya hidup memainkan peran penting dalam mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi. Ini juga dapat mencegah, menunda, atau mengurangi kebutuhan akan pengobatan.

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol tekanan darah tanpa obat:

  • Menjaga berat badan sehat dan perhatikan lingkar pinggang.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Makan makanan yang sehat dan seimbang.
  • Kurangi garam. 
  • Batasi alkohol.
  • Berhenti merokok.
  • Dapatkan tidur yang cukup dan berkualitas.
  • Kurangi stres.
  • Pantau tekanan darah di rumah dan lakukan pemeriksaan rutin.

Pada dasarnya, kesehatan mental dan fisik saling berhubungan dan penting untuk menjaga keduanya. Jika kamu memiliki kecenderungan neurotisme, penting untuk mencari terapi guna mengatasi kondisi ini. Di sisi lain, penting untuk menjaga tekanan darah dengan menerapkan gaya hidup sehat.

Baca Juga: Studi: Yoga dan Meditasi Turunkan Gula Darah Pasien Diabetes

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya