7 Pemakaian Nomina dalam Bahasa Indonesia yang Kerap Keliru

Salah kaprah adalah kesalahan yang umum sekali sehingga orang tidak merasakan sebagai kesalahan. Hal ini sering kali terjadi saat menggunakan bahasa Indonesia, baik dalam praktik komunikasi lisan maupun tertulis. Sebagai masyarakat yang tak pernah lepas dari unsur bahasa, tentu kita harus meluruskan pemakaian kata-kata di bawah ini ke arah yang benar.
Daripada dilanda penasaran, berikut ini tujuh pemakaian nomina atau kata benda dalam bahasa Indonesia yang kerap keliru. Simak penjelasannya, ya!
1. Dermawan

Benar, kata "dermawan" merupakan nomina. Hal ini bisa kita identifikasi dari sufiks "-wan" yang berarti orang yang memiliki barang atau sifat khusus. Misalnya, "hartawan" dan "bangsawan".
Terjadi pergeseran makna kata "dermawan" yang kerap kali diposisikan sebagai adjektiva dalam kalimat. Padahal, kata ini mempunyai arti pemurah hati atau orang yang suka bederma.
2. Egois

Dilihat dari sisi psikologi, "egois" mempunyai makna "orang" yang selalu mementingkan diri sendiri. Namun, "egois" juga sering diartikan sebagai "sifat" mementingkan diri sendiri. Makna ini kurang tepat, lho. Apabila merujuk pada adjektiva, kata yang benar adalah "egoistis".
3. Optimis

Menurut KBBI, "optimis" adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. Berbeda dengan nomina di atas, kata "optimistis" merupakan sikap penuh harapan. Bedakan keduanya, ya!
4. Pesimis

Antonim dari kata "optimis" ini juga kerap kali memperoleh perlakuan yang sama dalam struktur kalimat. "Pesimistis" adalah sikap atau pandangan tidak mempunyai harapan baik atau mudah putus harapan. Pelakunya disebut dengan "pesimis". Jangan terkecoh, lho.
5. Pembelajar dan pemelajar

Kata pertama, yakni "pembelajar" kemungkinan sudah tidak asing lagi digunakan khususnya dalam bidang pendidikan. Namun, apa kita sudah menggunakan kata tersebut secara tepat?
Menurut KBBI, "pembelajar" mempunyai arti orang yang membelajarkan atau pengajar. Kata kedua, yaitu "pemelajar" memiliki arti sebaliknya. "Pemelajar" adalah orang yang mempelajari, murid, ataupun siswa. Salah kaprah dalam penggunaan dua kata ini terlihat dari kata "pembelajar" yang kerap dimaknai sebagai "pemelajar".
6. Pecinta dan pencinta

Hati-hati, meskipun perbedaan antara kata "pecinta" dan "pencinta" hanya satu huruf "n", makna keduanya amat berbeda. Menurut KBBI, "pecinta" adalah orang yang bercinta. Kata kedua, yaitu "pencinta" mempunyai arti orang yang sangat suka akan. Misalnya, frasa "pencinta KBBI" atau "pencinta tidur siang".
7. Penganggur dan pengangguran

"Pengangguran" merupakan hal atau keadaan menganggur. Di sisi lain, makna kata ini juga sering digeser menjadi orang yang menganggur. Padahal, makna kedua adalah milik kata "penganggur". Meskipun "penganggur" maupun "pengangguran" adalah nomina, tentu kedua kata ini tidak bisa dicampuradukkan penggunaannya.
Itulah tujuh pemakaian nomina dalam bahasa Indonesia yang kerap keliru. Sebarkan artikel ini ke teman-temanmu, ya. Semoga bermanfaat!