Andrade, José, Carlo Giovanni Camarda, and Héctor Pifarré I Arolas. “Cohort Mortality Forecasts Indicate Signs of Deceleration in Life Expectancy Gains.” Proceedings of the National Academy of Sciences 122, no. 35 (August 25, 2025).
Studi: Harapan Hidup Melambat di 23 Negara Maju

- Harapan hidup di 23 negara maju melambat, memengaruhi anggaran negara, sistem pensiun, dan rencana keluarga.
- Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa perlambatan kenaikan harapan hidup menajdi tren global yang konsisten. Meski perbaikan kesehatan di usia tua tetap ada, tetapi dampaknya tidak cukup kuat untuk mendorong pencapaian usia 100 tahun bagi generasi yang lahir setelah tahun 1939.
Bagaimana jika ada seseorang yang lahir pada tahun 1939, di tengah gejolak perang dunia, lalu kamu membandingkannya dengan seorang bayi yang lahir pada tahun 2000 di era internet yang baru berkembang. Perjalanan hidup keduanya tentunya akan berbeda dalam hal teknologi dan budaya, sekaligus juga dalam hal harapan hidup.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences oleh peneliti dari Max Planck Institute for Demographic Research, INED, dan University of Wisconsin-Madison mencoba menelusuri hal ini.
Mereka menghitung harapan hidup kohort dari generasi yang lahir antara 1939 hingga 2000 di 23 negara berpenghasilan tinggi. Para peneliti menggunakan berbagai metode proyeksi, untuk menjawab apakah kenaikan harapan hidup mulai melambat?
1. Latar belakang penelitian
Selama lebih dari satu abad, negara-negara berpenghasilan tinggi menikmati peningkatan harapan hidup yang nyaris konsisten. Vaksinasi, sanitasi yang lebih baik, serta kemajuan dalam perawatan jantung berhasil menekan angka kematian pada usia muda dan paruh baya. Namun, setiap tambahan tahun kehidupan juga memengaruhi anggaran negara, sistem pensiun, hingga rencana keluarga. Di balik pencapaian itu, apakah tren ini mulai melambat?
Untuk menjawabnya, para ilmuwan membedakan dua cara pandang. Harapan hidup periodik mencatat angka kematian dalam satu tahun tertentu. Sementara itu, harapan hidup kohort menelusuri kelompok kelahiran yang sama sepanjang hidup mereka. Ini akan memberikan gambaran yang lebih nyata tentang panjang umur yang benar-benar dijalani.
Faktor-faktor seperti stabilitas ekonomi, gaya hidup, ketidaksetaraan, hingga risiko baru seperti pandemi dan krisis kesehatan publik juga menjadi bagian penting dari cerita panjang tentang umur manusia.
2. Menggunakan Human Mortality Database (HMD)

Untuk menggali jawabannya, para peneliti mengandalkan Human Mortality Database (HMD), salah satu basis data paling lengkap tentang angka kematian di dunia. Mereka menelusuri jejak kehidupan orang-orang yang lahir antara tahun 1939 hingga 2000 di 23 negara berpenghasilan tinggi, dengan fokus pada usia 20 tahun ke atas agar datanya lebih kokoh. Dari sana, kematian tiap kohort diproyeksikan hingga usia 100 tahun lebih, sementara tabel kehidupan ditutup pada usia 85 ke atas untuk menjaga konsistensi.
Untuk memastikan hasilnya tidak sekadar perkiraan kasar, dua pendekatan pemodelan diterapkan, lalu dilengkapi dengan interval prediksi (prediction intervals) 95 persen yang dihitung lewat teknik bootstrap (metode statistik untuk mengestimasi ketelitian atau reliabilitas suatu hasil penelitian dengan cara mengambil sampel ulang dari data yang sama).
Cara ini memungkinkan para peneliti menangkap rentang ketidakpastian secara lebih transparan, sehingga proyeksi harapan hidup yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
3. Hasil: harapan hidup melambat
Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan harapan hidup antar generasi kini melambat tajam dibandingkan tren hampir linear yang dialami kohort kelahiran 1900–1938. Jika tren lama itu berlanjut, harapan hidup terbaik seharusnya naik sekitar 0,46 tahun tiap generasi dan mencapai 100 tahun bagi mereka yang lahir tahun 1980.
Namun, proyeksi terbaru justru memperkirakan kenaikan jauh lebih kecil, hanya sekitar 0,22–0,29 tahun per generasi untuk “best-practice” dan 0,20–0,27 tahun untuk median lintas negara. Artinya, peningkatan yang terjadi kini terpangkas hingga separuh dari yang diharapkan, dan tidak ada satupun kohort kelahiran 1939–2000 yang diprediksi mampu menyentuh angka 100 tahun.
Perlambatan ini terutama terjadi karena perbaikan angka kematian di usia anak dan remaja tidak sebesar dulu, sementara peningkatan di usia tua masih ada namun terlalu kecil untuk menutupi perlambatan awal. Konsistensi hasil di berbagai negara dan model menegaskan bahwa tren ini nyata dan menyeluruh, bukan sekadar bias perhitungan.
Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa perlambatan kenaikan harapan hidup menajdi tren global yang konsisten. Meski perbaikan kesehatan di usia tua tetap ada, tetapi dampaknya tidak cukup kuat untuk mendorong pencapaian usia 100 tahun bagi generasi yang lahir setelah tahun 1939. Temuan ini menjadi pengingat bahwa peningkatan harapan hidup di masa depan tidak bisa lagi dianggap pasti seperti sebelumnya.
Referensi