Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Mitos dan Fakta mengenai Skizofrenia, yuk Bantu Lawan Stigma!

ilustrasi skizofrenia (pexels.com/Evelyn Chong)
ilustrasi skizofrenia (pexels.com/Evelyn Chong)
Intinya sih...
  • Skizofrenia adalah gangguan mental serius dan kronis yang memengaruhi cara berpikir, perasaan, dan perilaku seseorang.
  • Faktor genetik dapat berkontribusi pada skizofrenia, tetapi beberapa faktor lain juga berperan dalam perkembangan kondisi ini.
  • Sekitar 10–15 persen orang dengan skizofrenia menunjukkan perilaku kekerasan, yang berarti 85–90 persen tidak menunjukkan perilaku kekerasan. Jadi, mayoritas orang dengan skizofrenia tidak pernah terlibat dalam perilaku kekerasan apa pun.

Skizofrenia adalah gangguan mental serius dan kronis yang memengaruhi cara berpikir, perasaan, dan perilaku seseorang. Dua gejala khasnya adalah:

  • Delusi: Keyakinan yang salah dan tidak sesuai kenyataan (misalnya merasa diawasi atau dikendalikan).
  • Halusinasi: Persepsi palsu, paling sering berupa suara yang tidak didengar orang lain.

Sering kali pengetahuan tentang skizofrenia didapat lewat film atau serial TV yang tidak menjelaskannya secara menyeluruh. Ini akhirnya membuat banyak orang menganggap bahwa orang dengan skizofrenia itu kejam, berbahaya, atau persepsi keliru lainnya.

Dibutuhkan informasi yang benar untuk memahami skizofrenia. Beberapa fakta-fakta berikut ini akan membantah mitos-mitos yang salah terhadap gangguan mental tersebut.

1. "Skizofrenia adalah penyakit keturunan."

Tidak selalu. Meskipun skizofrenia dapat terjadi dalam keluarga, tetapi banyak orang dengan skizofrenia tidak memiliki anggota keluarga dekat yang juga mengalami kondisi ini.

Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dapat menyebabkan hingga 80 persen risiko. Namun, memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia tidak menjamin orang lain dalam keluarga akan didiagnosis sama. Ini karena para ahli tidak percaya bahwa satu gen saja dapat menyebabkan skizofrenia. Sebaliknya, kombinasi gen yang kompleks dapat meningkatkan risiko seseorang skizofrenia.

Faktor lainnya yang dapat berkontribusi terhadap risiko skizofrenia:

  • Lingkungan: Kombinasi faktor genetik dan aspek lingkungan serta pengalaman hidup seseorang dapat berperan dalam perkembangan skizofrenia. Faktor lingkungan ini dapat mencakup kemiskinan, lingkungan yang penuh tekanan atau berbahaya, serta paparan virus atau masalah gizi sebelum lahir.
  • Struktur dan fungsi otak: Orang dengan skizofrenia mungkin lebih cenderung memiliki perbedaan kecil dalam ukuran area otak tertentu dan dalam hubungan antararea otak. Beberapa perbedaan otak ini dapat berkembang sebelum lahir. Para peneliti berupaya untuk lebih memahami bagaimana struktur dan fungsi otak dapat berhubungan dengan skizofrenia.

2. "Orang dengan skizofrenia sering melakukan kekerasan sehingga berbahaya."

ilustrasi skizofrenia (unsplash.com/Alice Guardado)
ilustrasi skizofrenia (unsplash.com/Alice Guardado)

Ini tidak benar.

Miskonsepsi ini terutama disebabkan oleh liputan media yang sensasional tentang orang-orang dengan skizofrenia yang melakukan kejahatan kekerasan, yang mana ini jarang terjadi. Ini akhirnya menciptakan stigma dan diskriminasi.

Beberapa studi menunjukkan bahwa sekitar 10–15 persen orang dengan skizofrenia menunjukkan perilaku kekerasan, yang berarti 85–90 persen tidak menunjukkan perilaku kekerasan. Jadi, mayoritas orang dengan skizofrenia tidak pernah terlibat dalam perilaku kekerasan apa pun.

Di sisi lain, orang dengan skizofrenia malah lebih mungkin menjadi korban kejahatan kekerasan. Studi menunjukkan, orang dengan skizofrenia yang tinggal di masyarakat (daripada di rumah sakit) sekitar 14 kali lebih mungkin menjadi korban kejahatan kekerasan daripada menjadi pelaku.

Orang dengan skizofrenia mungkin lebih rentan terhadap viktimisasi ini karena gangguan kognitif, yang membuat mereka kurang mampu memahami lingkungan sekitar secara tepat. Mereka juga mungkin mengalami isolasi sosial dan diskriminasi akibat stigma dan kesalahpahaman tentang kondisi mereka, yang selanjutnya meningkatkan risiko viktimisasi.

3. "Pasien skizofrenia memerlukan rawat inap jangka panjang atau seumur hidup."

Banyak orang yang mengira bahwa orang dengan skizofrenia tidak dapat berfungsi dengan baik dalam masyarakat. Walaupun tidak ada obat mujarab untuk skizofrenia, tetapi ada sejumlah perawatan untuk mendukung pasien. Berbagai jenis obat antipsikotik dapat mengurangi frekuensi dan intensitas gejala.

Perawatan lain yang sering kali menyertai pengobatan adalah perawatan psikososial, yang meliputi terapi bicara, program pembelajaran keterampilan, dan perawatan lain untuk membantu pasien mengatasi gejala dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berbagai perawatan ini, hidup pasien skizofrenia bisa berkualitas.

4. "Orang skizofrenia tidak dapat bekerja dengan baik."

ilustrasi bekerja (pexels.com/Edmond Dantès)
ilustrasi bekerja (pexels.com/Edmond Dantès)

Pasien skizofrenia dapat bekerja dengan baik, baik bekerja paruh waktu ataupun penuh waktu, terutama jika mereka mendapatkan perawatan, dukungan, dan akomodasi tempat kerja yang tepat.

Walaupun hidup dengan skizofrenia bisa menantang—seperti sulit berkonsentrasi, berkomunikasi, atau mengelola stres—tetapi banyak individu menjalani kehidupan yang produktif dan mandiri.

Dengan rencana perawatan, terapi, pengobatan, dan dukungan kejuruan yang tepat, orang dengan skizofrenia dapat pulih secara signifikan dan berfungsi dengan baik dalam masyarakat.

5. "Orang dengan skizofrenia selalu berkepribadian ganda."

Skizofrenia memiliki banyak gejala, dan kepribadian ganda bukan salah satunya.

Sebagian asal mula mitos ini berasal dari istilah skizofrenia itu sendiri—berasal dari akar kata Yunani "schizien", "terbelah," dan "phrēn", yang berarti "pikiran." Keduanya secara harfiah berarti "pikiran yang terbelah," yang awalnya merujuk pada pemisahan antara pikiran yang umumnya terjadi dalam pikiran individu dengan skizofrenia. Namun, gagasan tentang "pikiran yang terbelah" ini kadang disalahartikan sebagai perpecahan antara kepribadian.

Meskipun salah satu gejala utama skizofrenia adalah delusi dan psikosis, tetapi kepribadian ganda tidak dianggap sebagai bagian dari skizofrenia. Keadaan tersebut termasuk dalam kondisi lain yang disebut gangguan identitas disosiatif (sebelumnya disebut gangguan kepribadian ganda), yang ditandai dengan memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda dan melibatkan diskontinuitas yang nyata dalam identitas diri dan kontrol diri. Terlepas dari perbedaan ini, mungkin ada banyak gejala yang tumpang tindih antara dua kondisi tersebut, yang dapat menyulitkan diagnosis.

6. "Skizofrenia tidak bisa disembuhkan."

ilustrasi konsultasi psikiater (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi konsultasi psikiater (pexels.com/Timur Weber)

Tidak ada satu pengobatan yang secara permanen menyembuhkan skizofrenia.

Skizofrenia adalah kondisi kesehatan mental kronis, seperti halnya diabetes atau asma. Meskipun tidak dapat "disembuhkan", tetapi banyak orang dapat pulih atau mengelola gejalanya dengan baik melalui pengobatan, terapi, dukungan sosial, dan rutinitas yang terstruktur.

Beberapa orang mengalami remisi, yang berarti mereka hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki gejala sama sekali untuk jangka waktu yang lama.

Skizofrenia belum dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati dan pemulihan saat dimungkinkan.

7. "Orang yang menderita skizofrenia tidak cerdas."

Beberapa penelitian menemukan bahwa orang dengan skizofrenia memiliki lebih banyak masalah pada tes keterampilan mental seperti perhatian, pembelajaran, dan memori. Namun, itu tidak berarti mereka tidak cerdas.

Banyak orang kreatif dan cerdas sepanjang sejarah menderita skizofrenia. Para ilmuwan bahkan meneliti hubungan antara gen yang mungkin terkait dengan psikosis dan kreativitas.

Sebuah studi menemukan, orang-orang kreatif—seperti seniman dan ilmuwan—lebih mungkin membawa beberapa gen yang sama yang terkait dengan skizofrenia dan gangguan bipolar. Faktanya, mereka sekitar 25 persen lebih mungkin memiliki sifat genetik ini daripada orang-orang yang tidak kreatif. Gen-gen ini dapat memengaruhi seberapa kreatif seseorang berpikir dan risiko kondisi mental mereka.

Studi lain dari Islandia (deCODE Genetics) mendukung, bahwa varian gen yang sama yang meningkatkan risiko skizofrenia juga dapat meningkatkan kreativitas. Itulah sebabnya sifat-sifat ini melekat dalam DNA manusia—sifat-sifat ini mungkin memiliki manfaat, seperti membantu orang menjadi lebih imajinatif.

Studi lainnya mengamati mengamati pemindaian otak dan menemukan bahwa beberapa perbedaan otak pada orang dengan skizofrenia juga terkait dengan pemikiran kreatif.

Jadi, orang dengan skizofrenia bisa menjadi kreatif, dan bahkan mungkin ada hubungan biologis antara kreativitas dan psikosis. Ini adalah pengingat untuk tidak meremehkan potensi seseorang hanya karena mereka hidup dengan gangguan mental.

8. "Orang dengan skizofrenia malas."

Ilustrasi bekerja (pexels.com/Photo by cottonbro studio)
Ilustrasi bekerja (pexels.com/Photo by cottonbro studio)

Skizofrenia dapat menyebabkan gejala yang tampak seperti kemalasan, tetapi sebenarnya tidak. Banyak orang dengan skizofrenia mengalami gejala negatif, seperti:

  • Avolisi: Kurangnya motivasi untuk memulai atau menyelesaikan tugas.
  • Anhedonia: Ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan.
  • Afeksi datar: Ekspresi emosi terbatas.
  • Penarikan diri sosial: Menghindari interaksi, bukan karena kekasaran, tetapi karena pergumulan internal.

Gejala-gejala ini berasal dari perubahan fungsi otak, bukan karena kurangnya kemauan atau usaha.

Bagi orang-orang di sekitarnya, gejala-gejala di atas tampak seperti orang yang malas atau tidak termotivasi. Namun, orang dengan skizofrenia sering kali berjuang melawan gejala-gejala internal yang menyulitkannya untuk beraktivitas sehari-hari.

Itulah mitos seputar skizofrenia yang banyak beredar berikut faktanya. Memiliki pengetahuan yang baik berlandaskan fakta dapat membantu orang dengan skizofrenia atau kondisi mental lainnya melawan stigma yang masih kuat di masyarakat. 

Referensi

"Largest twin study pins nearly 80% of schizophrenia risk on heritability." ScienceDaily. Diakses Mei 2025.
"Schizophrenia." National Institute of Mental Health. Diakses Mei 2025.
"4 Real Schizophrenia Facts and 3 Popular Myths." Everyday Health. Diakses Mei 2025.
Singh, Jay P., Mark Serper, Jonathan Reinharth, and Seena Fazel. “Structured Assessment of Violence Risk in Schizophrenia and Other Psychiatric Disorders: A Systematic Review of the Validity, Reliability, and Item Content of 10 Available Instruments.” Schizophrenia Bulletin 37, no. 5 (August 22, 2011): 899–912. https://doi.org/10.1093/schbul/sbr093.
Wehring, H. J., and W. T. Carpenter. “Violence and Schizophrenia.” Schizophrenia Bulletin 37, no. 5 (August 22, 2011): 877–78. https://doi.org/10.1093/schbul/sbr094.
"The Myth of Schizophrenia and Violence." Healthline. Diakses Mei 2025.
"Schizophrenia." World Health Organization. Diakses Mei 2025.
"5 Common Misconceptions About Schizophrenia." Britannica. Diakses Mei 2025.
"Do Creativity And Schizophrenia Share A Small Genetic Link? Maybe." NPR. Diakses Mei 2025.
"Study finds genetic link between creativity and schizophrenia, bipolar." Medical News Today. Diakses Mei 2025.
Agurne Sampedro et al., “Brain White Matter Correlates of Creativity in Schizophrenia: A Diffusion Tensor Imaging Study,” Frontiers in Neuroscience 14 (June 23, 2020), https://doi.org/10.3389/fnins.2020.00572.
"Schizophrenia Symptoms." WebMD. Diakses Mei 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us