5 Fakta seputar Virus Polio dan Vaksinnya

Penyakit polio dapat menyebabkan kelumpuhan

Baru-baru ini Gubernur New York meminta warganya untuk segera memperoleh dan/atau memperbaharui vaksin polio mereka agar tidak tertular virus polio. Mengutip laman CNBC, pemerintah New York menemukan virus polio pada sampel di sistem pembuangan air di lima wilayah, yaitu Nassau, New York City, Rockland, Orange, dan Sullivan.

Virus polio cepat menular dan menyebabkan orang yang terinfeksi mengalami kelumpuhan. Mendapatkan vaksin merupakan cara utama untuk melindungi tubuh dari virus tersebut. Bagaimana awal mula virus polio muncul dan berapa dosis vaksin yang harus diperoleh? Simak faktanya berikut ini.

1. Kapan virus polio pertama kali ditemukan?

5 Fakta seputar Virus Polio dan Vaksinnyailustrasi ilmuwan sedang menganalisa virus melalui mikroskop (unsplash.com/ Trust "Tru" Katsande)

Merujuk laman Polio Global Eradication Initiative, kasus penyakit polio atau poliomielitis diperkirakan sudah ada sejak 1580-1350 Sebelum Masehi (SM). Kemudian, dokter Michael Underwood asal Inggris pada tahun 1789 mendeskripsikan penyakit polio sebagai anggota gerak (ekstremitas) yang melemah.

Dikutip dari History of Vaccines, virus polio diidentifikasi untuk pertama kalinya pada tahun 1908 oleh Karl Landsteiner dan Erwin Popper di Vienna, Austria. Namun, ilmuwan baru dapat melihat bentuk virus polio melalui mikroskop sekitar tahun 1950-an.

2. Jenis virus polio

5 Fakta seputar Virus Polio dan Vaksinnyailustrasi ilmuwan yang sedang dalam proses menciptakan vaksin (unsplash.com/CDC)

Laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC) menyebutkan bahwa ada tiga jenis wild poliovirus (WPV) yang mengakibatkan penyakit polio. Tiga jenis WPV tersebut adalah WPV tipe 1, WPV tipe 2, dan WPV tipe 3.

WPV tipe 2 berhasil dihilangkan pada tahun 2015, sedangkan untuk WPV tipe 3 berhasil diberantas pada tahun 2019. Sementara itu, untuk WPV tipe 1 masih ada hingga kini, khususnya di negara yang kasus penyakit polionya tergolong endemik.

3. Penyebaran virus

5 Fakta seputar Virus Polio dan Vaksinnyailustrasi mencuci tangan dengan sabun (unsplash.com/meljeanty)

Air dan kotoran seperti feses merupakan dua sumber utama dari transmisi virus polio. Menambahkan dari Cleveland Clinic, berikut adalah tempat atau kondisi yang patut untuk diwaspadai:

  • Minum air yang terkontaminasi oleh virus.
  • Tidak mencuci tangan dengan air dan sabun setelah menggunakan toilet.
  • Kontak langsung dengan kotoran yang sudah terinfeksi oleh virus.
  • Mengonsumsi makanan yang sudah menyentuh air yang terkontaminasi.
  • Berenang di kolam renang yang terkontaminasi. Kolam dapat terkontaminasi bila ada orang yang mengalami diare berenang di dalam kolam tersebut.
  • Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, dan orang tersebut batuk atau bersin.
  • Menyentuh permukaan yang terkontaminasi.

Penting bagi kita untuk rajin mencuci tangan dengan air dan sabun. Kemudian, sebaiknya mengonsumsi air dalam kemasan saat sedang melakukan perjalanan jauh.

4. Bagaimana vaksin polio bekerja?

5 Fakta seputar Virus Polio dan Vaksinnyailustrasi dokter memberikan vaksin kepada pasien (unsplash.com/CDC)

Secara keseluruhan, ada dua jenis vaksin polio yaitu oral dengan menggunakan virus hidup yang dilemahkan (live-attenuated) dan virus yang sudah mati/dinonaktifkan (inactive).

Vaksin yang menggunakan virus hidup yang sudah dilemahkan diberikan dalam bentuk cairan untuk ditelan (oral), sedangkan vaksin yang menggunakan virus nonaktif diberikan dalam bentuk suntikan.

Menurut CDC, virus yang dinonaktifkan, atau disebut vaksin IPV, dapat melindungi tubuh dari tiga jenis virus polio. Seseorang yang memperoleh vaksin ini tidak akan mengalami sakit atau menyebarkan polio ke orang lain. IPV membentuk antibodi dan menyalurkannya melalui pembuluh darah untuk mencegah virus masuk ke dalam sumsum tulang belakang dan otak.

Sementara itu, vaksin dengan virus hidup yang dilemahkan, atau dikenal sebagai OPV, hanya digunakan bila di negara atau daerah tersebut terjadi wabah virus polio. OPV membentuk antibodi di dalam usus. Bila virus polio sudah tidak menyebar, maka penggunaan vaksin OPV dihentikan. Menambahkan dari Children's Hospital of Philadelphia, OPV dapat berpotensi untuk replikasi sehingga dapat berubah kembali menjadi virus polio. Akibatnya, orang yang menerima OPV dapat mengalami kelumpuhan.

5. Panduan dan dosis vaksin

5 Fakta seputar Virus Polio dan Vaksinnyailustrasi vaksin sebagai syarat untuk bepergian (pixabay.com/Frauke Riether)

Untuk bayi dan anak-anak, vaksin IPV diberikan sebanyak empat kali yaitu, saat bayi atau anak berusia 2 bulan, 4 bulan, 6-18 bulan, dan saat berusia 4 hingga 6 tahun. Sementara itu, untuk anak usia remaja dan orang dewasa yang sebelumnya belum mendapatkan vaksin IPV disarankan untuk mendapatkan tiga dosis suntikan.

Laman Australian Immunisation Handbook juga menganjurkan agar tenaga kesehatan dan orang dewasa yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri untuk memperbaharui vaksin setiap 10 tahun sekali. Pembaharuan vaksin dapat dilakukan dengan memperoleh vaksin dTpa-IPV yang melindungi tubuh dari difteri, tetanus, acellular pertussis, dan IPV.

Itulah fakta penting seputar virus polio dan jenis vaksinnya. Gejala penyakit polio mirip flu, misalnya sakit tenggorokan, demam, muntah, sakit kepala, dan nyeri di bagian pinggang, leher, lengan, atau kaki. Gejala ini umumnya berlangsung selama 10 hari.

Apabila mengalami kondisi seperti yang baru saja disebutkan dan tidak kunjung sembuh, serta merasakan kehilangan refleks atau mati rasa pada bagian kaki, segera periksakan diri ke dokter. Tidak ada salahnya untuk memeriksa riwayat vaksin secara berkala, terutama sebelum bepergian ke luar negeri sehingga vaksin dapat diperbaharui.

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya