Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penile Dysmorphic Disorder, Minder dengan Ukuran dan Bentuk Penis

ilustrasi alat kelamin pria (IDN Times/Mardya Shakti)

Pernahkah kamu mendengar tentang penile dysmorphic disorder atau gangguan dismorfik penis? Ini adalah gangguan psikologis ketika laki-laki tidak percaya diri dengan bentuk dan ukuran penisnya. Mereka juga cemas dengan penilaian orang lain, terutama pasangan seksnya.

Mengapa gangguan dismorfik penis bisa terjadi dan adakah cara untuk menyembuhkannya? Cari tahu lebih dalam, yuk!

1. Apa itu gangguan dismorfik penis?

Gangguan dismorfik penis adalah kondisi saat ukuran atau bentuk penis menyebabkan rasa malu yang signifikan pada pengidapnya (Archives of Sexual Behavior tahun 2015).

Mengutip San Diego Sexual Medicine, pengidap gangguan dismorfik penis sering kali memiliki rasa takut yang berlebihan terhadap penilaian orang lain. Mereka mungkin menganggap penisnya terlalu kecil atau bentuknya aneh, yang menyebabkan tekanan psikologis pada dirinya.

2. Apa penyebab gangguan dismorfik penis?

Munculnya gejala gangguan dismorfik penis biasanya terjadi di masa remaja atau dewasa awal. Kemungkinan besar karena mendapat kritik tajam tentang ukuran atau bentuk penis dari orang lain.

Kritik tersebut mungkin membuatnya insecure, apalagi penis sering diasosiasikan sebagai lambang kejantanan. Itulah mengapa, dari 25.000 laki-laki yang mengisi survei online, sebanyak 45 persen di antaranya tidak puas dengan ukuran penisnya dan ingin menjadi lebih besar, dilansir Sex & Psychology.

3. Apa dampaknya terhadap kondisi psikologis laki-laki?

ilustrasi laki-laki yang terlihat frustrasi (pexels.com/Inzmam Khan)

Laki-laki dengan gangguan dismorfik penis cenderung menunjukkan harga diri yang rendah karena ukuran dan penampilan penisnya, serta sering khawatir tentang performa seksual mereka (Urological Science, 2020).

Imbasnya, sebagian dari mereka kurang percaya diri untuk menjalin hubungan. Beberapa di antaranya memutuskan menjalani prosedur bedah kosmetik untuk meningkatkan ukuran penis dan mengembalikan kepercayaan diri mereka.

4. Apa imbasnya terhadap kehidupan seks?

ilustrasi pasangan yang terlihat kecewa (pexels.com/Alex Green)

Gangguan dismorfik penis tidak hanya berdampak pada kondisi psikologis, tetapi juga kehidupan seks. Berdasarkan riset, pengidapnya lebih mungkin mengalami disfungsi ereksi, disfungsi orgasme, dan merasakan kepuasan seksual yang lebih rendah (Sexual Medicine, 2015).

Meski begitu, gangguan dismorfik penis tidak memengaruhi kadar libido. Mengutip Better Health Channel, libido merupakan dorongan seks atau hasrat untuk berhubungan badan yang bervariasi pada setiap individu. Libido dipengaruhi oleh kondisi medis, kadar hormon, gaya hidup, hingga obat-obatan yang dikonsumsi.

5. Apakah kondisi ini bisa disembuhkan?

Salah satu prosedur pembedahan yang umum dilakukan untuk memperbesar ukuran penis ialah phalloplasty. Menurut studi, prosedur ini melibatkan pelepasan ligamen suspensori, sedot lemak prepubik, hingga transplantasi tulang rawan (Journal of Sexual Medicine, 2013).

Selain dengan operasi, penderita gangguan dismorfik penis disarankan menjalani psikoterapi, terapi perilaku kognitif, dan diberi obat antidepresan jika perlu. Perawatan psikologis diperlukan karena pengidap gangguan ini rentan terhadap kecemasan, depresi, bahkan bunuh diri.

Nah, itulah beberapa fakta mengenai penile dysmorphic disorder atau gangguan dismorfik penis. Semoga siapa pun yang mengalaminya segera pulih dari kondisi ini!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nena Zakiah
Nurulia R F
3+
Nena Zakiah
EditorNena Zakiah
Follow Us