Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pengobatan yang Dibutuhkan oleh Pengidap Autoimun

ilustrasi orang sakit (freepik.com/freepik)

Autoimun merupakan kondisi ketika sel kekebalan bekerja secara keliru. Lebih tepatnya, jika seharusnya sel membantu melawan infeksi, tapi malah menyerang jaringan tubuh sendiri. Setelah didiagnosis, seseorang dengan autoimun akan diarahkan untuk melakukan medical treatment.

Pengobatan yang dibutuhkan oleh pengidap autoimun secara umum tidak menyembuhkan penyakitnya. Namun, perawatan medis ini dapat membantu mengurangi gejala dan membantu pasien mengelola efek samping yang muncul.

Pengobatan yang dibutuhkan pengidap autoimun

Rekomendasi perawatan yang diberikan dokter bisa berbeda satu sama lain sekalipun diagnosisnya sama. Perawatan yang dilakukan umumnya disesuaikan dengan jenis, kondisi, dan tingkat keparahan autoimun yang dialami penderita. 

Setidaknya, ada lima kategori pengobatan yang dibutuhkan oleh pengidap autoimun. Kelimanya yakni obat yang dijual bebas (OTC), obat resep, perubahan gaya hidup, pengobatan komplementer, dan perawatan eksperimental, melansir Verywell Health. Berikut uraian dari masing-masing perawatannya. 

1. Penggunaan obat bebas (OTC)

ilustrasi minum obat (pexels.com/MART Productions)

Obat over the counter alias obat yang dijual bebas tidak memerlukan resep untuk mendapatkannya. Obat jenis ini dapat direkomendasikan oleh ahli untuk membantu meringankan gejala, seperti nyeri.

Bentuk obat yang termasuk dalam kategori ini umumnya seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Konsumsi obat tersebut dilakukan untuk mengatasi peradangan, pembengkakan, kekakuan, demam, dan nyeri. Contoh obatnya seperti aspirin, ibuprofen, parasetamol, hingga naproxen.

2. Obat resep

Obat resep dapat diberikan jika seseorang mengalami gejala lebih parah atau obat OTC tidak menunjukkan reaksi positif. Obat-obatan resep pun berfungsi serupa, yaitu membantu mengurangi demam, kecemasan, bengkak, depresi, kelelahan, dan lain sebagainya.

Meski demikian, obat jenis ini biasanya lebih mahal dibanding OTC dan mungkin memiliki lebih banyak efek samping. Oleh karena itu, konsumsi obat resep harus benar-benar disesuaikan dengan dosis dari dokter agar tidak timbul efek samping.

Salah satu bentuknya adalah terapi imunosupresi. Perawatan ini kerap direkomendasikan untuk mengobati berbagai jenis autoimun. Obat-obatan dalam terapi ini bekerja dengan menekan berbagai gangguan pada sistem kekebalan tubuh, melansir Healthline.

Tujuan dari terapi imunosupresi adalah mengelola kondisi seseorang dan melindungi fungsi organ, seperti mengurangi peradangan. Terapi imunosupresi dapat meliputi penggunaan corticosteroid, cyclosporin, methotrexate, azathioprine, hydroxychloroquine, sulfasalazine, dan lain sebagainya.

Perawatan ini juga dapat berbentuk terapi biologis yang contohnya dilakukan dengan memblokir reseptor tertentu pada sel. Untuk perawatan terapi biologis, obat-obatan yang digunakan dapat diberikan melalui jalur intravena. Beberapa biologis imunosupresi ada IL-1 blockers (Kineret atau anakinra), TNF-inhibitors (Humira atau adalimumab), dan sebagainya.

3. Perubahan gaya hidup

ilustrasi ayam yang sudah digoreng (pixabay.com/lukinIgor)

Pengobatan yang dibutuhkan pengidap autoimun berikutnya melibatkan keseharian yakni mengubah gaya hidup. Hal ini dapat dilakukan bersamaan dengan pengobatan medis. Tujuannya untuk menurunkan peradangan tubuh dan mengendalikan gejala lainnya.

Bentuk perubahan gaya hidup yang dilakukan termasuk melaksanakan diet sehat dan seimbang dengan membatasi asupan tertentu, misalnya saja lemak, gula, dan garam. Selain itu, disarankan juga untuk mengatur pola tidur yang berkaitan dengan pembatasan alkohol, kafein, dan nikotin. Dokter mungkin juga menyarankan olahraga dan pengelolaan stres untuk menekan autoimun. 

4. Pengobatan komplementer

Pengobatan alternatif dapat menjadi komplementer yang mungkin bisa jadi perawatan pilihan tambahan. Dikatakan komplementer dan alternatif karena zat dan metodenya tidak dianggap sebagai perawatan medis standar. Termasuk di dalamnya penggunaan obat herbal, suplemen, hipnosis, pijat, hingga akupunktur. 

Jenis pengobatan ini mungkin tidak selalu direkomendasikan dokter. Meski demikian, kamu perlu mengonsultasikan setiap rencana tindakan atau konsumsi obat herbal pada ahli medis. Beberapa herbal mungkin dapat bereaksi dengan obat medis sehingga mengganggu kinerjanya.

5. Perawatan eksperimental

Perawatan eksperimental mungkin direkomendasikan oleh dokter. Meski memiliki risiko, tindakan medis ini diyakini menjanjikan untuk mengobati autoimun. Perawatan itu dikatakan eksperimental karena belum banyak penelitian mengenai hal tersebut.

Beberapa bentuk perawatannya ada T regulatory cells atau terapi sel T, terapi gen, terapi anti-PD1, dan banyak lainnya, melansir News Medical. Potensi efek negatif pelaksanaan terapi ini cukup tinggi. Namun, bisa jadi ini merupakan pengobatan yang dibutuhkan oleh pengidap autoimun.

Pengobatan yang dibutuhkan oleh pengidap autoimun memiliki mekanisme kerja yang berbeda. Ahli mungkin merekomendasikan beberapa metode sehingga perawatan yang dilakukan lebih efektif dan menekan risiko efek samping.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lea Lyliana
Laili Zain Damaika
Lea Lyliana
EditorLea Lyliana
Follow Us