Mengenal dan Memahami Orientasi Seksual dari Perspektif Psikologi

Aspek normal dari seksualitas manusia

Orientasi seksual terkadang juga disebut "preferensi seksual" yang menggambarkan pola perasaan emosional, romantis, atau ketertarikan seksual seseorang terhadap laki-laki, keduanya, atau bukan jenis kelamin.

Menurut American Psychological Association (APA), orientasi seksual juga mengacu pada rasa identitas seseorang berdasarkan ketertarikan, perilaku terkait, dan keanggotan dalam komunitas lain yang berbagi ketertarikan tersebut.

Meskipun kategori daya tarik ini serupa dengan yang diterapkan dalam budaya di seluruh dunia, kategori ini jauh dari satu-satunya label orientasi seksual yang digunakan saat ini. Misalnya, orang yang merasa tidak yakin dengan ketertarikan seksualnya mungkin menyebut diri mereka sebagai "bertanya-tanya" atau "ingin tahu."

Untuk mengenal dan memahami orientasi seksual dari perspektif psikologis yang selama beberapa dekade telah menjadi perdebatan, coba, deh, simak penjelasan di bawah ini.

1. Orientasi seksual berbeda dengan identitas gender

Mengenal dan Memahami Orientasi Seksual dari Perspektif Psikologiilustrasi beberapa simbol gender (istockphoto.com/Liudmila Chernetska)

Orientasi seksual adalah tentang ketertarikan secara emosional atau romantis kepada orang lain, sementara "identitas gender" menggambarkan perasaan internal seseorang tentang menjadi laki-laki atau perempuan atau campuran keduanya atau tidak sama sekali (genderqueer)

Identitas gender seseorang bisa saja sama atau berbeda dari jenis kelamin biologis yang ditetapkan sejak lahir. Misalnya, tentang siapa kita, bagaimana kita memilih untuk mengekpresikan perasaan, dan bagaimana kita ingin dianggap dan diperlakukan oleh orang lain.

Orang-orang yang mengalami gender dysphoric (kondisi pertentangan dalam diri lantaran perbedaan antara jenis kelamin dengan identitas gender yang dihayati) mungkin akan merasa perasaan yang sangat kuat bahwa identitas gender mereka yang sebenarnya ternyata berbeda dari jenis kelamin biologis yang diberikan kepada mereka sejak lahir.

Sederhananya, orientasi seksual adalah tentang siapa yang kita inginkan secara romantis atau seksual. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa banyak orang transgender perlu bantuan profesional untuk menegaskan identitas gender yang mereka pilih ketika itu bertentangan dengan gender yang diberikan kepada mereka sejak lahir.

Perawatan yang menegaskan tentang gender seseorang, sebagaimana yang didefinisikan oleh WHO, mencakup berbagai intervensi sosial, psikologis, perilaku, dan medis.

Intervensi tersebut membantu orang transgender menyelaraskan berbagai aspek kehidupan mereka. Sebagaimana yang telah dicatat juga oleh APA, identitas itu bisa berjalan di mana saja, di sepanjang rangkaian yang mencakup laki-laki, perempuan, kombinasi dari keduanya, atau tidak satu pun dari itu. 

2. Intervensi transgender

Mengenal dan Memahami Orientasi Seksual dari Perspektif Psikologiilustrasi LGBTQIA+ (unsplash.com/Alexander Grey)

Seperti yang pernah kita dengar atau lihat, orang transgender bisa menjalani intervensi, berkisar dari konseling, perubahan ekspresi sosial, hingga obat-obatan seperti terapi hormon.

Khususnya untuk anak-anak, waktu intervensi didasarkan pada beberapa faktor, termasuk perkembangan kognitif dan fisik serta persetujuan dari orang tua. Sebab, saat dilakukan pembedahan misalnya mengurangi jakun, atau menyelaraskan dada ataupun alat kelamin, persetujuan ini jarang diberikan pada orang yang berusia dibawah 18 tahun.

Oleh sebab itu, makin banyak pembuat undang-undang di beberapa negara memandang beberapa perawatan yang menegaskan gender sebagai "tidak sehat secara medis" untuk remaja dan bahkan bisa dianggap sebagai bentuk pelecehan anak.

Baca Juga: Mengenal Panseksual, Orientasi Seksual yang Gak Memandang Gender

3. Kapan dan bagaimana orientasi seksual diakui

Mengenal dan Memahami Orientasi Seksual dari Perspektif Psikologiilustrasi LGBT (unsplash.com/Isi Parente)

Menurut penelitian medis dan psikologis terkini, perasaan ketertarikan emosional, romantis, dan seksual yang pada akhirnya membentuk orientasi seksual orang dewasa, biasanya muncul antara usia 6 hingga 13 tahun. Namun, perasaan ketertarikan ini juga dapat berkembang dan berubah pada usia berapa pun, bahkan tanpa pengalaman seksual sebelumnya.

Misalnya, seseorang yang pantang untuk melakukan hubungan seks masih menyadari akan orientasi seksual dan jenis kelaminnya.

Sekelompok komunitas tertentu seperti, gay, lesbian, dan biseksual, mungkin akan mengikuti garis waktu yang berbeda dalam menentukan orientasi seksual mereka daripada orang heteroseksual. Beberapa juga memutuskan untuk mendefinisikan dirinya sebagai gay, lesbian, biseksual jauh sebelum benar-benar melakukan hubungan seksual dengan orang lain.

Di sisi lain, beberapa tidak menentukan orientasi seksual mereka sampai setelah melakukan hubungan seksual dengan orang yang berjenis kelamin sama, lawan jenis, atau keduanya. Menurut APA, diskriminasi dan prasangka dapat mempersulit lesbian, gay, dan biseksual untuk menerima identitas orientasi seksual mereka sehingga dapat memperlambat prosesnya. 

Oleh sebab itu, tidak jarang dari mereka merasa tidak yakin akan orientasi seksualnya. Beberapa orang menjalani seluruh hidup mereka tanpa pernah yakin akan orientasi seksual mereka yang sebenarnya. Psikologi menekankan bahwa "mempertanyakan" orientasi seksual bukanlah hal yang aneh atau merupakan bentuk penyakit mental. Kecenderungan perasaan tertarik untuk berubah sepanjang hidup dikenal sebagai "fluiditas".

4. Penyebab orientasi seksual

Mengenal dan Memahami Orientasi Seksual dari Perspektif Psikologiilustrasi LGBTQIA+ (unsplash.com/Rene Bernal)

Penyebab orientasi seksual telah memicu berbagai pertanyaan dalam sejarah psikologi klinis yang sering diperdebatkan, sedalam apa yang menyebabkan orientasi seksual seseorang. Sementara itu, para ilmuwan umumnya setuju bahwa sifat (seperti sifat yang kita warisi) dan cara pengasuhan (sifat yang kita peroleh atau pelajari) memainkan peran yang kompleks.

Alasan yang pasti untuk berbagai orientasi seksual tetap tidak terdefinisi dengan baik, bahkan kurang dapat dipahami dengan baik. Terlepas dari penelitian secara klinis selama bertahun-tahun tentang pertanyaan tersebut, tidak ada satu pun penyebab atau alasan untuk mengembangkan orientasi seksual tertentu yang telah diidentifikasi. 

Sebaliknya, para peneliti percaya bahwa perasaan ketertarikan emosional setiap orang dipengaruhi oleh kombinasi kompleks, yaitu faktor dominasi genetik, hormonal, sosial, dan lingkungan. Meskipun tidak ada faktor tunggal yang teridentifikasi, tetapi kemungkinan pengaruh gen dan hormon yang diwarisi dari orang tua kita telah menunjukkan bahwa perkembangan orientasi seksual bisa dimulai sebelum lahir.

Beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa paparan sikap orang tua terhadap orientasi seksual dapat memengaruhi bagaimana beberapa anak bereksperimen dengan perilaku seksual dan identitas jenis kelamin mereka sendiri.

Orientasi seksual seperti pada gay, lesbian, dan biseksual adalah jenis "gangguan mental" yang sering disebabkan oleh pelecehan seksual selama masa kanak-kanak dan hubungan orang dewasa yang bermasalah. Namun, ini telah terbukti salah dan terutama didasarkan pada informasi yang salah dan prasangka terhadap apa yang disebut gaya hidup "alternatif." Sebab, penelitian baru menunjukkan tidak ada hubungan antara salah satu orientasi seksual dan gangguan psikologis. 

5. Bisakah orientasi seksual diubah?

Mengenal dan Memahami Orientasi Seksual dari Perspektif Psikologiilustrasi bendera gender identitas seksual (istockphoto.com/Photoplotnikov)

Pada tahun 1930-an di Amerika Serikat (AS) muncul praktik berbagai bentuk "terapi konversi" yang dimaksudkan untuk mengubah orientasi seksual seorang gay, lesbian, atau biseksual menjadi heteroseksual melalui intervensi psikologis atau agama. Sekarang, semua organisasi kesehatan mental menganggap semua bentuk konversi atau terapi "reparatif" sebagai praktik pseudoscientific yang paling tidak efektif, dan paling buruknya berbahaya secara emosional dan fisik.

Selain itu, APA telah menemukan kemungkinan bahwa mempromosikan terapi konversi sebenarnya memperkuat stereotip negatif yang telah menyebabkan diskriminasi terhadap lesbian, gay, dan biseksual. Oleh sebab itu, pada tahun 1973, APA secara resmi telah menghapus homoseksual dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders yang digunakan oleh profesional medis untuk mendefinisikan gangguan mental.

Banyak organisasi profesional kesehatan besar lainnya telah melakukan hal yang sama sehingga menghilangkan semua dukungan profesional untuk gagasan bahwa ketertarikan emosional pada orang dengan jenis kelamin yang sama dapat atau bahkan perlu "diubah". Selain itu, organisasi profesional yang sama telah menghilangkan kepercayaan lama bahwa seseorang dapat "berubah" menjadi gay. Misalnya, membiarkan anak laki-laki bermain dengan mainan tradisional yang dibuat untuk anak perempuan, seperti boneka, ini tidak akan menyebabkan mereka menjadi gay.

Selama lebih dari empat dekade, APA telah menekankan bahwa homoseksual, biseksual, dan aseksualitas bukanlah bentuk penyakit mental dan tidak pantas untuk mendapatkan stigma negatif secara historis dan mengakibatkan diskriminasi. Perilaku heteroseksual maupun homoseksual merupakan aspek normal dari seksualitas manusia, kata APA.

Baca Juga: Transpuan: Pengertian, Perbedaan, Orientasi, dan Stigma

Salma Wati Photo Verified Writer Salma Wati

Let it flow in its own time

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya