- Hindari kontak dengan air atau tanah yang tercemar
Penyebab Leptospirosis dan Kenapa Penyakit Ini Perlu Diwaspadai

- Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira spp. yang menyerang manusia dan hewan melalui kontak dengan air, tanah, atau makanan terkontaminasi.
- Situasi banjir dan genangan air meningkatkan risiko leptospirosis karena urine hewan yang mengandung bakteri tersebar luas.
- Pencegahan leptospirosis dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan air atau tanah tercemar, menjaga kebersihan lingkungan, dan menggunakan pakaian pelindung.
Di balik kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir, ada pula ancaman risiko penyakit. Salah satunya adalah leptospirosis.
Leptospirosis adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Leptospira spp., yang dapat menyerang manusia dan hewan melalui kontak dengan air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini dapat muncul setelah hujan lebat atau banjir, terutama di daerah beriklim tropis seperti Indonesia.
Leptospirosis juga kerap dijuluki “penyakit kencing tikus” karena hubungan eratnya dengan urine hewan, terutama tikus, yang membawa bakteri ini ke lingkungan melalui genangan air atau tanah.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian serius terutama di wilayah yang terdampak banjir, karena air yang terkontaminasi dapat tersentuh oleh siapa saja. Mulai dari anak yang bermain di genangan hingga orang dewasa yang harus bekerja di luar ruangan. Bahkan gejala awalnya sering mirip flu biasa sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, membuat penanganannya tertunda.
Penyebab leptospirosis
Penyebab utama leptospirosis adalah bakteri Leptospira, khususnya spesies yang patogen seperti Leptospira interrogans. Bakteri ini hidup di tubuh hewan yang terinfeksi, terutama di ginjal, dan keluar bersama urine hewan ke lingkungan.
Ketika urine ini mengontaminasi air, tanah, atau makanan, bakteri dapat terbawa dan bertahan hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Bakteri tersebut kemudian masuk ke tubuh manusia melalui abrasi atau luka pada kulit, atau melalui selaput lendir di mata, hidung, atau mulut saat kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi. Seluruh proses ini terjadi tanpa melalui gigitan, tetapi langsung kontak dengan media yang mengandung bakteri.
Kontaminasi air dan banjir sebagai faktor utama

Situasi banjir dan genangan air adalah faktor yang secara signifikan meningkatkan risiko leptospirosis. Ketika banjir terjadi, urine hewan yang mengandung Leptospira dapat bercampur dengan air banjir yang kemudian tersebar luas. Air banjir itu menjadi media penyebaran ideal karena bakteri mampu bertahan lebih lama dalam kondisi basah dan hangat.
Saat orang harus berjalan di air banjir atau terkena cipratan air, bakteri dapat masuk ke tubuh bahkan melalui luka kecil yang tidak terlihat. Ini yang membuat leptospirosis sering disebut sebagai penyakit yang “mengikuti” banjir.
Reservoir hewan penyebar bakteri
Meski tikus sering disebut sebagai sumber utama penularan, tetapi banyak hewan lain yang juga dapat membawa bakteri Leptospira, seperti anjing, sapi, babi, kuda, dan hewan ternak lainnya. Hewan-hewan ini mungkin terlihat sehat, tetapi jika mereka membawa bakteri, Leptospira masih dapat keluar lewat urine mereka.
Orang yang sering berinteraksi dengan hewan, seperti peternak, dokter hewan, atau pekerja pertanian, memiliki risiko lebih tinggi terpapar bakteri ini melalui kontak langsung atau tidak langsung.
Faktor risiko individu

Beberapa kondisi dan kegiatan meningkatkan kemungkinan seseorang terinfeksi leptospirosis, seperti tinggal di daerah rawan banjir, bekerja atau berkegiatan di luar ruangan, kontak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi, hingga kegiatan rekreasi di air seperti berenang di sungai atau danau setelah hujan lebat.
Lingkungan yang lembap, sanitasi yang kurang memadai, serta populasi hewan pembawa bakteri yang tinggi juga memperbesar peluang bakteri Leptospira bertahan dan menyebar sehingga menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat.
Pencegahan leptospirosis
Berikut ini beberapa cara untuk mencegah leptospirosis
Cara paling efektif untuk mencegah infeksi adalah menghindari kontak langsung dengan air banjir atau genangan yang berpotensi terkontaminasi urine hewan. Ini termasuk tidak berenang, tidak berjalan tanpa perlindungan di air banjir, dan menghindari tanah basah di area yang diketahui memiliki populasi hewan pembawa bakteri.
Jika harus berada di daerah banjir atau basah, gunakan pakaian pelindung seperti sepatu bot, sarung tangan, dan penutup lainnya. Menutup luka dengan perban kedap air sebelum terpapar air juga membantu mencegah bakteri masuk melalui kulit.
- Kebersihan dan sanitasi lingkungan
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar dengan mengendalikan populasi tikus dan hewan lain yang dapat membawa bakteri sangat penting, terutama di wilayah dengan curah hujan tinggi. Pastikan makanan dan minuman disimpan rapat, serta hindari konsumsi air atau makanan yang mungkin telah terkontaminasi.
Mencuci tangan dengan sabun setelah aktivitas di luar ruangan atau kontak dengan lingkungan yang mungkin tercemar juga merupakan langkah sederhana namun efektif.
- Akses air bersih
Selalu gunakan air yang sudah dimasak atau diproses dengan aman untuk diminum atau memasak. Hindari minum langsung dari sumber air alami seperti sungai atau genangan tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Leptospirosis adalah zoonosis yang serius dan sering muncul setelah hujan lebat atau banjir karena bakteri Leptospira yang terbawa air banjir dari urine hewan terinfeksi. Penularan paling umum terjadi melalui kontak langsung dengan air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi, terutama melalui luka ataupun selaput lendir seperti mata atau mulut.
Pencegahan yang paling efektif adalah menghindari paparan terhadap lingkungan yang berpotensi tercemar, menjaga kebersihan lingkungan, serta mengambil tindakan perlindungan pribadi seperti menggunakan pakaian pelindung dan memastikan air yang digunakan aman. Dengan langkah-langkah sederhana ini, risiko tertular leptospirosis dapat diminimalkan.
Referensi
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). “About Leptospirosis.” Diakses Desember 2025.
CDC. Yellow Book 2026: Health Information for International Travel. Chapter on Leptospirosis. Diakses Desember 2025.
World Health Organization (WHO). “Pencegahan dan Pengendalian Leptospirosis di Indonesia.” WHO Indonesia, August 24, 2020. Diakses Desember 2025.
MedlinePlus. “Leptospirosis.” MedlinePlus Medical Encyclopedia. Diakses Desember 2025.
Puskesmas Panjatan 1 Kabupaten Kulon Progo. “Mengenal Penyakit Leptospirosis.” Diakses Desember 2025.
Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan, Kemkes RI. “Mengenal Penyakit Leptospirosis.” Diakses Desember 2025.
Cleveland Clinic. “Leptospirosis: Causes, Symptoms, Diagnosis & Treatment.” Diakses Desember 2025.

















