5 Cara Bijak Menyikapi Posisi Sebagai Sandwich Generation

Beberapa tahun belakangan, istilah sandwich generation jadi begitu populer. Kita sering menjumpai artikel-artikel, video motivasi, hingga jurnal ilmiah yang membahas topik ini.
Sandwich generation atau generasi roti lapis sendiri merupakan generasi yang terhimpit oleh kebutuhan tiga generasi. Dilansir Sociology Dictionary, generasi roti lapis merupakan mereka yang mau tak mau harus memenuhi kebutuhan dirinya, orangtua, dan anaknya.
Menjadi generasi roti lapis pastinya tidak mudah. Mereka perlu bekerja keras dan mengelola keuangan dengan sebaik mungkin untuk dapat bertahan. Tak sedikit yang akhirnya mengalami kesulitan secara mental dan finansial.
"Peningkatan angka generasi roti lapis selalu berkaitan dengan kenaikan tingkat stres dan ketidakstabilan finansial hingga menimbulkan depresi," ungkap Imashi Fernando, MS, RDN seorang spesialisasi kesehatan mental pasien penyakit kronis, dilansir Healthline.
Jika kamu salah satu dari generasi roti lapis, berikut lima cara untuk menyikapi posisi itu dengan bijak. Simak baik-baik!
1. Manajemen stres

Menanggung beban dua generasi di saat harus memenuhi kebutuhan pribadi bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Tekanan emosi yang datang bertubi-tubi dapat memicu stres yang besar, terutama bagi orang-orang yang baru memasuki fase awal menjadi generasi roti lapis.
Hal ini terjadi karena mereka yang berada pada fase awal belum tau bagaimana cara mengelola tekanan. Mereka cenderung memendam emosi karena merasa bingung harus menyampaikannya pada siapa dan dengan cara apa.
Mereka merasa terbebani, tapi tak punya pilihan lain selain mengambil tanggung jawab tersebut. Akhirnya, yang mereka korbankan adalah dirinya sendiri. Mereka perlu dibantu untuk melakukan manajemen stres.
Temukan seseorang yang bisa kamu ajak untuk berkomunikasi. Bicarakan apa yang menjadi bebanmu. Dilansir American Nurse Organization, Kari Olson Finnegan seorang pengarah kesehatan dan keselamatan pegawai menyarankan demikian.
"Yang mereka butuhkan adalah pendengar. Sebab sebetulnya kamu sudah tau solusinya, kamu hanya butuh tempat untuk menyalurkan perasaan yang menghimpitmu," ungkapnya.
2. Belajar untuk mengelola penghasilan

Menanggung biaya hidup banyak orang tentu membutuhkan kemampuan pengelolaan keuangan yang baik. Kamu harus membuat catatan dan daftar-daftar pengeluaran.
Coba untuk mengeliminasi pengeluaran-pengeluaran yang tidak terlalu urgent. Sebagai gantinya, kamu bisa mengalokasikan uang tersebut untuk pos pengeluaran lain yang lebih penting. Misalnya saja pos kesehatan, tabungan, atau asuransi.
Pengelolaan ini bukan hanya berlaku untuk kebutuhanmu saja, tapi juga untuk kebutuhan anak dan orangtuamu. Siapkan juga pos untuk kebutuhan mendadak, agar finansialmu dapat fleksibel.
3. Komunikasikan batasan dan kemampuan

Setelah membuat pos-pos pengeluaran, kamu juga harus mengomunikasikan hal tersebut pada semua pihak. Diskusikan dan buat kesepakatan dengan mereka.
Terbukalah tentang pendapatanmu dan rencana finansialmu. Pastikan mereka memahami bahwa kamu pun perlu mengalokasikan pendapatan untuk dirimu sendiri.
Jika memang pendapatanmu terbatas, berikan batasan bahwa kamu hanya bisa mencukupi kebutuhan primer saja. Terkait hal-hal yang sifatnya tersier, kamu tidak bisa selalu memenuhinya.
4. Tetap prioritaskan kesehatanmu

Generasi roti lapis harus menghadapi tantangan mental yang berat. Mereka diforsir oleh keadaan secara fisik, emosi, dan finansial untuk membesarkan anak dan merawat orangtua di saat yang bersamaan.
Hal ini menyebabkan terbatasnya waktu yang mereka miliki untuk diri mereka sendiri. Dilansir One Medical, James Lyda, Ph.D. seorang psikolog menyatakan, "Mereka akan sulit, atau bahkan tidak mungkin untuk mendapatkan waktu luang ditengah segala rutinitas yang berat. Sehingga mereka jarang dapat memperhatikan kesehatan, pola makan, istirahat, dan menenangkan diri."
Karena itu, generasi roti lapis sangat rentang terkena masalah kesehatan. Baik itu secara fisik, maupun mental. Cobalah untuk memperhatikan juga kesehatanmu. Ambil waktu istirahat, lakukan kegiatan sosial agar dapat menyegarkan pikiranmu, dan jangan memforsir diri dalam bekerja.
5. Menghentikan rantai siklus sandwich generation

Kamu sudah merasakan bagaimana beratnya menjadi generasi roti lapis, maka cobalah untuk memutus rantai itu. Jangan sampai anakmu juga mengalami hal tersebut. Sisihkan pendapatanmu untuk menabung. Coba investasi pada sektor yang dapat memberikanmu passive income di masa tuamu.
Kamu juga bisa mulai memikirkan untuk punya asuransi kesehatan dan jaminan kematian. Jangan mengandalkan anakmu untuk menopang masa tuamu nanti. Ingat, anak bukanlah investasi yang bisa kamu ambil di hari tua.
Dibutuhkan penerimaan dan hati yang lapang untuk dapat menerima posisi sebagai sandwich generation. Merawat serta membiayai orangtua dan anak sekaligus pastilah sangat berat. Akan tetapi, bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan.
Itu adalah lima cara bijak menyikapi posisi sebagai sandwich generation. Untuk kalian para generasi roti lapis, tetap semangat, ya! Jangan segan untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat agar beban di pundakmu tak kamu pikul sendirian.