7 Alasan Teka-Teki Gen Alpha Layak Diapresiasi, Bukan Sekadar Lomba Antar SMA

- Pertanyaan yang bikin generasi muda melek kota
- Format lomba yang dinamis dan menantang
- Suporter totalitas, yel-yel jadi nyawa acara
Disiarkan langsung dari IDN Times HQ pada Jumat (21/6/2025), final Teka-Teki Gen Alpha berhasil mencuri perhatian bukan hanya karena keseruannya, tapi juga karena semangat yang hidup di setiap sudut acara—dari podium peserta, bangku penonton, hingga balik layar.
Lebih dari sekadar lomba cerdas cermat, acara ini menjadi panggung mini bagi generasi muda Jakarta untuk menunjukkan bahwa belajar bisa menyenangkan, kompetisi bisa penuh tawa, dan pengetahuan bisa jadi ruang kolaborasi. Berikut delapan alasan mengapa Teka-Teki Gen Alpha layak diapresiasi.
1. Pertanyaan yang bikin generasi muda melek kota

Soal-soal lomba dirancang bukan hanya untuk menguji akademik, tapi juga menumbuhkan kecintaan pada kota. Mulai dari sejarah nama jalan, tokoh lokal, hingga cerita di balik monumen, semua jadi bagian dari tantangan. Peserta jadi tahu lebih banyak tentang kota yang mereka tinggali, bukan lewat hafalan, tapi lewat rasa penasaran yang digelitik.
2. Format lomba yang dinamis dan menantang

Acara dibagi dalam tiga babak utama: kelompok, rebutan, dan esai. Masing-masing menghadirkan dinamika tersendiri. Di babak rebutan, adrenalin naik saat peserta berlomba menekan tombol tercepat. Sementara di babak esai, kemampuan berpikir kritis dan menyampaikan jawaban secara singkat, padat, dan tepat jadi kunci. Tegang? Tentu. Tapi selalu diselingi tawa, ekspresi spontan, dan momen-momen kecil yang membuktikan bahwa belajar tak selalu harus serius.
3. Suporter totalitas, yel-yel jadi nyawa acara

Tak hanya finalis yang tampil hebat. Suporter dari setiap sekolah datang dengan kreativitas penuh: pom-pom, aksesori warna-warni, hiasan kembang kelapa, dan yel-yel gubahan sendiri. Bahkan ada kompetisi yel-yel yang memotivasi tiap kelompok untuk tampil maksimal. Sorak mereka tak sekadar jadi latar suara, tapi bagian penting dari energi panggung. Suasana aula berubah jadi festival mini penuh semangat.
4. Kekompakan tim produksi yang sigap

Di balik layar, tim produksi bekerja dalam sunyi tapi padat. Operator, tim teknis, dan penonton, semuanya punya peran penting. Mereka bergerak cepat, memastikan rundown berjalan lancar, suara jernih, visual tepat, dan setiap transisi tereksekusi sesuai waktu. Siaran langsung memang tak memberi ruang kesalahan. Tapi kerja tim ini justru jadi fondasi keberhasilan acara.
5. Pembawa acara seru, mencairkan suasana

Dengan pembawaan yang santai tapi informatif, dua jurnalis IDN Times—Ridwan Aji Pitoko dan Lia Hutasoit, memandu acara sebagai host utama. Gaya mereka yang hangat dan komunikatif membuat peserta lebih rileks, penonton ikut tertawa, dan suasana tetap cair meski dalam kompetisi.
Interaksi spontan dan komentar lucu mereka memberi warna tersendiri, menjadikan lomba ini lebih terasa seperti pertunjukan yang akrab.
6. Didukung penuh Gubernur DKI Jakarta

Gubernur Pramono Anung hadir langsung membuka acara. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa Jakarta adalah milik generasi Alpha, generasi yang harus didukung sepenuhnya untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya dan menciptakan perubahan positif bagi kotanya.
Beliau juga mengajak para siswa untuk bermimpi dan bercita-cita setinggi mungkin, lalu mewujudkannya lewat kerja keras yang serius dan terarah. Ia bahkan ikut membagikan hadiah sebagai bentuk dukungan langsung, membangun semangat lewat cara yang menyenangkan.
7. Tim redaksi dan jurnalis yang turun tangan sepenuh hati

Di balik meriahnya panggung dan lancarnya siaran, ada tim redaksi dan jurnalis IDN Times yang juga turun tangan penuh semangat terlibat langsung dalam konsep acara, konten, berkoordinasi dengan berbagai pihak, hingga jalannya teknis di hari-H dan memastikan cerita hari itu tersampaikan dengan baik ke publik. Semua dilakukan dengan komitmen yang tinggi dan sepenuh hati.
Pemimpin Redaksi IDN Times, Uni Lubis, turut hadir dan menyampaikan rasa bangga serta apresiasi atas kerja keras seluruh tim. Menurutnya, acara seperti Teka-Teki Gen Alpha adalah bukti bahwa media bisa berperan lebih dari sekadar menyampaikan berita tapi juga menjadi fasilitator edukasi yang menyenangkan dan bermakna.