Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Film Horor Terburuk 2023, Ada Sekuel Film Horor Legendaris

poster film Winnie-the-Pooh: Blood and Honey (dok. Jagged Edge Productions/Winnie-the-Pooh: Blood and Honey)

Dari sekian banyak genre film yang eksis, horor tetap menjadi primadona yang tak tergantikan. Salah satu alasan film horor begitu diminati adalah karena genre tersebut menawarkan cinema experience yang berbeda dari genre lain. Karenanya, sangat wajar jika setiap tahunnya para sineas berlomba menciptakan karya horor orisinal dan berkualitas.

Begitu pun pada tahun ini. Sepanjang 2023, ada beberapa film horor yang berhasil mendapatkan pengakuan dari kritikus dan meraih rating tinggi di situs pengumpul ulasan film terpopuler, Rotten Tomatoes. Lima di antaranya yakni Talk to Me (94 persen), M3GAN (93 persen), Totally Killer (87 persen), Evil Dead Rise (84 persen), dan Thanksgiving (83 persen).

Namun, di sisi lain, ada juga beberapa film horor yang mendapat rating rendah karena dianggap gagal memenuhi standar genre ini. Film-film horor tersebut tak memiliki hal baru yang ditawarkan dan hanya mengulang formula yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, ketidakmampuan para sineasnya dalam menciptakan suasana horor yang mencekam juga menjadi alasan mengapa judul-judul tersebut layak dicap "terburuk".

Dari sejumlah judul yang meraih rating rendah, berikut tujuh yang mendapatkan rating di bawah 35 persen. Apa saja film horor yang gagal memuaskan para penikmat horor? Yuk, simak ulasannya di bawah ini.

1. The Devil Conspiracy — 26 persen

adegan dalam film The Devil Conspiracy (dok. Czech Anglo Productions/The Devil Conspiracy)

Film horor religius mungkin bukan genre yang baru. Namun, genre yang satu ini masih menarik minat banyak penonton yang suka dengan tema-tema mistis, supernatural, dan konflik antara kebaikan dan kejahatan. Sayangnya, The Devil Conspiracy tak mampu memenuhi harapan para penggemar karena dinilai buruk dari segi cerita, akting, maupun efek visual.

The Devil Conspiracy bercerita tentang perusahaan bioteknologi dengan teknologi canggih untuk mengkloning orang-orang berpengaruh dari sejarah dengan menggunakan fragmen DNA mereka. Di balik perusahaan ini, ada kultus pemuja setan yang mencuri kain kafan Yesus. Kain kafan tersebut diyakini memiliki DNA-Nya.

Mereka berencana untuk menghidupkan kembali Lucifer dalam tubuh bayi yang dikandung oleh pemimpin kultus, Liz (Eveline Hall). Untuk menghentikan mereka, Malaikat Michael (Peter Mensah) memutuskan untuk turun ke Bumi. Di Bumi, ia berusaha menemukan Laura Milton (Alice Orr-Ewing), ahli seni yang menjadi saksi pencurian kain kafan.

2. Five Nights at Freddy's — 31 persen

adegan dalam film Five Nights at Freddy's (dok. Blumhouse Productions/Five Nights at Freddy's)

Saat dirilis pada 27 Oktober lalu, film adaptasi game berjudul sama karya Scott Cawthon (juga turut menulis naskahnya) ini berhasil meraih pendapatan yang fantastis di box office. Menurut Box Office Mojo, film ini menjadi film horor dengan pembukaan terbesar pada 2023 dengan pendapatan 78 juta dolar AS di akhir pekan pertamanya. Bahkan, hingga saat ini, Five Nights at Freddy's telah menghasilkan 293,1 juta dolar AS di seluruh dunia, dan menjadi film terlaris dari Blumhouse Productions.

Namun, di balik kesuksesan finansialnya, film ini harus menerima kenyataan kalau ia mendapat ulasan yang sangat buruk dari para kritikus dan penonton. Lantas, apa yang membuat Five Nights at Freddy's begitu dibenci oleh banyak orang? Salah satu alasan utamanya adalah karena film ini dinilai tak mampu menampilkan kengerian yang sesuai dengan ekspektasi penggemar game.

Game Five Nights at Freddy's terkenal dengan jump scare-nya yang mengejutkan dan ketegangannya yang memacu adrenalin. Namun, film ini justru menampilkan jump scare yang klise, tak menakutkan, serta ketegangan tak konsisten. Bahkan, film ini lebih banyak menampilkan adegan drama dan flashback yang membosankan, alih-alih adegan horor yang menarik.

3. The Exorcist: Believer — 22 persen

adegan dalam film The Exorcist: Believer (dok. Blumhouse Productions/The Exorcist: Believer)

Sekuel dari The Exorcist (1973) ini sebenarnya berpotensi untuk menjadi installment yang layak dari seri film The Exorcist. Film ini menghadirkan kembali beberapa karakter dan elemen dari film pertamanya, seperti iblis Pazuzu, ritual eksorsisme, dan make-up yang mengerikan. The Exorcist: Believer juga mencoba menggabungkan unsur drama keluarga dan agama, yang merupakan tema penting dari film pertamanya. Namun, film ini gagal dalam mengeksekusi ide-idenya dengan baik.

Salah satu kelemahan film ini adalah kurangnya inovasi dan kreativitas dalam menyajikan adegan horor. David Gordon Green (trilogi Halloween), selaku sutradara, terlalu bergantung pada jump scare, efek suara, dan trik kamera yang sudah basi dan mudah ditebak. Akibatnya, film ini jadi terasa hambar dan membosankan, bahkan saat adegan eksorsisme berlangsung. Bagi yang telah menontonnya, kamu juga sependapat?

4. Fear — 21 persen

adegan dalam film Fear (dok. Hidden Empire Film Group/Fear)

Fear bercerita tentang sekelompok teman yang berkumpul di pondok terpencil di pegunungan Tahoe untuk merayakan ulang tahun salah satu dari mereka. Namun, rencana mereka berubah menjadi mimpi buruk ketika mereka terpapar oleh ancaman udara yang menular dan membuat mereka menjadi gila. Premis tersebut sebenarnya cukup menarik, apalagi di tengah pandemik global yang sedang berlangsung.

Namun sayangnya, film ini dinilai gagal dalam mengembangkan premis tersebut menjadi sesuatu yang segar dan memikat. Sebaliknya, Fear malah mengandalkan segala keklisean film horor, seperti jump scare, gore, dan twist yang tak masuk akal. Apalagi, film yang dibintangi oleh rapper T.I. ini juga tak memberikan latar belakang yang memadai tentang asal-usul ancaman udara tersebut, sehingga penonton tak merasa terlibat dengan ceritanya.

5. Children of the Corn — 12 persen

adegan dalam film Children of the Corn (dok. RLJE Films/Children of the Corn)

Children of the Corn salah satu cerita pendek paling terkenal karya Stephen King. Cerpen tersebut berlatar di sebuah kota kecil di Nebraska yang dikuasai oleh anak-anak pembunuh yang menyembah iblis yang hidup di ladang jagung. Cerita ini telah diadaptasi menjadi film sebanyak sebelas kali, mulai dari versi orisinal tahun 1984 yang dibintangi oleh Linda Hamilton hingga versi terbaru yang disutradarai oleh Kurt Wimmer (Equilibrium, Ultraviolet) ini.

Sayangnya, remake terbaru ini dinilai gagal dalam menangkap esensi dan ketegangan dari cerita aslinya. Children of the Corn berakhir menjadi sebuah film horor yang membosankan dan tak menakutkan. Salah satu kelemahan utama dari film ini adalah desain "He Who Walks Behind the Rows", si monster ladang jagung, yang terlihat konyol dan tak mengancam.

6. Bunker — 11 persen

adegan dalam film Bunker (dok. Buffalo FilmWorks/Bunker)

Film yang disutradarai Adrian Langley ini sebenarnya memiliki premis cukup menarik. Bunker bercerita tentang sekelompok tentara Inggris yang terjebak di dalam sebuahbunker besar yang ditinggalkan selama Perang Dunia I. Di bunker tersebut, Mereka harus menghadapi kehadiran entitas jahat yang perlahan-lahan membuat mereka gila, saling curiga, dan menyerang satu sama lain.

Namun, premis yang "sekadar menarik" itu tak cukup membuat kritikus menyukai film ini. Bunker dinilai menggambarkan Perang Dunia I dengan cara yang tak sesuai dengan fakta sejarah. Apalagi, film ini hanya menampilkan dialog-dialog yang nihil urgensi dan hanya mengulang-ulang hal-hal yang sudah penonton lihat di film-film horor lainnya, seperti suara-suara aneh, bayangan, dan jump scare yang murahan.

7. Winnie-the-Pooh: Blood and Honey — 3 persen

adegan dalam film Winnie-the-Pooh: Blood and Honey (dok. Jagged Edge Productions/Winnie-the-Pooh: Blood and Honey)

Tak bisa dimungkiri, Winnie-the-Pooh: Blood and Honey adalah salah satu film horor yang paling dibicarakan tahun ini. Bagaimana tidak, Rhys Frake-Waterfield, selaku sutradara dan penulis naskah, dengan berani mengadaptasi kisah Winnie-the-Pooh karya A. A. Milne dan E.H. Shepard. Dalam film ini, karakter ikonik yang biasanya identik dengan keceriaan dan kegemasan itu berubah menjadi pembunuh berantai yang kejam.

Film ini bercerita tentang bagaimana Pooh dan Piglet menjadi liar dan haus darah setelah Christopher Robin (Nikolai Leon) meninggalkan mereka untuk kuliah. Tanpa ada yang memberi mereka makan dan dengan datangnya musim dingin, mereka mengalami kelaparan. Mereka kemudian menemukan sumber makanan baru, yakni manusia. Christopher Robin, yang kembali ke hutan setelah lama tak berkunjung, harus berhadapan dengan teman-temannya yang sudah berubah menjadi monster.

Sayangnya, tak sesuai dengan atensi yang diterimanya, Winnie-the-Pooh: Blood and Honey sendiri dihujat habis-habisan oleh kritikus. Selain dianggap menghina dan merusak citra Winnie-the-Pooh, film ini juga dinilai memiliki kualitas produksi, cerita, dan akting yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan sejumlah film horor gore yang rilis tahun ini, seperti Evil Dead Rise dan Saw X. Namun, seakan tak peduli dengan itu semua, Jagged Edge Productions, selaku rumah produksi, tetap berniat merilis sekuelnya, Winnie-the-Pooh: Blood and Honey 2, yang akan dirilis pada 14 Februari 2024!

Deretan film horor terburuk 2023 versi Rotten Tomatoes di atas menunjukkan bahwa tak semua film horor berhasil menciptakan ketegangan dan kejutan yang diharapkan oleh para sinefili. Meski demikian, bukan berarti tujuh judul tersebut tak layak untuk kamu tonton, lho.

Rotten Tomatoes hanya memberikan penilaian berdasarkan ulasan dari kritikus film. Namun, hal yang perlu digarisbawahi adalah setiap penonton memiliki selera yang berbeda-beda. Siapa tahu, setelah menonton tujuh judul di atas, salah satunya ada yang masuk daftar film horor favoritmu tahun ini, nih!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Wibawa
EditorSatria Wibawa
Follow Us