Operasi Katarak Bisa Turunkan Risiko Demensia? Ini Faktanya!

Umum dikaitkan dengan usia tua, demensia adalah kondisi penurunan fungsi kognitif yang biasanya ditandai dengan penurunan memori hingga pemrosesan informasi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa lebih dari 55 juta orang di seluruh dunia menderita demensia, dengan jenis Alzheimer yang mendominasi.
Selain demensia, masalah penglihatan seperti katarak juga umum ditemukan pada populasi lansia. Dari 1 miliar populasi dengan masalah penglihatan, WHO mencatat 94 juta di antaranya menderita katarak. Sebuah penelitian terbaru mengaitkan manfaat operasi katarak dengan penurunan risiko demensia. Bagaimana bisa? Mari simak ulasan selengkapnya berikut ini.
1. Mengenal katarak, penyakit mata yang umum dialami lansia

Katarak adalah kondisi gangguan penglihatan di mana terjadinya akumulasi protein yang harusnya membersihkan mata, malah menghalangi lensa mata. Akibatnya, cahaya tidak masuk secara optimal ke lensa mata yang mengakibatkan pandangan menjadi kabur.
Biasanya dimulai dengan area kecil di mata, katarak dapat membesar jika tak kunjung ditangani. Selain mempersulit berbagai aktivitas, katarak bisa meningkatkan risiko jatuh dan kebutaan pada kelompok lansia. Tidak jarang, berbagai komplikasi akibat katarak juga menjadi faktor risiko gangguan psikis seperti depresi.
Dilansir Medical News Today, beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan katarak adalah:
- Usia
- Kebiasaan merokok
- Riwayat keluarga
- Diabetes
- Paparan sinar matahari berlebihan
- Riwayat pernah mengalami peradangan pada mata
- Riwayat pernah mengalami cedera mata
Cara satu-satunya untuk mengobati katarak adalah dengan operasi. Dokter bedah mata akan mengangkat lensa mata yang terkena katarak dan menggantinya dengan lensa buatan bernama lensa introkular (IOL).
2. Studi melibatkan lebih dari 3.000 pasien katarak lansia

Dimuat dalam jurnal JAMA Internal Medicine pada 6 Desember 2021, para peneliti Amerika Serikat (AS) ingin mencari tahu hubungan antara operasi katarak dengan risiko demensia.
Penelitian bertajuk "Association Between Cataract Extraction and Development of Dementia" ini mengambil data dari Adult Changes in Thought Study oleh Kaiser Permanente Washington. Dalam studi yang dilaksanakan sejak 1994 ini, partisipan harus berusia 65 tahun ke atas dan tidak memiliki demensia.
Para peneliti kemudian menyaring sebanyak 3.038 partisipan. Dari angka tersebut, sebanyak 853 menderita demensia dan 709 menderita penyakit Alzheimer.
3. Hasil: operasi katarak menurunkan risiko demensia

Dari 3.038 partisipan, para peneliti mencatat bahwa sebanyak 1.382 partisipan (45 persen) menjalani operasi katarak. Para peneliti mencatat bahwa mereka yang menjalani operasi katarak tersebut mencatat risiko demensia 30 persen lebih rendah.
Sebagai catatan, manfaat ini terlihat lebih jelas pada 5 tahun pertama pascaoperasi. Apakah manfaat ini juga berlaku untuk operasi lainnya? Sayangnya, para peneliti memperingatkan kalau operasi glaukoma tidak memengaruhi risiko demensia.
4. Kondisi mata memang memengaruhi risiko demensia

Pemimpin studi dari University of Washington School of Medicine, AS, Cecilia S. Lee, MD, MS, mengiyakan bahwa kondisi mata memang memengaruhi risiko demensia.
Menurut penelitian di China yang dimuat dalam British Journal of Ophthalmology pada September 2021, katarak, gangguan mata akibat diabetes, dan degenerasi makula dapat meningkatkan risiko demensia. Namun, glaukoma tidak termasuk dalam daftar gangguan mata dalam penelitian tersebut.
"Penurunan indra seperti penglihatan dan pendengaran menarik minat para peneliti sebagai faktor risiko demensia yang bisa dicegah. Karena operasi katarak meningkatkan penglihatan, hipotesis kami adalah lansia yang menjalani operasi tersebut diuntungkan dengan berkurangnya risiko demensia dan penyakit Alzheimer," kata Cecilia mengutip Medical News Today.
5. Cahaya biru dan risiko demensia

Perlu diketahui, katarak menghalangi masuknya cahaya biru ke mata. Dengan operasi, cahaya biru bisa kembali masuk. Menurut penelitian di AS tersebut, inilah yang mengurangi risiko demensia dengan memelihara intrinsically photosensitive retinal ganglion cells (ipRGCs).
"Degenerasi dan perubahan fungsi ipRGCs terlihat memiliki hubungan dengan fungsi kognitif dan penyakit Alzheimer. Karena operasi katarak memulihkan jalur cahaya biru ke lensa mata dan ipRGCs, sel-sel tersebut diaktifkan kembali sehingga melindungi individu dari penurunan kognitif," kata Cecilia.
Dengan temuan ini, kondisi retina bisa menjadi pendekatan non-invasif dini untuk mendiagnosis penyakit Alzheimer dan jenis demensia lainnya. Saat ini, Cecilia dan tim tengah melakukan penelitian dengan mengumpulkan pencitraan retina dari populasi tanpa riwayat masalah kognitif dan intervensi kecerdasaan buatan (AI).
"Tujuan utama kami di masa depan adalah mengembangkan algoritma AI yang dapat mengenali ciri pada mata untuk dapat memprediksi risiko seseorang mengembangkan gangguan demensia, seperti penyakit Alzheimer," tutup Cecilia.