Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Aturan Menyebalkan Orangtua yang Jadi Penyelamat Saat Dewasa

Ilustrasi Ibu dan Anak (pexels.com/Elina Fairytale)
Ilustrasi Ibu dan Anak (pexels.com/Elina Fairytale)
Intinya sih...
  • Jajan makanan sembarangan berdampak pada kesehatan dan kebiasaan selektif saat dewasa.
  • Memerhatikan harga sebelum membeli mengajarkan nilai uang dan kebijaksanaan dalam pengeluaran.
  • Memberikan laporan setelah melakukan sesuatu dan diajak diskusi tentang keputusan dalam keluarga membentuk pribadi yang kredibel dan terarah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perilaku seseorang saat dewasa banyak kurang dipengaruhi oleh didikan orang tua mereka. Mulai dari cara kamu bicara sampai pedoman baik dan buruk yang kamu percaya. Waktu kecil, banyak ajaran orang tua yang sering kamu anggap mengekang dan menyebalkan. Rasanya seperti aturan gak penting yang cuma bikin hidupmu semakin ribet. Tapi, semakin dewasa, kamu malah secara sukarela menerapkan semua ajaran itu. Bahkan mungkin, ada beberapa perilaku yang membuatmu bersyukur karena sudah dibiasakan untuk melakukannya sejak kecil. Seperti enam pola asuh orang tua berikut yang sekilas terlihat sepele, tapi ternyata manfaatnya besar saat kamu sudah dewasa.

1. Gak boleh jajan makanan sembarangan

Ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/Timur Weber)
Ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/Timur Weber)

Masa sekolah terasa lebih menyenangkan karena itu adalah waktu di mana kamu bisa jajan sembarangan. Meskipun harus laporan saat di rumah, paling tidak makanannya sudah terlanjur tertelan. Sebagai anak kecil, kamu mungkin iri melihat temanmu yang bisa jajan sesuka hati mereka. Tanpa perlu takut ketahuan dan diomeli orang tuanya. Tapi semakin dewasa, kamu jadi sadar kalau jajan sembarangan itu memang gak sehat. Bumbu yang dipakai sering kali berlebihan dan membuat indera perasamu terbiasa dengan rasa yang terlalu kuat. Padahal, makanan sehat biasanya cenderung lebih terasa plain. Jarang jajan sembarangan membuatmu lebih selektif dan gak mudah menuruti keinginan jajan impulsifmu.

2. Memerhatikan harga sebelum membeli apa pun

Ilustrasi Ibu dan Anak (pexels.com/Kaboompics.com)
Ilustrasi Ibu dan Anak (pexels.com/Kaboompics.com)

Sesederhana menimbang harga es teh dan es jeruk saat makan di restoran yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya. Gak perlu beli menu yang paling mahal hanya karena mampu membelinya. Kalau es teh yang murah aja udah cukup untuk menghilangkan dahaga, kenapa harus beli es jeruk? Yang lebih penting adalah momen mencoba tempat baru dan kebersamaan dengan keluarganya. Secara gak langsung ini juga ngajarin kalau kamu gak selalu perlu modal besar untuk melakukan sesuatu.

Permasalahannya bukan karena gak ada uang untuk membeli. Orang tua hanya ingin kamu lebih mindfull dengan apa yang kamu beli. Meskipun, ajaran ini menang seperti dua sisi mata koin. Di satu sisi bikin kamu seperti ingin "balas dendam" setelah dewasa. Dan di sisi lain bikin kamu jadi gak boros dan terbiasa untuk membeli seperlunya aja. Tapi, yang jelas, keduanya mengajarkan kamu untuk menganggap uang sebagai sesuatu yang berharga dan gak bisa kamu pakai seenaknya.

3. Memberikan laporan setelah melakukan sesuatu

Ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/SHVETS production)
Ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/SHVETS production)

Gak semua hal perlu dilakukan oleh orang tua. Seperti bayar uang sekolah misalnya. Banyak anak yang diberikan uang untuk kemudian membayarkannya sendiri. Saat orang tua gak minta laporan, anak bisa merasa lepas dari tanggung jawabnya untuk menggunakan uang itu secara benar. Bagaimana pun, terkadang kejahatan terjadi karena ada kesempatan. Memberikan kepercayaan pada anak itu penting. Tapi memastikan kalau kepercayaan itu digunakan dengan baik juga gak kalah krusial. Terbiasa memberikan laporan tanpa sadar bikin kamu jadi pribadi yang lebih kredibel dan dapat diandalkan.

4. Diajak diskusi tentang keputusan dalam keluarga

Ilustrasi acara keluarga (pexels.com/Askar Abayev)
Ilustrasi acara keluarga (pexels.com/Askar Abayev)

Kamu pasti gak asing dengan stigma "anak kecil gak tau apa-apa". Salah satu mantra yang tanpa sadar bikin kamu merasa seolah benar-benar gak tau apa-apa. Padahal, ada perbedaan besar antara "belum tau" dan "tidak tau". Satu mengandung harapan untuk belajar, sementara lainnya menyimpulkan ketidakmampuan.

Artis Maudy Ayundya pernah mengatakan kalau salah satu didikan yang ia sukai dari orang tuanya adalah melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Entah untuk hal kecil atau besar, penting atau tidak penting, serta berkaitan langsung dengannya atau pun tidak. Maudy kecil diberikan kesempatan untuk ikut bersuara dan mempertimbangkan baik buruknya suatu pilihan. Membuatnya tumbuh jadi pribadi yang lebih terarah dalam mengambil keputusan: gak gampang panik, gak merasa harus menang sendiri, atau gak hanya mengandalkan perasaan.

5. Mewajibkan untuk ikut mengerjakan pekerjaan rumah

Ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/cottonbro studio)
Ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/cottonbro studio)

Bisa melakukan berbagai pekerjaan rumah terasa seperti underrated skill saat dewasa. Tidak peduli untuk laki-laki atau pun perempuan. Karena meskipun terkesan sederhana, ternyata gak semuanya mudah untuk dilakukan. Apalagi dalam jangka waktu lama. Mencuci piring sekali dua kali mungkin gak jadi masalah. Tapi melakukannya setiap hari atau dalam partai besar akan beda cerita. Membantu orang tua di rumah memang bukan pencapaian besar. Gak bisa kamu masukkan ke dalam resume untuk melamar kerja. Bukan berarti itu gak membantu kamu hidup dengan lebih mudah setelah dewasa.

6. Punya rasa takut terhadap sesorang

Ilustrasi Ibu dan Anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi Ibu dan Anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dunia gak berjalan tanpa aturan. Takut sama seseorang bukan berarti kamu gak boleh punya pendirian. Cuma sebagai pengingat kalau kamu gak bisa bertindak seenaknya. Setelah dewasa, kamu akan sadar bahwa rasa takut itu sebenarnya membentuk batas. Dari situ kamu belajar menghormati orang lain, menahan diri sebelum bertindak, dan paham kalau setiap tindakan ada konsekuensinya. Rasa takut yang sehat justru bisa berubah jadi kontrol diri yang bermanfaat.

Ajaran orang tua pasti ada baik dan buruknya. Gak semuanya perlu kamu bawa terus sampai dewasa. Tapi gak semuanya juga harus kamu ubah total. Coba deh, pilah-pilah lagi mana yang menurutmu baik dan perlu diwariskan ke anak cucu kamu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Tips Pernikahan Tetap Seru meski Sudah Lama

03 Nov 2025, 20:24 WIBLife