Kenapa Cedera ACL Sangat Ditakuti Para Atlet?

- Cedera ACL relatif umum terjadi dalam olahraga. Namun, jenis cedera ini ditakuti oleh para atlet.
- Cedera ACL bisa berbahaya bagi para atlet karena mengganggu kestabilan gerak dan memerlukan waktu yang lama untuk pemulihan.
Anterior cruciate ligament (ACL) atau ligamen lutut anterior atau depan adalah salah satu dari empat ligamen utama yang menstabilkan sendi lutut.
Ligamen merupakan serat yang menyatukan tulang, bersifat kuat dan tidak dapat diregangkan. ACL bersama dengan ligamen lainnya membantu menjaga lutut tetap stabil agar tidak bergeser, berputar, dan hiperekstensi saat berlari, melompat, dan mendarat.
Cedera ACL relatif umum terjadi dalam olahraga. Meskipun begitu, jenis cedera ini ditakuti oleh para atlet. Pasalnya, cedera ACL sering kali harus ditangani lewat pembedahan dan butuh waktu pemulihan yang lama. Selain itu, cedera ACL membuat banyak atlet harus vakum dalam waktu yang lama atau bahkan pensiun sebelum waktunya.
1. Tanda dan gejala
Sering kali, cedera parah pada ACL diawali dengan letupan suara keras. Ini kemudian diikuti oleh rasa sakit yang luar biasa selama beberapa menit.
ACL yang robek sering kali disertai dengan hemartrosis (perdarahan ke dalam ruang sendi), yang tampak sebagai pembengkakan lutut yang besar dan tegang. Pemeriksaan lutut lebih mudah dilakukan dalam satu jam pertama setelah cedera sebelum hemartrosis berkembang. Disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter setelah cedera terjadi.
Atlet yang mengalami cedera ACL kerap mengalami keterbatasan gerakan yang parah, terutama ekstensi. ACL yang robek sering disertai dengan cedera lutut lainnya, seperti kerusakan meniskus dan ligamen kolateral medial atau lateral.
2. Dampak cedera ACL pada atlet

Dampak dari cedera ACL dapat berlangsung lama. Atlet yang mengalami cedera sering kali harus berhenti berolahraga dalam waktu lama. Selain itu, waktu yang dihabiskan untuk menjalani perawatan dapat memengaruhi kinerja akademis. Ini semuanya dapat berkembang menjadi depresi.
Atlet muda yang mengalami cedera ACL memiliki kemungkinan hingga 10 kali lebih besar untuk mengalami radang sendi dini, biasanya sekitar 15 tahun setelah cedera. Artinya, atlet yang mengalami cedera ACL pada usia 13 tahun kemungkinan akan menghadapi nyeri kronis pada usia 20-an dan 30-an, yang akan memengaruhi karier olahraganya di masa depan.
Selain itu, mereka yang pernah mengalami cedera ACL sebelumnya memiliki risiko 25–35 persen lebih tinggi untuk mengalami robekan ACL kedua.
3. Mengapa cedera ACL lebih umum terjadi pada atlet perempuan
Cedera ACL dapat terjadi pada semua orang dan jenis olahraga apa pun, tetapi perempuan memiliki risiko lebih tinggi mengalami cedera ini. Ini lantaran struktur sendi lutut perempuan memiliki lebih banyak kelonggaran dan rentang gerak daripada laki-laki.
Perempuan juga biasnaya memiliki lebih sedikit massa otot di sekitar lutut, yang berkontribusi pada lebih banyak ketidakstabilan. Ini dapat menyebabkan robekan ligamen jika ligamen tersebut terlalu meregang.
Perbedaan teknik juga berperan. Saat turun dari lompatan, atlet perempuan cenderung mendarat dengan pola kolaps, menggerakkan lutut ke dalam dan sering kali tidak cukup menekuknya. Kombinasi faktor-faktor ini membuat robekan ACL lebih mungkin terjadi.
4. Pengobatan untuk cedera ACL

Pengobatan untuk robekan ACL bergantung pada usia dan jenis olahraga yang dilakukan.
- Pengobatan non bedah dapat mencakup modifikasi olahraga dan aktivitas fisik, latihan rehabilitasi, dan penggunaan penyangga lutut.
- Pengobatan bedah menciptakan ACL baru dari tendon di lutut. Pembedahan idealnya dilakukan setelah atlet pulih dari cedera awal dan sudah mendapatkan kembali rentang gerak lutut dan kekuatan kaki. Jika lutut masih bengkak, kaku, atau lemah pada saat pembedahan, maka pemulihan bisa memakan waktu lebih lama. Secara keseluruhan, operasi ACL memiliki peluang keberhasilan sekitar 90 persen dalam memulihkan stabilitas lutut. Namun, atlet biasanya baru bisa kembali berolahraga dalam waktu 6–9 bulan setelahnya.
Jika cedera ACL terjadi pada atlet muda, mereka biasanya diminta untuk menunda pembedahan sampai masa pertumbuhan mereka selesai. Ini bertujuan untuk menghindari risiko cedera lempeng pertumbuhan akibat pembedahan.
5. Berolahraga dengan ACL yang robek
Atlet yang mengalami cedera ACL dan berpartisipasi dalam olahraga yang melibatkan lari, lompat, berputar, bola basket, dan sepak bola kemungkinan memerlukan bedah rekonstruksi jika ingin meneruskan bidang olahraga mereka.
Berolahraga dengan ACL yang robek dapat menyebabkan episode ketidakstabilan lutut berulang yang dapat mengganggu keterampilan olahraga dan terkadang mengakibatkan cedera lebih lanjut di tulang rawan lutut dan meniskus.
Di sisi lain, atlet yang berpartisipasi dalam olahraga berdampak rendah dan tidak ada gerakan berputar kemungkinan dapat melanjutkan olahraga mereka tanpa harus merekonstruksi robekan ACL melalui pembedahan.
Jadi, cedera ACL bisa berbahaya bagi para atlet karena mengganggu kestabilan gerak dan memerlukan waktu yang lama untuk pemulihan. Selain itu, siapa pun yang sudah pernah mengalami cedera ACL memiliki risiko tinggi mengalami cedera ACL kembali di masa depan. Jika kamu berpartisipasi dalam olahraga yang melibatkan lari dan lompat, kamu harus berhati-hati agar tidak mengalami cedera ini, ya.
Referensi
Healthychildren.org. Diakses pada Agustus 2024. ACL Injuries in Young Athletes.
John Hopkins Medicine. Diakses pada Agustus 2024. ACL Tears in Female Athletes: Q&A with a Sports Medicine Expert.
Sports Medicine Australia. Diakses pada Agustus 2024. Anterior Cruciate Ligament (ACL) Injury.