- Perasaan tertekan.
- Kelelahan dan kekurangan energi.
- Lekas marah atau perubahan suasana hati.
- Kecenderungan untuk khawatir.
- Pikiran berulang tentang bunuh diri.
- Perasaan tidak berharga, bersalah, atau putus asa.
- Perenungan obsesif atau pikiran mengganggu.
- Kehilangan minat terhadap aktivitas yang menyenangkan.
- Perubahan nafsu makan atau berat badan.
- Menghindari interaksi.
- Sulit berkonsentrasi atau membuat keputusan.
- Masalah tidur.
Tersenyum tapi Terluka, Kenali Smiling Depression Lebih Dalam

- Smiling depression sering luput dikenali karena seseorang yang sedang mengalami depresi justru tampak bahagia di permukaan.
- Terlepas dari senyuman dan kesan bahagia dari luar, orang-orang dengan smiling depression masih mengalami gejala khas depresi.
- Beberapa alasan umum orang merahasiakan depresi: tidak ingin membebani orang lain, malu, menyangkal kondisinya, atau tidak mau terlihat lemah.
Saat membayangkan seseorang yang mengalami depresi, kebanyakan orang mungkin langsung terbayang sosok yang murung, kehilangan semangat, dan selalu tampak sedih. Namun kenyataannya, tidak semua orang yang mengalami depresi menunjukkan tanda-tanda itu secara jelas.
Ada satu jenis depresi yang sering luput dikenali, yaitu smiling depression. Seperti namanya, ini adalah kondisi ketika seseorang yang sedang bergumul dengan depresi justru tampak bahagia di permukaan. Mereka bisa tetap tertawa, bersosialisasi, bahkan terlihat sukses dan ceria. Padahal di balik semua itu, ada luka emosional yang dalam.
Orang-orang di sekitar mereka sering kali tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Karena dari luar, kehidupan orang dengan smiling depression terlihat baik-baik saja, bahkan bisa terlihat sempurna. Padahal, senyum yang mereka tunjukkan hanyalah topeng untuk menyembunyikan rasa sakit yang tidak ingin mereka bagi dengan siapa pun.
1. Gejala
Terlepas dari senyuman dan kesan bahagia dari luar, orang-orang dengan smiling depression masih mengalami gejala khas depresi. Gejala cenderung berkembang secara bertahap selama berhari-hari atau berminggu-minggu dan sangat bervariasi dari orang ke orang. Berikut gejala smiling depression:
Orang yang hidup dengan smiling depression masih dapat pergi bekerja. Namun, mereka mungkin masih memiliki pikiran tentang bunuh diri.
2. Penyebab
Ada beberapa hal yang berkontribusi terhadap berkembangnya smiling depression. Berikut beberapa penyebabnya:
- Penyakit fisik.
- Riwayat keluarga.
- Riwayat kondisi kesehatan mental lainnya.
Emosi yang tertahan juga dapat memperburuk atau menimbulkan gejala depresi. Seiring waktu, perasaan dan pikiran negatif dapat saling memengaruhi dan mendorong lebih jauh ke dalam kesedihan dan harga diri yang rendah.
3. Mengapa seseorang menyembunyikan depresinya?

Bukan hal yang aneh bagi seseorang dengan depresi merahasiakan kondisi mereka. Berikut beberapa alasan umum orang merahasiakan depresi:
- Tidak ingin membebani orang lain.
- Malu.
- Menyangkal kondisinya.
- Tidak ingin terlihat lemah.
- Rasa bersalah.
- Memiliki pandangan kebahagiaan yang tidak realistis.
- Perfeksionis.
4. Siapa yang berisiko mengalami smiling depression?
Berikut beberapa faktor risiko smiling depression:
- Melalui perubahan besar dalam hidup: Sama seperti jenis depresi lainnya, smiling depression dapat dipicu oleh suatu situasi yang tidak nyaman.
- Penilaian: Terkadang, orang yang hidup dengan depresi merasa takut dihakimi karena kondisinya, sehingga mereka memilih berpura-pura tidak ada yang salah dengan hidupnya.
- Media sosial: Beberapa orang merasa hanya dapat membagikan momen baik dan merahasiakan momen buruk. Hal ini dapat menciptakan kekosongan realitas yang memberikan lebih banyak ruang untuk smiling depression.
- Harapan yang terlalu tinggi: Memiliki harapan yang tidak realistis untuk diri sendiri atau harapan dari orang lain kadang membuat seseorang tidak ingin tampak lemah atau tidak mampu. Orang yang perfeksionis juga lebih berisiko karena tingginya standar yang mereka pegang.
5. Diagnosis
Smiling depression muncul dengan gejala yang bertentangan dengan gejala depresi klasik. Ini membuat proses diagnosis menjadi lebih sulit. Juga, terkadang seseorang tidak tahu dirinya mengalami depresi sehingga tidak mencari bantuan.
Diagnosis smiling depression harus dilakukan oleh seorang profesional medis. Nantinya, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan tentang gejala dan perubahan besar yang dialami.
Selanjutnya, dokter mungkin akan merujuk pasien ke profesional kesehatan mental. Nantinya, kamu akan mendapatkan perawatan berupa terapi bicara dan/atau pemberian obat-obatan.
6. Pengobatan

Kabar baiknya, smiling depression sangat bisa diobati. Jika kamu merasa memiliki kondisi ini, pertama-tama kamu perlu menemui profesional kesehatan mental, seperti psikiater. Sayangnya, banyak orang dengan smiling depression tetap berpura-pura saat berhadapan dengan terapis, yang mempersulit pengobatan. Jadi, sangat penting untuk terbuka dan dengan jujur mengungkapkan perasaan dan kondisimu.
Dokter atau terapis akan membantu memutuskan apakah kamu perlu mendapatkan antidepresan. Hal-hal lain yang dapat membantu, meliputi:
- Bagikan perasaan dengan orang yang kamu percaya. Ini akan mengurangi beban yang kamu rasakan.
- Habiskan lebih banyak waktu di luar.
- Rutin olahraga 10–15 menit setiap hari.
- Lakukan aktivitas yang disukai.
- Meditasi.
Menutupi depresi dengan senyuman tidak akan membuat semuanya lebih baik. Ambil langkah pertama dengan mengakui kondisimu dan segera cari bantuan. Jangan ragu maupun malu untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental, karena ini penting demi pemulihan dan kualitas hidup yang lebih baik.
Referensi
"What is smiling depression?" Medical News Today. Diakses Agustus 2025.
"Mental Health Causes And Symptoms Of Smiling Depression Disorder." Better Help. Diakses Agustus 2025.
"Smiling Depression: When Things Aren't Quite What They Seem." Verywell Mind. Diakses Agustus 2025.
"Smiling Depression Explained." Healthline. Diakses Agustus 2025.
"Smiling Depression: What You Need to Know." WebMD. Diakses Agustus 2025.