4 Perbedaan Rhinoplasty dan Filler: Prosedur, Hasil, dan Risiko

- Rhinoplasty dan filler memiliki perbedaan dalam prosedur dan waktu pemulihan. Rhinoplasty memerlukan operasi, sedangkan filler dilakukan dengan suntikan tanpa pembiusan.
- Hasil rhinoplasty permanen, sementara hasil filler bersifat sementara. Risiko rhinoplasty lebih tinggi, termasuk pendarahan dan infeksi, sementara filler memiliki risiko bengkak dan kemerahan.
- Rhinoplasty lebih mahal dengan biaya Rp 11 juta -17 juta, namun hasilnya permanen. Filler lebih terjangkau dengan biaya Rp 2,7 juta - 7,6 juta per sesi, namun perlu dilakukan secara berkala karena hasilnya tidak permanen.
Meningkatkan penampilan wajah, terutama bagian hidung, kini bisa dilakukan dengan dua metode populer, yakni rhinoplasty dan filler. Banyak orang masih bingung saat harus memilih antara keduanya karena tujuan akhirnya serupa, yaitu memperbaiki bentuk hidung, namun proses dan hasilnya sangat berbeda, lho. Untuk kamu yang sedang mempertimbangkan salah satu dari prosedur ini, memahami perbedaan rhinoplasty dan filler adalah langkah pertama yang wajib dilakukan.
Kedua prosedur ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung pada kebutuhan dan ekspektasimu. Agar kamu gak salah pilih dan bisa mengambil keputusan dengan penuh informasi, artikel ini akan membahas secara lengkap soal prosedur, hasil, hingga risikonya.
1. Perbedaan dari segi prosedur dan waktu pemulihan

Jika kamu mencari perubahan bentuk hidung yang signifikan dan permanen, maka rhinoplasty, yang juga dikenal sebagai operasi hidung, jadi pilihan yang tepat. Prosedur ini dilakukan oleh ahli bedah plastik dan membutuhkan pembiusan lokal maupun total, tergantung kompleksitas kasus.
Dalam operasinya, tulang dan tulang rawan hidung bisa dibentuk ulang, diperkecil, atau bahkan ditambahkan graft untuk membentuk struktur baru. Hasil dari rhinoplasty bisa bertahan seumur hidup dan gak memerlukan prosedur ulang, kecuali ada komplikasi atau keinginan untuk revisi. Menurut American Society of Plastic Surgeons, pemulihan awal biasanya berlangsung sekitar 1–2 minggu, tetapi hasil akhir baru bisa dilihat setelah 6–12 bulan.
Berbeda dengan rhinoplasty, filler hidung adalah prosedur non-bedah yang dilakukan dalam hitungan menit hingga satu jam. Dokter akan menyuntikkan bahan seperti hyaluronic acid ke area tertentu untuk mengangkat, meratakan, atau membentuk ulang kontur hidung. Gak memerlukan pembiusan, waktu pemulihan sangat singkat, bahkan kamu bisa langsung kembali beraktivitas setelah prosedur. Seperti dijelaskan oleh Healthline, hasil dari filler biasanya bertahan antara 6 bulan hingga 2 tahun tergantung bahan dan metabolisme tubuhmu.
2. Hasil yang diperoleh sementara atau permanen?

Hasil dari rhinoplasty adalah permanen. Setelah pembengkakan dan proses penyembuhan selesai, struktur baru hidungmu akan menjadi bagian tetap dari wajah. Ini sangat cocok jika kamu ingin mengubah ukuran atau posisi hidung secara signifikan, termasuk masalah struktural seperti deviasi septum atau gangguan pernapasan. Menurut Johns Hopkins Medicine, banyak pasien memilih rhinoplasty karena bisa mengatasi sekaligus fungsi dan estetika dalam satu tindakan.
Di sisi lain, filler memberikan hasil yang instan dan bisa diuji coba terlebih dahulu. Artinya, jika kamu belum yakin ingin mengubah bentuk hidung secara permanen, filler bisa menjadi stepping stone untuk melihat apakah perubahan tersebut cocok dengan wajahmu.
Namun, filler gak bisa memperkecil ukuran hidung, hanya memperbaiki bentuk seperti menyamarkan benjolan (hump) atau mengangkat ujung hidung. hasilnya akan diserap tubuh secara bertahap, dan bentuk hidung akan kembali seperti semula jika gak diulang.
3. Risiko dan efek samping, mana yang lebih aman?

Karena bersifat bedah, rhinoplasty tentu membawa risiko yang lebih tinggi dibandingkan filler. Efek samping seperti pendarahan, infeksi, anestesi, hingga jaringan parut bisa saja terjadi, meski kasusnya jarang jika dilakukan oleh tenaga medis berpengalaman. Prosedur ini juga memerlukan waktu pemulihan yang cukup lama dan ketidaknyamanan selama beberapa minggu pertama. Menurut Mayo Clinic, hasil akhir dari rhinoplasty bisa bervariasi tergantung pada penyembuhan individu, dan kadang dibutuhkan revisi untuk mencapai hasil sempurna.
Untuk filler, meskipun risikonya lebih ringan, bukan berarti gak ada, lho. Efek samping ringan seperti bengkak, kemerahan, atau memar di area suntikan adalah hal yang umum. Namun, ada risiko serius jika filler disuntikkan ke pembuluh darah secara gak sengaja, yang dapat menyebabkan penyumbatan bahkan kebutaan. Menurut American Board of Cosmetic Surgery, penting untuk hanya melakukan prosedur ini dengan dokter ahli yang memahami anatomi wajah secara mendalam. Jadi, meski non-invasif, filler tetap memerlukan pertimbangan yang matang.
4. Biaya dan frekuensi, apa yang sesuai dengan budget dan gaya hidupmu?

Dalam hal biaya, rhinoplasty jelas lebih mahal. Di Indonesia, biaya rata-rata prosedur ini bisa mencapai Rp 11 juta -17 juta tergantung reputasi dokter dan kompleksitas tindakan. Selain itu, karena merupakan prosedur satu kali dengan hasil permanen, kamu hanya perlu membayar sekali. Menurut WebMD, asuransi biasanya gak menanggung rhinoplasty yang dilakukan murni untuk estetika, jadi biaya ini perlu kamu tanggung sepenuhnya.
Sebaliknya, filler jauh lebih terjangkau, dengan harga mulai dari Rp 2,7 juta - 7,6 juta per sesi. Namun, karena hasilnya gak permanen, kamu perlu melakukan perawatan ulang secara berkala, biasanya setiap 6–18 bulan. Artinya, dalam jangka panjang, biaya filler bisa jadi hampir menyamai atau bahkan melebihi rhinoplasty. Namun keuntungannya, kamu bisa lebih fleksibel jika ingin menyesuaikan bentuk hidung seiring waktu atau perubahan selera estetika.
Memilih antara rhinoplasty dan filler bukan sekadar soal estetika, tapi juga tentang memahami tubuhmu, tujuan jangka panjang, dan kesiapan untuk menjalani prosedur medis. Sebelum memutuskan, konsultasikan dengan dokter spesialis bedah plastik atau dermatologi yang memiliki pengalaman dan kredibilitas tinggi, ya. Dengan informasi lengkap dan keputusan yang bijak, kamu bisa mendapatkan hasil terbaik sesuai harapan.
Referensi:
Healthline. (n.d.). Facial fillers: Side effects. Diakses Juni 2025.
Johns Hopkins Medicine. (n.d.). Rhinoplasty. Diakses Juni 2025.
Mayo Clinic. (n.d.). Rhinoplasty: About. Diakses Juni 2025.
American Board of Cosmetic Surgery. (n.d.). Facelift guide. Diakses Juni 2025.
WebMD. (n.d.). Cosmetic procedures: Nose job (rhinoplasty). Diakses Juni 2025.
American Society of Plastic Surgeons. (n.d.). Your facelift recovery explained: From day 1 to day 30. Diakses Juni 2025.