"Long-term use of melatonin supplements to support sleep may have negative health effects." American Heart Association. Diakses November 2025.
Risiko Jantung di Balik Penggunaan Melatonin Jangka Panjang

- Studi awal menunjukkan penggunaan melatonin lebih dari satu tahun berisiko meningkatkan gagal jantung dan kematian pada orang dengan insomnia kronis.
- Melatonin sering dianggap aman karena alami, padahal data keamanan jangka panjangnya terhadap jantung masih terbatas.
- Para ahli menyarankan penggunaan melatonin hanya jangka pendek dan dengan pemantauan tenaga medis.
Suplementasi melatonin sering dianggap sebagai solusi alami bagi orang-orang yang sulit tidur. Hormon yang diproduksi secara alami oleh kelenjar pineal ini membantu mengatur siklus tidur dan bangun tubuh. Di banyak negara, versi sintetisnya dijual bebas sebagai suplemen untuk mengatasi insomnia atau jet lag. Namun, sebuah studi terbaru mengingatkan bahwa penggunaan melatonin dalam jangka panjang mungkin tidak seaman yang selama ini diyakini.
Penelitian yang akan dipresentasikan dalam American Heart Association Scientific Sessions 2025 menemukan bahwa penggunaan melatonin selama lebih dari satu tahun berkaitan dengan peningkatan risiko gagal jantung, rawat inap akibat gagal jantung, serta kematian akibat berbagai penyebab pada orang dengan insomnia kronis.
Para peneliti menggunakan basis data internasional TriNetX Global Research Network yang mencakup lebih dari 130 ribu orang dewasa dengan insomnia, berusia rata-rata 55 tahun, dan sekitar 61 persen di antaranya perempuan.
Temuan studi dan implikasi medis

Temuan studi cukup mengkhawatirkan.
Mereka yang menggunakan melatonin jangka panjang memiliki kemungkinan hampir 90 persen lebih tinggi mengalami gagal jantung dibandingkan dengan kelompok yang tidak menggunakannya.
Risiko rawat inap akibat gagal jantung bahkan meningkat 3,5 kali lipat, dan risiko kematian dari semua penyebab naik hampir dua kali lipat dalam periode lima tahun pemantauan.
Meski melatonin dikenal sebagai obat tidur alami, tetapi para ahli menegaskan bahwa data tentang keamanan jangka panjangnya terhadap kesehatan jantung masih sangat terbatas. Dr. Ekenedilichukwu Nnadi, penulis utama studi ini, mengatakan, “Melatonin mungkin tidak seharmless yang selama ini diasumsikan.” Ia menambahkan bahwa temuan ini bisa mengubah cara dokter memberikan edukasi tentang penggunaan obat tidur, mengutip dari laman American Heart Association.
Pakar lain, Dr. Marie-Pierre St-Onge dari Universitas Columbia, mengingatkan bahwa melatonin seharusnya tidak digunakan dalam jangka panjang tanpa indikasi medis yang jelas. Juga, perlu diingat bahwa suplemen tidak diatur ketat seperti obat resep, sehingga kandungan dan dosisnya bisa sangat bervariasi antar merek.
Meski begitu, para peneliti juga menekankan bahwa hasil studi ini masih bersifat awal dan belum membuktikan hubungan sebab-akibat secara langsung. Faktor lain seperti tingkat keparahan insomnia, depresi, atau penggunaan obat tidur lain bisa berpengaruh terhadap hasil. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah melatonin benar-benar berperan dalam meningkatkan risiko gangguan jantung.
Namun, satu hal yang pasti, bahwa tidak semua yang “alami” aman bila digunakan dalam waktu lama atau tanpa batas waktu. Melatonin bisa membantu tidur lebih nyenyak, tetapi penggunaannya sebaiknya dilakukan dengan pengawasan medis dan dalam jangka waktu yang sesuai kebutuhan.
Referensi


















