Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Saat Belajar Bahasa Asing Pakai Teknik Shadowing

Ilustrasi bosan saat bekerja
Ilustrasi bosan saat bekerja (unsplash.com/Surface)
Intinya sih...
  • Film bukan sumber belajar ideal.
  • Jangan fokus mengulang tanpa mendengarkan.
  • Coba improvisasi dan rekam suara sendiri.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Teknik shadowing adalah salah satu metode populer untuk belajar bahasa asing. Sekilas terkesan mudah. Tinggal dengar, tiru, dan ulangi. Banyak orang memilih metode ini karena gratis dan bisa dilakukan kapan saja. Metode ini bantu melatih pelafalan, intonasi, dan kelancaran bicara. Sangat cocok buat kamu yang gak suka ngobrol langsung tapi ingin melatih kemampuan conversation.

Di balik kesederhanaannya, tetap ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat belajar pakai teknik ini. Kalau salah, justru akan buang-buang waktu. Lidah tetap saja kaku setelah berbulan-bulan latihan. Biar efektif, berikut lima kesalahan yang harus kamu perhatikan saat berlatih shadowing.

1. Pakai film sebagai sumber belajar

Ilustrasi menonton televisi
Ilustrasi menonton televisi (unsplash.com/Mollie Sivaram)

Belajar apa pun pasti jadi lebih gampang kalau dibawa fun. Lewat nonton film, kamu bisa belajar sambil dapat hiburan. Ibaratnya kayak lagi menyelam sambil minum air. Sayangnya, film bukanlah media belajar yang ideal untuk shadowing, apalagi pemula. Topik dalam film cenderung spesifik dan kurang relevan sama percakapan sehari-hari. Kamu bisa saja belajar cara bicara ala detektif, alien, atau penyihir, tapi belum tentu itu kepakai saat kamu lagi pesan kopi di kafe atau mau kenalan sama bule.

Naskah film juga sudah disempurnakan sedemikian rupa. Dialognya sering kali terlalu “rapi” dan gak merepresentasikan cara orang ngobrol di kehidupan nyata. Belajar shadowing pakai film gak sepenuhnya salah. Boleh banget kalau kamu memang menikmati prosesnya. Tapi alangkah baiknya diseimbangkan juga dengan sumber lain yang lebih autentik, contohnya podcast atau vlog. Di situ kamu bisa dengar bagaimana orang benar-benar berbicara. Cara mereka ragu-ragu, nyelipin filler words kayak “um” dan “you know”, atau ganti topik secara spontan.

2. Fokus mengulang, bukan mendengarkan

Ilustrasi pria menjelaskan sesuatu
Ilustrasi pria menjelaskan sesuatu (unsplash.com/Headway)

Banyak orang mengira shadowing itu cuma sebatas meniru. Mendengarkan orang bicara lalu mengulangi persis kayak yang didengar. Secara teknis memang benar begitu. Yang jadi masalah adalah kalau kamu terlalu fokus “mengulang” sampai lupa untuk benar-benar mendengarkan. Karena banyak kata yang terdengar familiar dan kamu merasa tahu cara bacanya. Tanpa sadar, kamu meniru berdasarkan ingatan lama tentang bagaimana kata itu “seharusnya” diucapkan, bukan berdasarkan apa yang sebenarnya kamu dengar dari pembicara asli.

Dulu, kamu mungkin belajar dari guru yang first language-nya adalah Bahasa Indonesia. Mereka mengajar dengan kemampuan terbaik yang mereka punya, tapi tetap saja pelafalannya gak selalu persis seperti native speaker. Itulah kenapa penting untuk mendengarkan dengan penuh perhatian saat memakai teknik shadowing. Biar kamu bisa memperbaharui pemahamanmu.

3. Gak coba improvisasi

Ilustrasi meeting online
Ilustrasi meeting online (unsplash.com/Windows)

Kamu bisa, kok, ngobrol sama pembicara di podcast yang kamu tonton. Meskipun kedengarannya aneh, tapi ini kayak versi naik tingkat dari teknik shadowing biasa. Improvisasi ngajak kamu buat lebih aktif. Otak kamu jadi berpikir untuk ngasih respons yang cocok. Misalnya, setelah kamu denger si pembicara bilang, “I usually start my day with a cup of coffee,” kamu bisa lanjut dengan improvisasi kayak, “Oh really? I usually drink tea instead.” atau “Same here! But only on weekends.”.

Kamu belajar menyusun kalimat sendiri yang sesuai sama kondisimu. Ini ngebantu banget buat transisi dari fase “aku bisa ngerti” ke “aku bisa menanggapi.” Jadi, jangan ragu buat sok-sokan ngobrol sama video atau podcast favoritmu.

4. Gak merekam suara sendiri

Ilustrasi pria menggunakan headphone
Ilustrasi pria menggunakan headphone (unsplash.com/Miguelangel Miquelena)

Tanpa rekaman, sulit untuk tau seberapa jauh progresmu. Di kepala mungkin kamu merasa sudah meniru dengan baik, tapi kenyataannya belum tentu begitu. Mudah buat terkecoh dan merasa udah ahli pas kamu shadowing. Karena yang terngiang adalah suara si pembicara, bukan suaramu sendiri. Dengan merekam, kamu bisa dengar ulang dan bandingkan dengan versi asli.

Di situ kamu akan sadar mana bagian yang masih kurang pas, mana pengucapan yang terlalu datar, atau jeda yang terlalu cepat. Awalnya mungkin kamu merasa canggung atau gak percaya diri. It’s okay, cukup simpan hasilnya untuk dirimu sendiri saja.

5. Mengabaikan intonasi dan ritme

Ilustrasi online meeting
Ilustrasi online meeting (unsplash.com/Helena Lopes)

Perlu kesabaran sampai kamu bisa benar-benar mereplika accent dan terdengar natural. Bayangin kamu bilang, “Really?” tapi dengan nada yang datar kayak baca pengumuman. Beda banget rasanya dibanding kalau kamu naikkan intonasinya. Kayak orang yang benar-benar kaget atau gak percaya. Biar kamu gak terdengar kaku atau masih harus translating semuanya dulu di otak.

Salah satu tantangan shadowing memang rasa bosan. Boro-boro harus mengulang lagi. Nonton satu video aja bisa jadi lebih lama dari seharusnya karena harus sering pencet pause. Rasanya ingin cepat ganti ke topik lain yang lebih menarik. Padahal, kadang kamu perlu ulang satu dialog sampai berkali-kali biar paham cepatnya di mana, pelan di bagian apa, pemotongan kalimatnya gimana. Karena pada akhirnya, kamu nggak cuma belajar ngomong, tapi belajar berkomunikasi.

Belajar pakai teknik shadowing bukan metode instan yang bikin kamu lancar ngomong bahasa asing dalam semalam. Tetap butuh cara yang tepat serta konsistensi. Anggap saja investasi masa depan. Gak masalah lama asalkan nanti bisa dipakai selamanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us

Latest in Life

See More

3 Rekomendasi Sunscreen Emina buat Kulit Berminyak, Bebas Kilap!

18 Sep 2025, 14:15 WIBLife