Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Orang Konsisten Sangat Menghindari Kebiasaan Multitasking

ilustrasi bekerja di era digital (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Multitasking kerap menjadi kebiasaan andalan generasi muda. Mereka dihadapkan dengan kesibukan yang padat. Alih-alih fokus dalam satu tugas, mereka justru berusaha menyelesaikan seluruhnya secara bersamaan. Tapi apakah kebiasaan ini dilakukan semua orang?

Sudah tentu jawabannya tidak. Multitasking menjadi pola kerja yang sangat dihindari oleh orang-orang konsisten. Mereka lebih memilih berfokus pada satu tugas tertentu. Mengapa orang konsisten sangat menghindari kebiasaan multitasking? Mari temukan jawabannya.

1. Multitasking dapat mengganggu produktivitas

ilustrasi merasa lelah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Barangkali kamu pernah melihat orang-orang yang konsisten dalam mengerjakan sesuatu. Ternyata ada hal menarik dari cara kerja orang-orang tersebut. Mereka yang konsisten dikenal sebagai individu yang sangat tidak menyukai bekerja secara multitasking. Tentu ada alasan mengapa mereka memiliki pandangan tersebut.

Bekerja dengan sistem multitasking dianggap dapat mengganggu produktivitas. Meskipun terlihat efisien, multitasking sebenarnya memperlambat pekerjaan. Otak manusia tidak dirancang untuk fokus pada banyak tugas sekaligus, sehingga sering kali terjadi penurunan kualitas dan kecepatan kerja.

2. Berisiko dalam meningkatkan kesalahan

ilustrasi ceroboh (pexels.com/Thirdman)

Apa jadinya jika dalam suatu pekerjaan terdapat banyak kesalahan? Sebenarnya bukan kesalahan besar yang terlihat mencolok. Namun merupakan kesalahan kecil yang terdapat di beberapa bagian. Tapi sama saja ini akan tetap mengurangi kualitas pekerjaan.

Faktor demikian ini yang menjadi alasan orang konsisten sangat menghindari kebiasaan multitasking. Mereka paham betul mengerjakan banyak hal dalam satu waktu bersamaan akan meningkatkan risiko kesalahan. Ketika berpindah dari satu tugas ke tugas lain dalam waktu cepat, akan kehilangan kemampuan berkonsentrasi.

3. Mengganggu konsentrasi jangka panjang

ilustrasi merasa tertekan (unsplash.com/Christian Erfurt)

Apakah selama ini kamu masih menormalisasikan kebiasaan multitasking? Alih-alih berfokus pada suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, justru memilih menyelesaikannya secara bersamaan. Mari kita ketahui alasan mengapa orang konsisten sangat menghindari kebiasaan multitasking.

Karena mengerjakan banyak hal dalam satu waktu bersamaan dianggap mengganggu konsentrasi jangka panjang. Berpindah dari satu tugas ke tugas yang lain, fokus dan perhatian akan mengalami kekacauan. Bahkan untuk pekerjaan kecil dan sederhana saja tidak mampu memahami dengan baik.

4. Dapat menghambat deep work

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Ternyata ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan secara asal-asalan. Menghadapi situasi ini, kita harus bekerja dengan fokus dan perhatian utuh. Inilah yang bisa disebut dengan istilah deep work. Pekerjaan yang bisa terselesaikan dengan lebih optimal.

Penjelasan ini juga menjadi alasan mengapa orang konsisten sangat menghindari kebiasaan multitasking. Mereka sadar jika kebiasaan tersebut dapat menghambat deep work. Pekerjaan berkualitas tinggi hanya bisa dihasilkan jika seseorang fokus sepenuhnya dalam waktu lama. Multitasking menghambat kemampuan ini.

5. Menyebabkan stres dan kelelahan mental

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Mungkin kita pernah melihat kebiasaan multitasking diwajarkan oleh beberapa orang. Dengan alasan kesibukan dapat diselesaikan dalam satu waktu bersamaan. Tapi apakah bisa menjamin hasil akhirnya optimal? Atau mungkin mental dan pikiran justru mengalami kelelahan?

Kita perlu mengetahui alasan orang konsisten sangat menghindari kebiasaan multitasking. Mereka paham pola kerja demikian dapat menyebabkan stres dan kelelahan. Multitasking meningkatkan beban kognitif, membuat seseorang lebih cepat merasa lelah dan tertekan.

Banyak orang konsisten berusaha menghindari multitasking karena berbagai alasan, terutama terkait produktivitas dan kesehatan mental. Mereka paham betul jika kebiasaan multitasking justru menimbulkan kekacauan. Bekerja dengan fokus pada satu tugas tertentu dianggap lebih efektif dan efisien.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mutiatuz Zahro
EditorMutiatuz Zahro
Follow Us