3 Hal yang Harus Diperhatikan saat Pakai Obat Supositoria

Zat aktif dalam obat beragam dan memiliki sifat yang berbeda-beda. Hal ini memengaruhi bentuk sediaan dalam pembuatan obat. Beberapa memiliki bahan yang mudah rusak jika terkena enzim pencernaan, sehingga hal ini membuat obat tidak bisa dibuat dalam bentuk oral (tablet, kapsul, dan sirop).
Supositoria merupakan salah satu jenis sediaan obat yang diberikan melalui rektal, vagina, ataupun uretra. Bentuk obat ini biasanya dibuat dari zat aktif obat yang kerjanya lebih optimal jika diberikan melalui anus dan biasanya diberikan pada pasien dengan kondisi khusus yang tidak bisa diberi obat oral, seperti kondisi kejang dan tidak sadarkan diri.
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan jika harus menggunakan obat supositoria.
1. Penyimpanan

Supositoria merupakan salah satu obat yang harus disimpan di lemari es dengan suhu 2–8 derajat Celsius. Hal ini dilakukan agar obat tidak meleleh.
Supositoria bisa melarut pada suhu tubuh, yaitu 37 derajat Celsius (suhu manusia normal) sehingga kandungannya diserap oleh tubuh melalui aliran darah.
Jika tidak ada lemari es dan supositoria melunak, rendam menggunakan air es selama kurang lebih 30 menit.
2. Cara penggunaan

Tak sedikit orang yang masih bingung bagaimana cara menggunakan obat dengan bentuk sediaan supositoria. Jangan sampai diminum, ya!
Setelah dimasukkan, pastikan obat tidak keluar agar kerjanya optimal dan efektif sesuai dengan indikasi. Saat menggunakan, pastikan juga kuku rapi, pendek, dan bersih agar tidak melukai tubuh.
Berikut merupakan cara menggunakan supositoria rektal:
- Cuci tangan dengan sabun.
- Gunakan sarung tangan jika perlu, buka bungkus supositoria, tetesi sedikit air agar licin.
- Miringkan tubuh, tarik kaki kanan setinggi perut dan kaki kiri posisi lurus.
- Angkat pantat dengan tangan kanan pada area lubang anus agar terbuka dan bisa dijangkau.
- Masukkan supositoria dengan bagian runcing terlebih dahulu, lalu dorong dengan jari ke dalam anus.
- Luruskan kaki dengan posisi berbaring miring selama 15 menit agar supositoria tidak keluar.
3. Jenis supositoria dan rute pemberiannya

Selain supositoria yang dimasukkan ke dalam anus, ternyata ada jenis lain. Berikut jenis-jenis supositoria berdasarkan rute pemberiannya:
- Supositoria rektal: Jenis ini berbentuk peluru yang penggunaannya dimasukkan melalui dubur atau anus. Biasanya bentuk supositoria jenis ini mengandung obat wasir, obat antinyeri atau obat demam, obat antimual, dan antibiotik.
- Supositoria vaginal (ovula): Jenis ini berbentuk bola lonjong yang penggunaannya dimasukkan melalui vagina. Biasanya supositoria jenis ini digunakan untuk obat dengan efek lokal seperti antiseptik pada perempuan.
- Supositoria uretra (bacilla, bougies): Jenis supositioria ini berbentuk panjang dengan ukuran 7–14 cm yang penggunaannya melalui saluran kemih. Biasanya bentuk supositoria jenis ini mengandung obat alprostadil yang berfungsi mengobati disfungsi ereksi atau impotensi.
Perhatikan cara penggunaan obat supositoria yang benar agar efek yang dihasilkan optimal. Jangan menyimpannya sembarangan karena bisa meleleh pada suhu tinggi. Perhatikan juga jenis supositoria yang digunakan, baik itu rektal, ovula atau uretra karena memengaruhi rute pemberiannya.