Perbedaan Gejala Pneumonia dan Bronkitis, Awas Keliru

Gejala pneumonia biasanya lebih parah daripada bronkitis

Batuk adalah gejala umum infeksi pernapasan seperti pilek atau flu, cara tubuh membersihkan iritasi dari saluran udara untuk membantu mencegah infeksi. Namun, batuk yang tak kunjung sembuh bahkan setelah sakit tenggorokan, demam, dan gejala lainnya membaik, dan disertai mengi atau sesak napas, bisa jadi ini menandakan sesuatu yang lebih serius, seperti bronkitis atau pneumonia.

Mengingat adanya kemiripan gejala, tak heran banyak orang menyalahartikan bronkitis sebagai pneumonia atau sebaliknya. Simak perbedaan gejala pneumonia dan bronkitis berikut.

Persamaan dan perbedaan utama pneumonia dan bronkitis

Mungkin sulit untuk membedakan antara bronkitis dan pneumonia berdasarkan hidung tersumbat dan batuk saja. Namun, kedua kondisi ini memiliki penyebab, gejala, dan pengobatan yang sangat berbeda.

Perbedaan besar dalam gejala melibatkan tingkat keparahan. Gejala pneumonia biasanya lebih parah daripada bronkitis, dan pneumonia biasanya lebih terlihat seperti infeksi di seluruh tubuh disertai demam atau menggigil.

Pneumonia dan bronkitis dapat berkembang dari bakteri atau virus yang menyebabkan infeksi pernapasan.

Bronkitis terbatas pada saluran bronkial yang mengalirkan udara ke paru-paru, sementara pneumonia berkembang dan memburuk lebih dalam di jaringan paru-paru.

Pneumonia juga bisa disebabkan oleh infeksi jamur dan aspirasi (menghirup sesuatu, seperti makanan atau air liur, ke dalam paru-paru).

Gejala bronkitis

Perbedaan Gejala Pneumonia dan Bronkitis, Awas Keliruilustrasi mimisan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Bronkitis terdiri dari dua jenis, yaitu bronkitis akut (berlangsung selama beberapa minggu dan biasanya sembuh dengan sendirinya) dan bronkitis kronis (lebih serius, dan ini lebih mungkin terjadi pada perokok).

Gejala bronkitis akut sangat mirip dengan infeksi saluran pernapasan atas, seperti:

  • Kelelahan.
  • Sakit tenggorokan.
  • Pilek.
  • Hidung tersumbat.
  • Demam.
  • Menggigil.
  •  
  • Pegal-pegal.
  • Sakit kepala ringan.
  • Saat batuk, mungkin dahak terlihat hijau atau kuning.

Gejala bronkitis akut biasanya membaik dalam beberapa hari, tetapi batuk dapat bertahan selama beberapa minggu.

Bronkitis kronis menyebabkan batuk terus-menerus yang sering berlangsung selama minimal 3 bulan. Kamu mungkin juga merasa batuk melewati siklus menjadi lebih baik dan lebih buruk. Ketika makin parah, itu dikenal sebagai flare-up.

Bronkitis kronis adalah bagian dari kelompok kondisi yang disebut penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). PPOK juga termasuk emfisema kronis dan asma.

Gejala tambahan PPOK, termasuk bronkitis kronis, antara lain:

  • Sesak napas.
  • Mengi.
  • Kelelahan.
  • Ketidaknyamanan dada.

Baca Juga: Perokok Aktif dan Pasif Berisiko Tinggi Terkena Bronkitis

Gejala pneumonia

Gejala pneumonia bisa mirip dengan gejala bronkitis. Namun, menurut National Library of Medicine, perbedaan utamanya adalah tingkat keparahan gejala, yang dapat meliputi:

  • Demam.
  • Menggigil.
  • Batuk, biasanya dengan dahak.
  • Sesak napas.
  • Sakit dada saat batuk atau bernapas.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Diare.

Gejala-gejala di atas bisa bervariasi di antara populasi. Anak kecil misalnya, bisa mengalami masalah gastrointestinal. Sebaliknya, orang dewasa yang lebih tua mungkin mengalami gejala pernapasan versi ringan.

Umumnya, pneumonia berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan, biasanya lebih lama dari bronkitis. Selain itu, beberapa kasus pneumonia dapat menyebabkan masalah parah seperti:

  • Bakteremia, yang terjadi ketika bakteri berpindah ke aliran darah.
  • Abses paru-paru.
  • Gagal ginjal.
  • Kegagalan pernapasan.

Apakah bronkitis bisa berkembang menjadi pneumonia?

Perbedaan Gejala Pneumonia dan Bronkitis, Awas Keliruilustrasi pneumonia (freepik.com/freepik)

Sementara bronkitis dan pneumonia sama-sama berkaitan dengan peradangan dada, tetapi keduanya adalah kondisi yang terpisah dan berbeda, yang terjadi secara independen satu sama lain, yang artinya satu tidak selalu menyebabkan yang lain. Dan, kamu bisa menderita bronkitis dan pneumonia secara bersamaan, dilansir Everyday Health.

Konon, dalam beberapa kasus bronkitis berubah menjadi (sehingga menyebabkan) pneumonia. Ini terjadi ketika infeksi menyebar dari saluran bronkial ke paru-paru atau terjadi infeksi sekunder. Meskipun kedua skenario tersebut jarang terjadi, hal itu cenderung lebih sering dialami oleh orang-orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau kondisi lain yang membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi.

Dirangkum dari InformedHealth.org dan National Health Service, risiko bronkitis berkembang menjadi pnueomonia dapat dialami oleh kelompok ini:

  • Orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
  • Perokok.
  • Individu yang memiliki kondisi kesehatan kronis, seperti penyakit jantung, ginjal, atau hati.
  • Orang dengan penyakit paru-paru yang mendasari.
  • Lansia.
  • Anak-anak.
  • Ibu hamil.

Sementara dokter tidak yakin persis bagaimana infeksi virus dapat membuat seseorang lebih rentan terkena pneumonia atau infeksi sekunder lainnya, tetapi ada beberapa teori.

Studi terhadap hewan dalam The Journal of Immunology tahun 2013 menunjukkan bahwa ketika kamu memiliki infeksi, itu melemahkan kemampuan tubuh untuk melindungi diri dari infeksi bakteri.

Studi lain dalam jurnal Therapeutics and Clinical Risk Management tahun 2015 menyebut bahwa jaringan epitel saluran napas, yang berfungsi sebagai penghalang terhadap virus dan bakteri, dapat terganggu setelah infeksi virus, sehingga bakteri lebih mudah menyerang.

Cara menghentikan bronkitis berkembang menjadi pneumonia

Sebagian besar kasus infeksi pernapasan seperti pilek atau flu, dan bronkitis terkait, tidak menyebabkan pneumonia. Dan pada orang sehat, pneumonia biasanya dapat diobati dengan efektif. Namun, bagi mereka yang berisiko tinggi terkena pneumonia setelah bronkitis (lansia, orang dengan kondisi kesehatan kronis, dan ibu hamil), pneumonia bisa sangat berbahaya, bahkan mematikan, menurut American Lung Association.

Cara terbaik untuk mencegah infeksi sekunder adalah dengan mengurangi risiko terkena infeksi virus atau bakteri sejak awal. Cuci tangan secara teratur, hindari menyentuh wajah, dan jika anggota keluarga sakit jangan berbagi peralatan dan bersihkan area umum secara teratur (virus flu bisa hidup di permukaan hingga 48 jam).

Dokter juga menekankan pentingnya mendapatkan vaksin flu dan vaksin pneumokokus untuk mencegah infeksi virus yang dapat menyebabkan pneumonia.

Kamu juga bisa mencoba mencegah infeksi sekunder dengan menjaga diri sendiri dan mengobati gejala bronkitis, yang meliputi tindakan berikut:

  • Tidur dan istirahat cukup.
  • Tidak merokok dan meminimalkan paparan asap rokok.
  • Hindari menggunakan produk pembersih rumah sampai kamu pulih.
  • Hindari olahraga berat selama beberapa hari.
  • Hindari udara dingin, yang seperti bahan kimia tertentu, dapat mengiritasi saluran napas.
  • Menggunakan pelembap udara.

Bronkitis dan pneumonia memiliki gejala yang sangat mirip, itulah sebabnya kita sering bingung dengan dua penyakit ini. Dalam kebanyakan kasus, kita tidak akan bisa membedakannya tanpa diagnosis akurat dari dokter.

Bronkitis dan pneumonia sangat bisa diobati, terutama ketika kamu mencari pengobatan secepatnya setelah gejala muncul. Perawatan medis yang cepat dapat menyelamatkan nyawa, mencegah kehilangan waktu bersama keluarga dan teman, dan membantu kita kembali ke kehidupan normal sesegera mungkin.

Baca Juga: 5 Cara Mencegah Pneumonia, Apa Saja?

Topik:

  • Nurulia R F
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya