Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Strategi RSCM untuk Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting

ilustrasi bayi baru lahir (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Tengkes atau stunting adalah salah satu masalah besar yang bisa berdampak ke generasi masa depan. Menyampaikan mandat dari Presiden ke-7 RI, Joko "Jokowi" Widodo, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ingin Indonesia menurunkan angka stunting ke 14 persen pada 2024.

Menurut data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 25 Januari 2023, angka stunting anak Indonesia turun dari 24,4 pada 2021 menjadi 21,6 pada 2022. Sementara ini adalah kabar baik, tetapi target masih belum dipenuhi, belum lagi target "Indonesia Bebas Tengkes" yang dipatok pada 2030.

Stunting, bayi prematur, dan BBLR

ilustrasi bayi prematur (pixabay.com/SeppH)

Dalam pemaparannya pada Senin (20/2), Direktur Utama RSCM, Dr. dr. Lies Dina Liastuti, SpJP(K), MARS., FIHA, menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis. Terjadi saat masih janin, ia mengatakan bahwa stunting baru terlihat saat bayi berusia 2 tahun.

"Tumbuh kembang anak yang buruk bisa memengaruhi masa depan bangsa. Bukan hanya tubuh, melainkan otak. Ini adalah masalah masa depan bangsa," kata Dr. Lies secara daring lewat Zoom.

Melanjutkan penjelasan Lies, Dokter Anak Konsultan Neonatologi RSCM, Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K), memaparkan mengenai berat badan lahir rendah (BBLR) dan kondisi prematur.

Sementara prematur berarti bayi yang lahir di bawah usia kandungan 37 minggu, standar BBLR adalah di bawah 2,5 kilogram (kg) tanpa memandang usia gestasi. Selain itu, Prof. Rinawati menjelaskan bahwa berat badan lahir sangat rendah bisa berada di 1,5 kg, dan jika sudah menyentuh di bawah 1 kg, berarti sudah ekstrem.

Indonesia negara ke-5 di Asia dengan angka bayi prematur tertinggi

Mengapa membahas kelahiran prematur? Indonesia ada di peringkat ke-5 sebagai negara dengan kelahiran prematur tertinggi di seluruh Asia. Dan, kelahiran prematur ternyata terbukti bisa memengaruhi stunting.

Dalam sebuah penelitian di 137 negara berkembang pada 2016, Prof. Rinawati menjelaskan bahwa 32,5 persen (sepertiga) kasus stunting disumbang oleh bayi prematur. Bahkan, menurut Riskesdas 2018, BBLR berkontribusi terhadap sekitar 20 persen dari kasus stunting di Tanah Air.

"Bayi lahir prematur berisiko untuk mengalami developmental delay, gangguan kognitif, kesulitan belajar dan gangguan perilaku," kata Prof. Rinawati.

Sangat disayangkan bahwa masalah stunting sudah bertahun-tahun dan masih jadi tugas besar untuk Indonesia. Selain meningkatkan harapan hidup bayi, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi dan prevalensi stunting dan wasting (berat badan di bawah normal). Akan tetapi, mengapa tak berhasil?

"Harus terintegrasi dan bersinergi karena tujuannya besar ... Bukan hanya mengobati anak, tetapi membangun SDM unggul Indonesia dalam beberapa tahun ke depan," ujar Dr. Lies.

Asupan gizi saat kehamilan amat penting

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Asupan gizi seharusnya sudah diperhatikan saat bayi masih dalam kandungan. Oleh sebab itu, ibu hamil harus mendapatkan asupan nutrisi terbaik, terutama 26–36 minggu karena ini adalah masa pertambahan berat janin paling signifikan.

Setelah itu, Prof. Rinawati menjelaskan mengapa 1.000 hari (24 bulan atau 2 tahun) pertama bayi di dunia adalah saat yang krusial. Menurutnya, volume otak bayi saat berusia 2 tahun ternyata adalah 83 persen dari total volume otak saat bayi tumbuh dewasa.

Masalahnya, bagaimana bila bayi lahir prematur? Dokter Lies prihatin bahwa angka bayi prematur masih tinggi. Selain itu, mereka juga alergi protein susu sapi sehingga butuh substitusi.

“Pada bayi prematur ada banyak masalah nutrisi seperti alergi dan intoleransi makanan, kebutuhan nutrisi lebih tinggi, lebih rentan penyakit, laju metabolisme protein yang tinggi, laju metabolik yang tinggi, organ yang imatur, dan gudang penyimpanan nutrisi kecil," kata Prof. Rinawati.

Asupan untuk mencegah stunting pada bayi prematur

Untuk bayi baru lahir, mereka dilarang untuk puasa. Jika bayi terlahir di bawah 32 minggu dan/atau di bawah 1,5 kg dengan risiko sedang ke tinggi, maka bayi harus diberikan asupan nutrisi parenteral via infus selama 24–48 jam pertama. Hal ini sesuai dengan arahan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Selain nutrisi parenteral, Prof. Rinawati menunjukkan bahwa bayi juga harus diberikan trophic feeding 10–15 mL/kgBB/24 jam yang secara bertingkat dinaikkan volumenya sesuai toleransi bayi untuk tumbuh kejar. Diharapkan, bayi bisa mencapai tahap full feed dalam waktu 2–3 minggu.

Profesor Rinawati kemudian mengutip sebuah studi yang dilakukan pada 2007. Menurut studi tersebut, anak yang stunting sampai usia 9 bulan memiliki IQ yang lebih rendah. Studi tersebut juga menemukan bahwa peningkatan berat badan sejak lahir sampai usia 8 minggu ternyata bisa meningkatkan IQ saat usia 8 tahun.

“Otak tidak bisa dibeli, jadi setiap individu yang lahir di Indonesia berhak untuk dilindungi dan dibina," imbuh Prof. Rinawati.

ilustrasi ASI perah (babycentre.co.uk)

Lalu, bagaimana bila bayi terlahir prematur melewati 32 minggu tetapi kurang 37 minggu? Selain nutrisi parenteral, pemberian nutrisi enteral juga bisa dilakukan setelah lahir jika tak ada kontraindikasi mutlak.

"Berikan ASI agar enzim bisa bekerja. Bayi prematur harus difortifikasi dengan protein," tutur Prof. Rinawati.

RSCM menawarkan asupan nutrisi enteral dari air susu ibu (ASI), ASI dari donor (yang lebih diutamakan dari sesama bayi prematur), dan human milk fortifier (diberikan setelah bayi menerima nutrisi enteral 100 cc/kgBB/hari, serta standard pre-term formula dengan takaran 24 kkal/oz.

Jika bayi alergi protein susu sapi, Dr. Lies mengatakan bayi bisa diberi alternatif berupa formula berbasis susu sapi dengan protein terhidrolisat ekstensif atau asam amino bebas. Atau, jika memiliki kelainan metabolisme bawaan, bisa diberikan formula dengan komposisi yang sesuai kelainan metabolisme.

"Orang tua juga penting memiliki pemahaman yang baik mengenai nutrisi bagi bayi prematur agar dapat bersinergi dengan rumah sakit dalam memberikan nutrisi yang tepat sehingga dapat membantu mengurangi kejadian tengkes," kata Prof. Rinawati.

Antropometri juga penting

ilustrasi bayi yang sedang ditimbang (unsplash.com/Christian Bowen)

Orang tua juga diharapkan untuk melakukan pengukuran antropometri secara berkala. Bahwa berat badan bayi harus ditimbang tiap 24 bulan, lingkar kepala 18 bulan, dan panjang badan tiap 42 bulan. Penimbangan harus dilakukan dengan timbangan digital.

"Lingkar kepala memperlihatkan isi [atau volume] otak ... Kepala bayi masih berkembang hingga 2 tahun," kata Prof. Rinawati.

Untuk menggantikan buku kesehatan ibu dan anak (KIA), RSCM sudah memiliki aplikasi Pradini ID untuk memantau pertumbuhan bayi prematur dan bayi BBLR. Dilengkapi grafis pertumbuhan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), aplikasi ini ada di Play Store dan App Store.

"Jika semua ibu-ibu menggunakan [Pradini ID], kita bisa memiliki data agar bisa diketahui tengkes sedari dini ... Dan untuk mendatanya, orang tua dapat menggunakan aplikasi PrimaKu yang merupakan aplikasi tumbuh kembang anak di Indonesia hasil kerja sama antara IDAI dan Kemenkes," ujar Prof. Rinawati.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Alfonsus Adi Putra
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us