Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Faltering Growth Jadi Tanda Utama Stunting, Ini Tips dari Dokter Anak

ilustrasi bayi (unsplash.com/Ignacio Campo)
Intinya sih...
  • Faltering growth bukan sekadar keterlambatan pertumbuhan, tetapi dapat menjadi tanda bahwa anak mengalami masalah kesehatan atau gizi yang serius.
  • Faltering growth sering kali mencerminkan adanya kekurangan asupan gizi, gangguan metabolisme, atau penyakit kronis, termasuk kondisi stunting.

Pertumbuhan anak merupakan salah satu indikator utama kesehatan dan kesejahteraan mereka. Namun, bagaimana jika pertumbuhan anak melambat atau bahkan berhenti? Fenomena ini dikenal dengan istilah faltering growth

Menurut dr. Klara Yuliarti, SpA(K), dokter spesialis anak konsultan gizi anak, faltering growth disebut sebagai tanda stunting yang harus segera diwaspadai. Faltering growth bukan sekadar angka di grafik, tetapi alarm bahwa ada masalah mendasar yang perlu diselesaikan. 

1. Kenapa faltering growth harus diwaspadai?

ilustrasi bayi (unsplash.com/ Kelly Sikkema)

Faltering growth bukan sekadar keterlambatan pertumbuhan, tetapi dapat menjadi tanda bahwa anak mengalami masalah kesehatan atau gizi yang serius.

Dokter Klara menjelaskan bahwa kondisi ini sering kali mencerminkan adanya kekurangan asupan gizi, gangguan metabolisme, atau penyakit kronis, termasuk kondisi stunting

“Pertumbuhan yang tidak sesuai dengan usia bisa berdampak jangka panjang, mulai dari kemampuan kognitif, performa sekolah, hingga risiko penyakit kronis di masa dewasa,” ungkap dr. Klara saat ditemui IDN Times pada Selasa (26/11/2024). 

Oleh karena itu, mendeteksi dan menangani faltering growth sejak dini menjadi sangat penting untuk memastikan anak tumbuh dan berkembang secara optimal.

Selain itu, kondisi ini sering kali tidak disadari karena gejalanya cenderung samar, seperti berat badan yang sulit naik meskipun anak tampak sehat. Hal ini menjadikan edukasi orang tua dan pemantauan rutin sebagai langkah krusial dalam mencegah stunting. 

2. Standar WHO untuk mendeteksi faltering growth

ilustrasi bayi minum susu formula (pexels.com/Sarah Chai)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan standar pertumbuhan anak yang menjadi acuan global untuk memantau kesehatan dan perkembangan mereka. Grafik pertumbuhan WHO mencakup beberapa parameter seperti berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh (IMT) yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin.

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat, guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita. Posyandu merupakan program yang baik, tetapi mungkin memiliki kekurangan.

"Posyandu itu sebenarnya program yang baik sekali. Setiap bulan bayi harus ke posyandu. Cuma sayangnya apa yang terjadi di posyandu itu kurang optimal," kata dr. Klara. 

Sering kali, orang tua yang membawa anaknya ke Posyandu tidak diberikan edukasi lanjutan terkait berat dan tinggi badan anak, menurut penjelasan dr, Klara. 

"Contohnya anaknya ditimbang, tapi kemudian tidak di-plot ke dalam kartu standar WHO itu. Misalnya ada anak yang terlihat garis grafiknya mulai melandai, harusnya kan naik terus. Ini yang harusnya diberikan edukasi lanjutan," ungkapnya. 

Standar WHO juga memberikan kategori zona, seperti zona hijau (normal), zona kuning (waspada), dan zona merah (kritis). Anak yang berada di zona kuning atau merah memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan penyebab dan intervensi yang diperlukan. 

"Begitu ada bayi berat tidak naik, apalagi sampai di minus 2 garis merah, itu harusnya langsung dirujuk ke puskesmas," jelas dr. Klara. 

3. Tips mencegah faltering growth

dr. Klara Yuliarti, Sp.A(K) (IDN Times/Rifki Wuda)

Mencegah faltering growth memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan asupan gizi seimbang, pola asuh yang baik, dan pemantauan kesehatan secara berkala. Dokter Klara memberikan tips untuk memastikan anak tumbuh sesuai potensi terbaiknya:

  • Penuhi kebutuhan nutrisi seimbang: Pastikan anak mendapatkan asupan makanan yang kaya akan makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak sehat) serta mikronutrien seperti zat besi, kalsium, dan vitamin.
  • Jadwalkan pemantauan rutin: Bawa anak ke dokter atau posyandu untuk memantau pertumbuhan menggunakan grafik WHO. Pemantauan ini penting untuk mendeteksi masalah sejak dini, bahkan sebelum gejala tampak jelas.
  • Berikan stimulasi sesuai usia: Selain gizi, stimulasi fisik dan mental juga berperan penting dalam perkembangan anak. Dorong anak untuk bermain aktif, belajar, dan berinteraksi dengan lingkungan.
  • Cegah dan atasi penyakit dengan cepat: Penyakit seperti infeksi saluran cerna atau gangguan kronis bisa memengaruhi pertumbuhan anak. Oleh karena itu, pastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap dan cepat mendapatkan perawatan jika sakit.

Orang tua harus paham akan pentingnya pertumbuhan yang sehat dan tidak ragu berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi jika menemukan kendala.

"Sekarang harus dari dua pihak lah, orang tuanya proaktif dan dokter juga harus telaten. Maksudnya, mengeluarkan waktu untuk melihat, apakah beratnya tidak naik atau malah beratnya sudah kurang sebelum terjadinya stunting," jelas dr. Klara.

Faltering growth bukan sekadar masalah pertumbuhan fisik, tetapi bisa menjadi indikasi adanya gangguan yang lebih serius pada kesehatan anak. Dengan memahami pentingnya deteksi dini, kamu bisa membantu anak tumbuh dan berkembang secara optimal.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Rifki Wuda Sudirman
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us