Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Optimalkan Kepintaran, Ortu Wajib Penuhi Kebutuhan Zat Besi Anak

ilustrasi orang tua dan anak makan bersama (freepik.com/freepi)
ilustrasi orang tua dan anak makan bersama (freepik.com/freepi)
Intinya sih...
  • Satu dari 3 anak Indonesia berisiko mengalami kekurangan zat besi, yang dapat menyebabkan mudah lelah, kulit pucat, dan kurang fokus.
  • Zat besi penting untuk perkembangan saraf anak, tetapi banyak orang tua tidak memahami perannya dan anak-anak tidak memenuhi asupan zat besi yang direkomendasikan.
  • Kurangnya konsumsi makanan kaya akan zat besi dan penyerapan zat besi yang tidak optimal menjadi faktor pemicu kekurangan zat besi pada anak.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Untuk mendukung daya pikir yang optimal, anak tidak hanya membutuhkan asupan nutrisi mikro seperti DHA, tetapi kebutuhan zat besi juga wajib dipenuhi. Sayangnya, banyak orang tua yang tidak menyadari akan pentingnya memenuhi asupan zat besi anak, bahkan cenderung mengabaikan gejala kekurangan zat besi, yang jika dibiarkan akan menyebabkan anak mudah lelah, kulit pucat, dan kurang fokus.

Faktanya, 1 dari 3 anak Indonesia berisiko mengalami kekurangan zat besi.

Mengingat pentingnya melakukan upaya memenuhi asupan zat besi yang optimal pada anak untuk mewujudkan generasi emas 2045, SGM Eksplor terus melakukan berbagai inisiatif dan edukasi tentang pentingnya zat besi pada anak agar ia dapat fokus dan aktif belajar.

Banyak orang tua masih belum memahami pentingnya zat besi untuk proses tumbuh kembang anak

(Kiri ke kanan) Dokter gizi medik Dr. dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi, dokter anak ahli tumbuh kembang pediatri sosial Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K), Healthcare Nutrition Director Danone Indonesia Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, dan Head of Brand SGM Eksplor Anggi Morika Septie. (Dok. Inke Maris & Associates)
(Kiri ke kanan) Dokter gizi medik Dr. dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi, dokter anak ahli tumbuh kembang pediatri sosial Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K), Healthcare Nutrition Director Danone Indonesia Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, dan Head of Brand SGM Eksplor Anggi Morika Septie. (Dok. Inke Maris & Associates)

Menurut Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), dokter anak ahli tumbuh kembang pediatri sosial, mengatakan bahwa zat besi adalah salah satu mikronutrien penting untuk proses tumbuh kembang anak. Pemenuhannya mendukung perkembangan saraf anak.

“Pada anak-anak, zat besi merupakan salah satu nutrisi mikro penting untuk proses tumbuh kembangnya. Fungsi zat besi penting dalam perkembangan sistem saraf, sehingga kekurangan zat besi akan sangat memengaruhi daya pikir yang memengaruhi fokus dan memori belajar, terutama pada anak dibawah usia 5 tahun," kata Prof. Rini, dalam acara editor briefing bersama SGM Eksplor pada Senin (10/3) di Jakarta.

Sayangnya, banyak orang tua yang belum memahami peran zat besi untuk mengoptimalkan daya pikir anak dan menganggap kondisi kekurangan zat besi bukanlah prioritas.

Penelitian terbaru the South East Asian Nutrition Survey II Indonesia (SEANUTS II) menunjukkan bahwa sebagian besar anak Indonesia tidak memenuhi asupan zat besi yang direkomendasikan, yang mana rata-rata konsumsi asupan zat besi anak Indonesia hanya 65,8 persen dari Angka Kebutuhan Gizi (AKG) yang disarankan.

Padahal, dampak kekurangan zat besi pada anak tidak main-main. Anak dapat mengalami gangguan pembelajaran.

“Anak usia sekolah yang mengalami kekurangan zat besi memiliki risiko untuk mengalami gangguan dalam kemampuan belajar sehingga tidak bisa fokus belajar di sekolah. Hal tersebut juga diperkuat dokumen dari World Health Organization (WHO) yang menyatakan bahwa kekurangan zat besi terlihat secara meyakinkan menghambat perkembangan psikomotor dan mengganggu kinerja kognitif anak. Selain itu, dampak kurangnya zat besi pada anak juga dapat membuatnya jadi mudah letih dan lemas, sehingga membuat si Kecil tidak aktif belajar," Prof. Rini memaparkan.

Prof. Rini menekankan bahwa orang tua perlu waspada jika anak terlihat lemak dan kurang fokus, bisa jadi anak kekurangan zat besi.

Dua faktor pemicu risiko anak kekurangan zat besi

ilustrasi anak-anak makan bersama (pexels.com/@naomi shi)
ilustrasi anak-anak makan bersama (pexels.com/@naomi shi)

Dalam kesempatan yang sama, dokter gizi medik Dr. dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi, mengatakan bahwa ada dua faktor pemicu kekurangan zat besi pada anak, yaitu kurangnya konsumsi makanan yang kaya akan zat besi dan penyerapan zat besi yang tidak optimal.

“Kurangnya konsumsi makanan yang kaya akan zat besi dan penyerapan zat besi yang tidak optimal menjadi salah satu faktor pemicu risiko kekurangan zat besi. Untuk itu, wajib untuk menerapkan pola makan yang tepat sesuai pedoman gizi seimbang, termasuk memaksimalkan pemenuhan zat besi hariannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan menyediakan makanan yang bersumber dari protein hewani kaya zat besi seperti telur, ayam, daging sapi, dan ikan," kata Dr. Dian.

Selain makanan yang bersumber dari protein hewani yang kaya akan zat besi, sebagai pelengkap nutrisi harian susu pertumbuhan terfortifikasi yang diperkaya zat besi juga dapat diberikan untuk mencegah kekurangan zat besi pada anak. Namun, banyaknya pilihan jenis susu di pasaran membuat orang tua salah paham bahwa semua jenis susu itu sama.

Faktanya, tidak semua susu sama, karena beberapa jenis susu memiliki jumlah nutrisi yang berbeda, terutama nutrisi penting untuk cegah kekurangan zat besi dan mengoptimalkan kepintaran anak.

“Studi menunjukkan bahwa berdasarkan perbandingan Nilai Gizi yang tercantum pada kemasan, susu pertumbuhan terfortifikasi memiliki kandungan nutrisi penting yang lebih banyak seperti zat besi, vitamin C, DHA, minyak ikan, dibanding susu kotak cair yang beredar di pasaran.

"Lebih jauh, pemberian susu pertumbuhan terfortifikasi pada anak usia 1–3 tahun terbukti bantu penuhi kebutuhan zat besi harian anak sesuai angka kecukupan gizi (AKG) lebih baik optimal," Dr. Dian memaparkan.

Demi memenuhi kebutuhan asupan zat besi harian anak, orang tua harus memilih susu yang tepat, karena tidak semua susu itu sama. Disarankan untuk memilih susu pertumbuhan yang terfortifikasi zat besi, dan dikombinasikan dengan vitamin C.

"Karena, kombinasi unik zat besi dan vitamin C dukung penyerapan zat besi dua kali lipat,” tambah Dr. Dian.

Selain pola makan tinggi zat besi, orang tua juga perlu melakukan skrining faktor risiko kurang zat besi secara rutin pada anak, sebagai salah satu upaya penting pencegahan dan deteksi dini masalah kekurangan zat besi anak, Dr. Dian menambahkan.

SGM Eksplor hadirkan inovasi produk yang mengandung IronC(™) serta Kalkulator Zat Besi

ilustrasi anak minum susu (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi anak minum susu (pexels.com/Alex Green)

Menyadari pentingnya melengkapi kebutuhan zat besi harian anak, Sarihusada melalui SGM Eksplor terus berkomitmen untuk berinovasi melalui produk bernutrisi berkualitas dan mudah diakses masyarakat Indonesia.

SGM Eksplor hadir dengan inovasi produk, satu-satunya produk yang mengandung IronC(™), yang teruji membantu penyerapan zat besi dua kali lipat, serta dilengkapi dengan nutrisi penting lainnya seperti DHA, untuk dukung kepintaran anak.

“Sebagai upaya untuk memenuhi asupan zat besi yang optimal pada si kecil, SGM Eksplor hadir sebagai satu-satunya susu pertumbuhan yang mengandung IronC(™), kombinasi unik zat besi dan vitamin C untuk penyerapan zat besi dua kali lipat," kata Anggi Morika Septie, Head of Brand SGM Eksplor. 

Mengutip sebuah hasil penelitian, anak yang secara rutin mengonsumsi SGM Eksplor untuk anak yang berusia di atas 1 tahun minimal dua kali sehari dan sesuai dengan sajian yang dianjurkan, terbukti dapat mendukung tercapainya 100 persen kecukupan zat besi harian anak sesuai AKG selain dari makanan harian.

Referensi lain juga menunjukkan bahwa berdasarkan perbandingan Informasi Nilai Gizi yang tercantum pada kemasan, SGM Eksplor memiliki kandungan nutrisi yang lebih banyak dibanding susu kotak cair yang beredar di pasaran.

"Berdasarkan studi dan referensi tersebut, kami berharap makin banyak orang tua yang memahami bahwa tidak semua susu sama, sehingga dapat lebih bijak dalam melengkapi asupan nutrisi si Kecil," kata Anggi.

SGM Eksplor juga mendukung upaya deteksi dini zat besi secara rutin melalui inovasi layanan Kalkulator Zat Besi. Ini merupakan alat bantu deteksi dini non media faktor risiko kekurangan zat besi untuk anak pertama di Indonesia dan hasilnya bisa diketahui hanya kurang dari 3 menit.

Kalkulator Zat Besi dapat digunakan secara mandiri dan dapat dijadikan sebagai alat pemantauan sebelum pemeriksaan selanjutnya oleh penyedia layanan kesehatan. 

Lebih jauh, SGM Eksplor juga mendampingi orang tua yang membutuhkan informasi mengenai nutrisi melalui layanan Nutri-Care Experts, yang terdiri dari profesional dengan latar belakang ilmu gizi, kebidanan, dan keperawatan. Layanan ini merupakan kerja sama antara SGM Eksplor dan Alodokter, dapat diakses 24/7 via telepon ataupun media sosial. 

“Pemenuhan zat besi yang optimal merupakan salah satu kunci untuk mewujudkan generasi emas 2045. SGM Eksplor akan terus berkomitmen untuk mendampingi orang tua di Indonesia dalam memberikan dukungan nutrisi berkualitas dan edukasi,” tutup Anggi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us