Ekshibisionistik Termasuk Penyimpangan Seksual, Bisa Disembuhkan?

Gangguan ekshibisionis merupakan gangguan kesehatan mental yang mengacu pada gairah seksual yang dicapai dengan menunjukkan alat kelamin atau melalui tindakan seks (misalnya masturbasi, seks oral, seks vagina, dan seks anal) yang dilakukan di depan penonton, sering kali di depan umum.
Prevalensi gangguan eksibisionis belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar terjadi pada laki-laki. Gangguan ini jarang terjadi pada perempuan.
Gangguan eksibisionis berbeda dengan ekshibisionisme karena perilakunya tanpa persetujuan penonton. Sementara itu, pelaku eksibisionisme menginginkan persetujuan penonton atau individu yang bersedia terlibat.
1. Apa itu ekshibisionistik?

Ekshibisionis (biasanya laki-laki) memperlihatkan alat kelamin mereka, biasanya kepada orang tidak dikenal dan menimbulkan sensasi seksual saat melakukannya.
Ekshibisionisme biasanya dimulai pada masa remaja. Namun, terkadang tindakan pertama dapat terjadi pada masa pra remaja atau usia paruh baya. Kebanyakan ekshibisionis yang sudah menikah, pernikahannya sering kali bermasalah.
Ekshibisionis biasanya menyadari kebutuhan mereka untuk memberikan kejutan, mengagetkan, atau mengesankan orang yang tidak sengaja melihatnya. Korbannya biasanya adalah perempuan atau anak-anak. Kontak seksual jarang terjadi pada kasus ini, sehingga para eksibisionis jarang melakukan pemerkosaan.
2. Jenis

Ada berbagai jenis ekshibisionistik, di antaranya:
- Ekshibisionis murni: Orang yang memperlihatkan organ seksualnya kepada orang lain dari jarak jauh. Mereka tidak menyentuh atau melukai secara fisik orang yang melihatnya.
- Ekshibisionis eksklusif: Individu yang kesulitan untuk terlibat dalam hubungan romantis dan tidak dapat melakukan hubungan seksual secara normal. Ini membuat mengekspos diri adalah cara mereka mendapatkan kepuasan seksual. Jenis ini lebih jarang terjadi.
3. Penyebab

Gangguan ekshibisionistik biasanya berkembang pada masa remaja akhir atau awal masa dewasa. Mirip preferensi seksual lainnya, preferensi dan perilaku seksual ekshibisionis berkurang seiring bertambahnya usia.
Beberapa faktor yang menyebabkan gangguan ekshibisionistik seperti pelecehan seksual pada masa lalu, gangguan kepribadian antisosial, konsumsi alkohol atau penggunaan narkoba, ketertarikan terhadap pedofilia, dan kecanduan pornografi.
Sebuah studi longitudinal terhadap 1.588 remaja (berusia antara 14 hingga 19 tahun) menemukan bahwa anak di bawah umur yang mengonsumsi pornografi enam kali lebih berisiko melakukan perilaku menyimpang secara seksual (Aggressive Behavior, 2011).
Sebuah penelitian mengevaluasi keterkaitan kecanduan pornografi terhadap penyimpangan eksibisionis (Psychosocial Intervention, 2009). Kondisi penyimpangan tersebut dapat diperparah akibat konsumsi pornografi. Ekshibisionis terobsesi memperlihatkan organ seksualnya secara online melalui webcam atau merekam konten seksual yang diproduksi sendiri, dan kemudian mengunggahnya secara online untuk memenuhi hasrat seksualnya.
4. Penanganan

Pengobatan gangguan ekshibisionistik biasanya dengan psikoterapi atau terapi dengan ahli gangguan seksual. Jika dorongan untuk melakukan penyimpangan tersebut parah dan tidak dapat dikendalikan melalui motivasi diri atau terapi, maka obat-obatan bisa diresepkan.
- Terapi perilaku kognitif. Jenis terapi untuk mengenali pemicu dan mengajarkan cara yang berbeda dan tepat untuk menghadapi dorongan ekshibisionistik.
- Obat-obatan SSRI seperti fluoxetine dapat membantu mengatasi komplikasi seperti depresi, kecemasan, dan menurunkan gairah seks.
- Antiandrogen. Cyproterone acetate dan medroxyprogesterone acetate adalah obat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar testosteron yang pada gilirannya menurunkan hiperseksualitas.
Gangguan ekshibisionistik termasuk gangguan perilaku. Kondisi ini bukanlah suatu aib atau penyakit kutukan yang harus disembunyikan. Berkonsultasilah dengan ahli kesehatan mental untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.