Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Cacar Monyet Juga Dideteksi dengan Tes PCR?

ilustrasi cacar monyet (freepik.com/freepik)

Cacar monyet atau monkeypox yang beberapa waktu lalu dinyatakan sebagai darurat kesehatan global saat ini sudah ada kasusnya di Indonesia. Mendeteksi infeksi cacar monyet bisa dilakukan dengan tes PCR.

Juru bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH, menyebutkan bahwa Kemenkes telah menyiapkan sebanyak 1.200 reagen untuk pemeriksaan cacar monyet. Pemeriksaan PCR untuk mendeteksi cacar monyet saat ini baru bisa dilakukan di dua laboratorium, yaitu laboratorium rujukan nasional BKPK Kemenkes dan laboratorium Institut Pertanian Bogor.

Sebagian orang mungkin menganggap bahwa tes PCR hanya dilakukan untuk pemeriksaan COVID-19. Lantas, mengapa cacar monyet juga dideteksi menggunakan tes PCR? Berikut penjelasannya!

1. Mengenal cacar monyet

ilustrasi cacar monyet (freepik.com/freepik)

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa cacar monyet dapat menimbulkan berbagai keluhan, seperti demam, pembesaran kelenjar getah bening, hingga munculnya lesi kulit yang khas. Kulit dapat muncul lenting berisi cairan di dalamnya, seiring waktu akan menjadi mengering membentuk keropeng.

Sama seperti virus lainnya, penyakit tersebut tidak bisa dinyatakan sebagai cacar monyet hanya dengan melihat gejala yang muncul saja. Sebab, gejala cacar monyet mirip beberapa penyakit kulit lainnya, seperti cacar air, campak, kudis, infeksi bakteri kulit, bahkan reaksi alergi.

Maka dari itu, dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan tujuan memastikan penyebab penyakit, mengutip penjelasan dalam laman American Society for Microbiology (ASM).

2. Cacar monyet dideteksi dengan tes PCR

ilustrasi alat tes swab (unsplash.com/Mufid Majnun)

Pemeriksaan cacar monyet menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR). Sementara itu, metode lain dengan tes antigen dan antibodi tidak dapat digunakan karena tidak dapat membedakan antara orthopoxvirus.

Menurut ASM, apabila dalam sampel terdapat virus, maka juga akan terdeteksi pada pengujian menggunakan metode PCR. Karena sensitivitas dan akurasi teknik tersebut, maka PCR lebih dipilih untuk mendiagnosis cacar monyet.

3. Mengapa cacar monyet dideteksi menggunakan tes PCR?

ilustrasi DNA (pixabay.com/qimono)

Menurut Medical News Today, tes PCR merupakan teknik yang umum digunakan dalam laboratorium medis dan laboratorium biologi karena memiliki beragam kegunaan. MedlinePlus menjelaskan bahwa tes PCR merupakan tes yang cepat dan lebih akurat untuk mendiagnosis beberapa penyakit tertentu dan adanya perubahan genetik.

Tes PCR dapat menemukan materi genetik berupa DNA atau RNA organisme yang spesifik, misalnya virus tertentu. Mendeteksi keberadaan DNA virus dengan PCR lebih disukai untuk mendeteksi cacar monyet. Inilah mengapa virus monkeypox juga dapat dideteksi menggunakan metode PCR.

4. PCR dapat mendeteksi patogen hingga sel kanker

ilustrasi petugas laboratorium (unsplash.com/National Cancer Institute)

Adanya pandemik COVID-19 membuat banyak orang mulai mengenal tes PCR. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 salah satunya menggunakan tes PCR. Bukan hanya sebagai pendeteksi COVID-19 saja, tes PCR juga memiliki beragam manfaat lainnya dalam kesehatan.

Beberapa patogen lain yang dapat dideteksi menggunakan metode PCR antara lain tuberkulosis, hepatitis C, HIV, dan masih banyak lagi. Selain dapat mendeteksi keberadaan materi genetik patogen, PCR juga mampu mendeteksi sejumlah kecil sel kanker dan perubahan genetik yang menyebabkan suatu penyakit.

5. Sampel pemeriksaan cacar monyet diambil dari lesi

ilustrasi pengambilan sampel melalui lesi untuk pemeriksaan cacar monyet (openwho.org)

Lantas, sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya, apakah tes PCR untuk cacar monyet juga mengambil sampel dengan memasukkan alat usap ke rongga hidung layaknya pemeriksaan COVID-19? 

Mengutip penjelasan dr. Syahril dalam laman Kemenkes, pemeriksaan PCR cacar monyet berbeda dengan pemeriksaan PCR COVID-19. Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan PCR cacar monyet menggunakan sampel dari ruam atau lesi pada tubuh pasien.

Hal senada juga dijelaskan oleh WHO, yang menyebutkan bahwa spesimen yang direkomendasikan untuk tes cacar monyet adalah lesi kulit. Selain itu, Food and Drug Administration (FDA) tidak mengetahui adanya data klinis yang mendukung penggunaan sampel lain untuk menguji virus monkeypox, seperti sampel darah atau air liur. Sampel pengujian cacar monyet yang tidak diambil dari lesi dapat menyebabkan hasil tes tidak akurat.

Jadi, pemeriksaan cacar monyet menggunakan tes PCR karena metode tersebut dapat mendeteksi keberadaan materi genetik patogen tertentu, termasuk virus monkeypox. Sensitivitas dan akurasinya membuat metode PCR lebih dipilih untuk mendeteksi cacar monyet. Berbeda dengan tes PCR untuk COVID-19, sampel yang diperiksa untuk mendeteksi cacar monyet berasal dari lesi kulit.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us