Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Psikosis Postpartum: Gejala, Faktor Risiko, Diagnosis, dan Perawatan

ilustrasi bayi berada di pelukan ibu (pexels.com/Mateusz Dach)
ilustrasi bayi berada di pelukan ibu (pexels.com/Mateusz Dach)

Perempuan yang baru melahirkan rentan mengalami perubahan suasana hati. Keadaan ini sering dianggap normal karena biasanya hanya berlangsung beberapa hari. Namun, kondisi yang melibatkan perubahan suasana hati dengan kadar yang ekstrem pasca persalinan perlu diwaspadai. Bisa jadi itu adalah tanda dari psikosis postpartum.

Psikosis postpartum merupakan kondisi mental serius yang dapat menyerang perempuan dengan segera setelah melewati proses persalinan. Persoalan ini diperkirakan memengaruhi 1 dari 500 ibu setelah melahirkan. Karena dianggap sebagai keadaan darurat medis, psikosis postpartum harus mendapatkan intervensi medis dengan tepat dan segera.

1. Apa itu psikosis postpartum?

ilustrasi ibu memeluk bayi saat tidur (pexels.com/Sarah Chai)
ilustrasi ibu memeluk bayi saat tidur (pexels.com/Sarah Chai)

Seperti yang telah disinggung pada bagian awal, psikosis postpartum adalah suatu kondisi medis serius yang memengaruhi mental perempuan setelah melahirkan. Ini juga dikenal dengan sebutan psikosis nifas atau psikosis pasca kelahiran.

Psikosis postpartum masih dianggap sebagai gangguan perinatal langka. Permulaan kejadian biasanya terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu setelah melahirkan. Apabila tidak segera mendapatkan perawatan medis, psikosis postpartum dapat menyebabkan masalah yang lebih serius sampai ancaman kematian bagi ibu dan atau bayinya.

2. Gejala

ilustrasi ibu menenangkan bayinya (pexels.com/RODNAE Productions)
ilustrasi ibu menenangkan bayinya (pexels.com/RODNAE Productions)

Studi yang termuat dalam Psychoneuroendocrinology tahun 2020 mengungkap, perempuan yang menderita psikosis postpartum lebih mungkin mengalami peristiwa hidup yang penuh tekanan dan memiliki persepsi stres yang lebih tinggi.

Adapun gejala yang ditunjukkan dapat berkisar dalam tingkat keparahan dengan episode yang bisa memicu tanda bahaya, seperti peningkatan bunuh diri dan pembunuhan bayi.

Gejala psikosis postpartum dapat terlihat dalam beberapa jam, hari, atau minggu pertama setelah melahirkan. Manifestasi dari gejala meliputi:

  • Mengalami periode halusinasi, misalnya mendengar, melihat, mencium atau merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
  • Mengalami periode delusi, yakni terbesitnya pikiran atau keyakinan yang tidak benar.
  • Suasana hati dapat berubah ke fase mania yang ditunjukkan dengan berbicara terlalu terlalu cepat atau kegembiraan berlebih.
  • Suasana hati berubah ke fase depresi yang ditunjukkan dengan kecemasan, menangis, menarik diri, kurang bersemangat, kehilangan nafsu makan, dan kesulitan tidur dengan nyenyak.
  • Terkadang memperlihatkan tanda dari kombinasi suasana hati mode mania dan depresi.
  • Sering merasa curiga atau takut tanpa alasan yang jelas.
  • Merasa gelisah dan bingung.
  • Menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan karakter asli.

3. Faktor risiko

ilustrasi wanita hamil sedang membaca buku (pexels.com/Josh Willink)
ilustrasi wanita hamil sedang membaca buku (pexels.com/Josh Willink)

Psikosis postpartum dianggap sebagai kondisi kesehatan mental yang langka. Menurut laporan dalam Biomarkers of Postpartum Psychiatric Disorders, kaitan perubahan hormonal dan imunologis dapat memicu depresi pascapersalinan dan atau berkontribusi terhadap neuropatologi yang mendasari psikosis postpartum.

Sementara itu, faktor risiko yang telah dihubungkan dengan pemicu psikosis postpartum adalah memiliki riwayat gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, dan episode psikosis postpartum pada kehamilan sebelumnya. Selain itu, penghentian pengobatan psikiatri juga dapat dikaitkan dengan psikosis postpartum.

4. Diagnosis

ilustrasi prosedur diagnosis (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi prosedur diagnosis (pexels.com/SHVETS production)

Ketika menyadari ada indikasi gangguan mental yang mengarah pada psikosis postpartum, sebaiknya segera mengonsultasikannya pada dokter. Dokter akan membantu menegakkan diagnosis melalui prosedur medis tertentu.

Pada tahap awal dokter akan melakukan peninjauan riwayat medis pasien secara menyeluruh. Kemudian melaksanakan pemeriksaan fisik jika diperlukan. Di samping itu, evaluasi suasana hati dengan Mood Disorder Questionnaire (MDQ) dan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) mungkin diberlakukan. Untuk mengesampingkan kondisi lain, dokter mungkin juga akan menyarankan pemeriksaan dengan tes darah.

5. Pengobatan

ilustrasi wanita hamil (pexels.com/Matilda Wormwood)
ilustrasi wanita hamil (pexels.com/Matilda Wormwood)

Pengobatan psikosis postpartum didasarkan oleh penyebab, keadaan, dan riwayat kesehatan pasien. Beberapa opsi pengobatan yang mungkin disarankan oleh dokter adalah:

  • Pemberian obat-obatan tertentu, seperti benzodiazepin, antipsikotik, antidepresan, dan mood stabilizer.
  • Psikoterapi.
  • Terapi kejang listrik.
  • Psikofarmakologi.

Penting untuk dipahami bahwa pemilihan pengobatan harus melalui tahap diagnosis dan diskusi bersama tim medis dan dokter kesehatan mental pasien terkait. Hal ini untuk menghindari efek samping yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi.

Peran keluarga dalam memberikan dukungan penuh pada ibu hamil amat penting. Terlebih yang memiliki riwayat kesehatan mental. Ini merupakan langkah preventif sederhana untuk meminimalkan terjadinya psikosis postpartum.

Meskipun perubahan suasana hati sering dikaitkan dengan kondisi wajar, siapa pun perlu waspada dengan kemungkinan terjadinya psikosis postpartum. Dengan demikian, penting melakukan pemeriksaan rutin selama periode kehamilan dan menjalin komunikasi dengan dokter terkait kondisi ibu hamil yang dirasakan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indri yani
EditorIndri yani
Follow Us