Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Timeline Perjalanan HIV di Indonesia: Dari 1987 ke Target 2030

Ilustrasi pita merah HIV/AIDS.
ilustrasi pita merah HIV/AIDS (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Kasus pertama HIV di Indonesia tercatat pada 1987 di Bali, lalu epidemi berkembang dari awalnya terkonsentrasi di kelompok tertentu menjadi lebih meluas pada 1990–2000-an.
  • Respons nasional mulai tersusun sejak pembentukan KPA tahun 1994, diikuti perluasan layanan ARV, rumah sakit rujukan, dan strategi nasional pencegahan serta pengobatan pada 2000–2010.
  • Indonesia menetapkan target ambisius: mencapai eliminasi HIV/AIDS pada tahun 2030.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perjalanan HIV di Indonesia berlangsung panjang sejak kasus pertama dilaporkan pada akhir 1980-an. Selama lebih dari tiga dekade, epidemi ini berkembang dari kasus yang terbatas menjadi isu kesehatan nasional yang membutuhkan respons terkoordinasi. Kebijakan pemerintah, perluasan layanan, serta meningkatnya kesadaran masyarakat menjadi bagian penting dari upaya mengendalikan penyebaran virus.

Dengan melihat kembali lini masa (timeline) mengenai HIV di Indonesia, kamu bisa tahu bagaimana respons kesehatan publik dibentuk dari waktu ke waktu. Dari fase awal deteksi, perluasan pengobatan, hingga target eliminasi, setiap periode menunjukkan tantangan dan kemajuan yang berbeda. Pemahaman terhadap perjalanan ini menjadi dasar untuk menilai apa yang sudah dicapai dan apa yang masih perlu diperkuat.

Timeline Perjalanan HIV di Indonesia

Timeline Perjalanan HIV di Indonesia

Tahun/Periode

Peristiwa/Catatan penting

1987

Kasus HIV/AIDS pertama di Indonesia teridentifikasi, dilaporkan di Bali pada seorang wisatawan asing.

1987–1996

Pada periode awal, penyebaran HIV di Indonesia masih relatif rendah. Sampai akhir 1996 tercatat sekitar 381 orang HIV positif dan sekitar 154 kasus AIDS.

1994

Pemerintah membentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) melalui Keputusan Presiden, sebagai bagian dari respons nasional terhadap HIV/AIDS.

1997–2006

Kasus meningkat secara bertahap. Sampai 31 Desember 2006, kumulatif laporan HIV/AIDS mencapai 13.424 kasus (5.230 HIV, 8.194 AIDS).

Akhir 1990-an–2000-an

Epidemi bergeser dari tertumpu pada kelompok awal ke pengguna narkoba suntik dan pekerja seks; penyebaran lewat jarum suntik dan seks berisiko meningkat.

2004

Ditetapkan 25 rumah sakit di 15 provinsi sebagai rumah sakit rujukan AIDS. Ini merupakan awal terbentuknya jaringan layanan HIV/AIDS terstruktur di Indonesia.

2007–2009

Laporan menunjukkan epidemi berkembang—dari epidemi terkonsentrasi ke epidemi yang lebih meluas; korban termasuk usia produktif, pekerja seks, pengguna narkoba, dan penularan perinatal (ibu ke bayi).

2008

Dalam laporan resmi, disebut Indonesia telah mengalami pergeseran—dari “epidemi terfokus” ke “epidemi luas” akibat kombinasi perilaku risiko dan kurangnya akses pencegahan.

Hingga Juni 2018

HIV/AIDS sudah dilaporkan di 433 dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi. Ini menunjukkan distribusi geografis yang sangat luas. Jumlah kumulatif kasus tercatat 301.959 jiwa.

2014 dan seterusnya

Pemerintah mulai memperluas akses pengobatan dengan antiretroviral (ARV) gratis untuk membantu menekan kematian dan memperpanjang harapan hidup orang dengan HIV (ODHIV).

2020-an

Epidemi HIV di Indonesia terus menjadi tantangan. Walaupun layanan meningkat, tetapi penyebaran tetap terjadi, terutama di kalangan populasi rentan. Survei dan analisis menunjukkan bahwa data kasus kemungkinan sangat under-reported.

2025

Studi terbaru memperingatkan, berbeda dengan tren global yang menurun, Indonesia mengalami lonjakan dramatis infeksi baru HIV dalam dekade terakhir (2012–2023).

Catatan dan konteks penting

  • Meski kasus pertama tercatat tahun 1987, tetapi dugaan menunjukkan kemungkinan kasus sebelumnya yang tak terdiagnosis.
  • Pola penularan berubah dari awalnya terfokus pada kelompok tertentu (misalnya pekerja seks, homoseksual) ke bentuk penularan lebih luas: seks heteroseksual, pengguna narkoba suntik, ibu ke anak, dan lain sebagainya.
  • Intervensi awal seperti pendirian KPA, program perawatan ARV, dan rumah sakit rujukan AIDS menjadi tonggak penting dalam respons nasional terhadap HIV/AIDS.
  • Meski layanan makin tersedia, tetapi stigma, akses layanan di daerah terpencil, keterlambatan diagnosis, dan under-reporting tetap menjadi tantangan serius.

Mengapa timeline ini penting untuk dipahami?

Ilustrasi HIV/AIDS.
ilustrasi HIV/AIDS (IDN Times/Mardya Shakti)

Dengan melihat sejarah penyebaran dan respons penanggulangan HIV di Indonesia, kita bisa:

  • Melihat bagaimana epidemi berkembang, dari kasus awal yang terbatas ke distribusi luas di seluruh provinsi.
  • Memahami bahwa keberhasilan program HIV/AIDS tak hanya soal obat atau layanan, tapi juga kebijakan, pendidikan, pengurangan stigma, dan akses layanan di seluruh wilayah.
  • Menyadari bahwa meskipun sudah banyak kemajuan, HIV tetap menjadi beban kesehatan masyarakat. Dan, upaya pencegahan, diagnosis dini, serta perawatan harus terus dilakukan.

Target eliminasi 2030

Indonesia menetapkan target ambisius: mencapai eliminasi HIV/AIDS pada tahun 2030. Target ini selaras dengan komitmen global UNAIDS “95-95-95”, yaitu 95 persen orang dengan HIV mengetahui statusnya, 95 persen dari mereka menjalani terapi ARV, dan 95 persen di antaranya mencapai supresi virus. Untuk mencapai itu, pemerintah memperluas layanan tes, memperkuat sistem pencatatan, meningkatkan akses ARV, dan mendorong skrining rutin terutama di wilayah dengan beban kasus tinggi.

Namun, mencapai eliminasi bukan sekadar meningkatkan angka layanan; yang lebih penting adalah memastikan layanan itu benar-benar menjangkau kelompok yang paling rentan. Masih ada tantangan berupa stigma, kurangnya kesadaran, dan akses layanan yang belum merata di berbagai daerah. Beberapa provinsi prioritas menyumbang sebagian besar kasus nasional, menunjukkan betapa perlunya pendekatan lebih tajam dan berbasis komunitas. Selain itu, jumlah orang yang belum mengetahui status HIV-nya masih signifikan, sehingga deteksi dini tetap krusial.

Upaya eliminasi juga butuh kolaborasi jangka panjang: pemerintah pusat, daerah, fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat, hingga komunitas yang selama ini berada di garis depan layanan. Tanpa dukungan menyeluruh, target 2030 berisiko menjadi sekadar angan.

Referensi

"Country report on the Follow up to the Declaration of Commitment On HIV/AIDS - (UNGASS) Reporting Period 2006-2007". UNAIDS. Diakses November 2025.

"Sejarah HIV & AIDS - Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia (1987 – 2013). Kebijakan AIDS Indonesia. Diakses November 2025.

"The Response to HIV and AIDS In Indonesia 2006 - 2011." National AIDS Commission (KPA) Indonesia. Diakses November 2025.

"Sejarah HIV dan AIDS." Spiritia. Diakses November 2025.

"Hari AIDS Sedunia, Momen STOP Penularan HIV: Saya Berani, Saya Sehat!" Kementerian Kesehatan RI. Diakses November 2025.

"Menuju Indonesia Bebas AIDS 2030." Kemenko PMK. Diakses November 2025.

Sri Sunarti Purwaningsih dan Widayatun. “Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia: Tinjauan Sosio Demografis.” Jurnal Kependudukan Indonesia 3, no. 2 (2008): 75–86.

Fauk, N. K., Bereket Duko and Paul Russell Ward. 2025 "Over 30 Years of HIV Interventions in Indonesia: A Bibliometric Analysis and Scoping Review" Preprints. https://doi.org/10.20944/preprints202507.1045.v1.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Timeline Perjalanan HIV di Indonesia: Dari 1987 ke Target 2030

01 Des 2025, 13:36 WIBHealth