Punya Teman Curhat Bikin Otak Sehat? Ini Fakta Penelitiannya

Bagai roda yang berputar, hidup tak mungkin bebas dari masalah. Justru, masalah-masalah itulah yang membuat kita tegar dan kuat dalam menghadapi hidup. Namun, setiap orang memang memiliki titik puncaknya masing-masing.
Ada saat-saat kita tidak bisa menahan segala tekanan dan butuh mengeluarkan perasaan kita. Kita pun akhirnya curhat dengan orang-orang tertentu, entah itu keluarga, pasangan, sahabat, atau bahkan orang asing. Lega? Pastinya. Namun, ternyata manfaat curhat lebih dari itu. Punya teman curhat ternyata bisa mendukung kesehatan mental jangka panjang. Berikut ini fakta penelitiannya.
1. Studi melihat pengaruh dukungan sosial pada penurunan kognitif seperti penyakit Alzheimer dan demensia

Dilansir Everyday Health, sebuah studi yang melibatkan tim peneliti Amerika Serikat (AS) berjudul "Association of Social Support With Brain Volume and Cognition" ingin mencari tahu hubungan antara dukungan sosial dan penurunan kognitif. Temuannya dipublikasikan dalam jurnal JAMA Network Open pada 16 Agustus 2021 lalu.
Sebanyak 2.171 peserta (rata-rata berusia 60 tahun ke atas) ikut dalam penelitian ini. Setelah menjawab tes neuropsikologi dan survei dukungan sosial, studi ini mewajibkan pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) untuk memantau volume otak. Para peserta tidak menderita demensia, stroke, atau kondisi neurologis lainnya.
Tes neuropsikologi dan MRI memungkinkan para peneliti untuk menilai:
- Kemampuan kognitif (berpikir, memusatkan perhatian, daya ingat, bahasa, serta penalaran visual dan spasial)
- Ketahanan kognitif (ukuran kemampuan otak untuk berfungsi dibandingkan dengan penuaan fisik)
2. Penelitian terdahulu mengenai dukungan sosial dan kemampuan kognitif

Tidak terlibat dalam penelitian tersebut, profesor epidemiologi di Columbia University, AS, Guohua Li, MD., DrPH., mengatakan bahwa sudah ada beberapa penelitian terdahulu mengenai bagaimana keadaan sosial seseorang memengaruhi kesehatannya secara menyeluruh.
"Semakin banyak bukti bahwa hubungan dan dukungan sosial bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan fisik, mental, dan kognitif. Isolasi sosial dan kesepian justru menghasilkan efek destruktif," ujar Guohua secara terpisah.
Kesepian ternyata memengaruhi kemampuan kognitif. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Geriatric Psychiatry pada Mei 2016 dan melibatkan 8.382 peserta berusia 65 tahun ke atas menemukan bahwa tingkat kesepian yang lebih rendah menghambat penurunan kognitif hingga 12 tahun.
Lalu, sebuah studi di AS yang dalam jurnal Alzheimer & Dementia tahun 2017 dan melibatkan 3.294 peserta menemukan bahwa tingkat persahabatan dan dukungan emosional tinggi menekan risiko demensia. Selain itu, tingkat brain-derived neurotrophic factor (BDNF) lebih tinggi, atau otak dijamin lebih kuat.
3. Hasil: memiliki teman curhat yang baik dapat menjaga otak tetap sehat

Sementara kemampuan kognitif biasanya menurun seiring penyusutan volume otak saat manusia menua, ketahanan kognitif tinggi berarti kinerja kognitif yang lebih baik untuk melawan efek penuaan dan gangguan otak.
Hasil studi menemukan bahwa peserta yang memiliki teman curhat yang selalu setia mendengarkan curahan hati mereka ternyata memiliki kemampuan dan ketahanan kognitif yang lebih tinggi daripada yang tidak sama sekali.
"Mereka yang memiliki teman curhat yang baik kemungkinan besar menjaga kemampuan otaknya seiring waktu. Jadi, selain menjadi teman curhat, memiliki teman curhat yang baik dalam hidup dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan kesehatan otak," tulis Joel Salinas, MD., pemimpin studi asal New York University Grossman School of Medicine, AS.
Akan tetapi, para peneliti tidak menemukan hubungan antara ketahanan kognitif dan empat jenis dukungan sosial. Empat jenis dukungan sosial yang dimaksud adalah:
- Seseorang yang memberikan nasihat yang baik
- Seseorang yang menunjukkan cinta dan kasih sayang
- Seseorang yang menawarkan dukungan emosional
- Interaksi yang cukup dengan orang yang dipercaya
4. Kekurangan pada studi tersebut

Meski penelitian ini tidak menentukan apakah atau bagaimana memiliki teman curhat yang baik dapat meningkatkan fungsi kognitif, curhat dikaitkan dengan pengurangan stres kronis dan inflamasi sistemik, dua hal yang dapat memengaruhi otak dari waktu ke waktu.
Adapun kekurangan dari studi tersebut adalah:
- Tanggapan peserta bersifat anekdotal dan tidak selalu akurat
- Para peneliti tidak mengukur dukungan sosial secara objektif
- Tes neuropsikologi, MRI, dan kuesioner dukungan sosial dilakukan hanya dalam satu titik waktu
Penelitian ini hanya menunjukkan bahwa kedua variabel (memiliki teman curhat yang baik dan kesehatan otak) hanyalah terkait, tetapi tidak memiliki hubungan sebab akibat. Namun, perlu dicatat, temuan para peneliti AS ini membuktikan penelitian terdahulu tentang dukungan sosial dan kemampuan kognitif.
5. Seperti apa, sih, teman curhat yang baik?

Ungkapan "teman curhat yang baik" terus muncul dalam artikel ini. Adakah standar untuk menjadi teman curhat yang baik? Joel mengatakan bahwa ada "seni" untuk menjadi teman curhat yang baik, tidak sekadar duduk dan mengangguk setuju apa pun yang dikatakan oleh lawan bicara!
"Bersedia duduk bersama, mengerti apa yang diceritakan, mengulangi perkataan agar memastikan bahwa cerita mereka didengar, dan mengajukan pertanyaan agar lawan bicara benar-benar mengeluarkan unek-unek mereka", kata Joel menjelaskan.
Namun, hal ini berbeda-beda pada tiap orang. Sebagian orang bisa saja langsung curhat dengan keluarga, pasangan, sahabat, atau orang lain. Namun, beberapa orang sulit untuk bisa terbuka dan menemukan teman curhat yang baik serta dapat dipercaya.
6. Bagaimana jika tidak punya teman curhat?

Peneliti senior di bidang ilmu dan kesehatan perilaku di University College London, Dorina Cadar, PhD., mengatakan bahwa kesepian dan isolasi sosial dapat memengaruhi siapa saja.
"Mereka yang kehilangan hal-hal yang mereka cintai, mengalami musibah tragis, peperangan, dan migrasi, serta pandemik COVID-19 terpengaruh dan membatasi hubungan sosial banyak orang," kata Dorina yang tidak terlibat dalam studi tersebut.

Jadi, bagaimana jika kamu tidak punya teman curhat? Cobalah untuk memperluas jaringan sosialmu.
Christina Matz, PhD. dari Boston College School of Social Work mengatakan bahwa bergabung dengan sebuah klub atau menjadi sukarelawan akan mempertemukanmu dengan orang-orang yang memiliki banyak kesamaan. Dengan begitu, kamu jadi lebih mungkin menemukan teman yang bisa kamu percaya.
Pekerja atau terapis sosial juga dapat menjadi teman curhat yang baik dan membantumu mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan keluarga, pasangan, dan sahabat.