Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Kebaikan Orang Lain Jangan Dilupakan, seperti Diukir di Batu

ilustrasi merenung (pexels.com/Mikhail Nilov)

Pernahkah kamu mendengar nasihat yang mengatakan ukirlah kebaikan orang lain di batu dan tuliskan kesalahannya di atas pasir? Makna kalimat ini ialah supaya dirimu lebih lama mengingat kebaikan orang padamu daripada kesalahannya. Ukiran pada batu sangat sulit dihilangkan.

Sementara itu, tulisan di atas pasir sekali tersapu ombak langsung hilang. Kebaikan yang dimaksud tak terbatas dalam bentuk pertolongan yang diberikannya padamu. Sikapnya yang ramah juga merupakan sisi baiknya yang wajib dikenang. Demikian pula candaannya yang selalu mampu menghiburmu.

Tujuan dari mengingat kebaikan setiap orang bukan supaya kamu dibayangi kewajiban untuk membalas budi. Dia pun barangkali tidak mengharapkan balasan apa pun atas kebaikannya. Lebih dalam dari sekadar balas budi, berikut enam alasan penting jangan sampai dirimu gampang melupakan kebaikan orang.

1. Supaya saat kalian ada masalah, kamu tak terlalu membencinya

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Иван Лемехов)

Sebaik apa pun seseorang sesekali mungkin juga ada persoalan di antara kalian. Bayangkan kalau kamu gampang melupakan kebaikan-kebaikannya baik secara umum maupun yang khusus ditujukan padamu. Dirimu bakal marah besar padanya seolah-olah dia memang sejak dulu menyebalkan.

Ini yang bikin kebencianmu terhadap seseorang melampaui duduk perkaranya. Kamu dapat membencinya setengah mati meski kesalahannya kecil sekali dan gak disengaja. Akibatnya, jalan menuju perdamaian pun menjadi penuh rintangan. Dia sudah meminta maaf, dirimu berkeras menolaknya.

Lain dengan seandainya kamu lebih banyak mengenang kebaikan orang. Semarah-marahnya dirimu akibat tindakannya, sebentar kemudian kamu sudah belajar buat memakluminya. Masalah bisa dibicarakan baik-baik sehingga ketegangan di antara kalian lekas mencair.

2. Ketika ia berpulang, otomatis kamu hanya menyebut kebaikannya

ilustrasi berdoa (pexels.com/Thirdman)

Kematian merupakan hal yang pasti di dunia ini. Di antara dirimu dengan seseorang, kemungkinannya hanya dua. Dia atau kamu duluan yang akan berpulang. Apabila seseorang terlebih dahulu meninggal dunia, orang-orang yang pernah mengenalnya dianjurkan cuma menyebut kebaikannya.

Bukan malah begitu kabar duka tersiar atau dirimu melayat justru sibuk membicarakan kesalahan-kesalahannya semasa hidup. Tindakan seperti ini sangat tidak terpuji. Sebutlah kebaikan almarhum/almarhumah atau lebih bijak kamu diam sebagai tanda penghormatan terhadapnya.

Kebaikan-kebaikan seseorang mesti dicamkan dalam pikiran. Ingatlah sampai waktu yang berlalu tidak terasa. Semua perbuatan baiknya seakan-akan baru terjadi kemarin. Kamu masih dapat mengingatnya dengan jelas sehingga mampu menceritakannya pada orang-orang yang tak mengetahuinya. Namanya menjadi bertambah harum.

3. Menghindarkan diri dari bergunjing tentangnya

ilustrasi merenung (pexels.com/Vladimir Fukalov)

Tidak ada pergunjingan yang membicarakan kebaikan orang. Bergunjing selalu merupakan aktivitas yang dipenuhi keburukan. Aib orang dikuliti bahkan ditambahi sampai menjadi fitnah. Orang yang baik pun dapat terkesan buruk oleh ulah penggosip.

Suatu kesalahan yang sudah menjadi masa lalu dan telah dipertanggungjawabkan pun masih saja dibahas. Orang yang terus digunjingkan tentu merasa tidak senang. Lebih baik kamu memperbanyak ingatan tentang kebaikan siapa pun daripada kekeliruannya.

Setelah terbiasa mengingat sisi positif orang lain, dirimu gak bakal tertarik buat menggunjingkannya. Bahkan kamu tidak gampang memercayai gunjingan orang tentangnya. Kamu berfokus pada kemuliaan hatinya.

Sebagai manusia, dia tentu punya salah. Namun, dirimu mengembalikan pertanggungjawaban atas kesalahan itu pada dirinya. Kamu gak mau ikut campur apalagi menghakimi.

4. Jadi contoh untukmu

ilustrasi merenung (pexels.com/SnapK Anh Phong)

Kamu tidak akan bisa mencontoh sesuatu yang bahkan gak diingat. Misalnya, dirimu hendak meniru sulaman orang lain. Maka hal pertama yang harus dilakukan ialah mengingat pola sulaman, ukuran, serta warna benangnya. Jika dirimu tidak mengingat sebagian apalagi seluruhnya, usaha membuat sulaman yang sama bakal gagal.

Demikian pula ketika kamu ingin menjadi pribadi yang makin baik dari waktu ke waktu. Berbagai kebaikan orang harus menjadi contoh bagimu. Lebih mudah kamu meniru kebaikan orang-orang di sekitarmu daripada memikirkan dalam-dalam bentuk kebaikan yang hendak dilakukan.

Tambah lama kamu memikirkannya, tambah besar keraguan yang timbul. Rasanya semua kebaikan punya celah yang membuatmu mengurungkannya. Sementara mengingat kebaikan orang lalu menirunya hampir seperti tindakan spontan.

Kebaikan yang pernah dilakukan seseorang berhasil mengetuk hatimu. Maka kamu juga optimis orang-orang bakal bereaksi positif atas tindakanmu yang serupa dengannya.

5. Belum tentu kamu bisa sebaik dia

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Setiap kebaikan orang hendaknya mendorongmu untuk becermin. Apakah kamu bisa melakukan kebaikan serupa dengannya? Kalau tidak ada jaminan tentang itu, jangan pernah menganggap sepele perbuatan baiknya. Kebaikan sekecil apa pun yang tak dapat dilakukan olehmu berarti itu sesuatu yang hebat.

Kamu mesti mampu mengakui hal tersebut. Bukan malah melupakannya seolah-olah dirimu sudah biasa melakukannya tanpa pamrih. Dengan kesadaran akan betapa berharganya kebaikan seseorang, kamu terhindar dari sikap tinggi hati. Dirimu menyadari adanya orang yang lebih baik darimu.

Bila kamu gak pernah merasa kurang dari orang lain, nanti malah sulit memperbaiki diri. Kualitas dirimu kian menurun. Proses peningkatan kualitas diri dimulai dari kemampuan mengapresiasi sisi positif orang lain. Akui bahwa kamu belum mampu sebaik dia. Tanpa sadar dirimu sedang dalam proses memperbaiki diri.

6. Juga belum tentu ada orang sebaik dia padamu

ilustrasi seorang pria (pexels.com/cottonbro studio)

Kebaikan orang lain dapat tampak remeh di matamu lantaran keyakinan bahwa banyak orang akan bersedia melakukannya untukmu. Padahal, belum tentu itu terjadi. Benar bahwa orang baik di dunia ini bukan hanya dirinya. Akan tetapi, orang yang sama bahkan lebih baik darinya boleh jadi berada jauh darimu.

Sebagai contoh, banyak orang mau saja membantumu ketika tertimpa musibah. Akan tetapi, harus ada uang lelah yang diberikan olehmu. Misalnya, ada orang yang mau disuruh beres-beres rumah saat anggota keluargamu berpulang. Namun, ujung-ujungnya kamu mesti membayar tenaganya.

Sementara itu, ada orang yang siap capek menolongmu tanpa bayaran sepeser pun bahkan tidak perlu diminta. Ucapan terima kasihmu juga bukan sesuatu yang penting baginya.

Dia datang dan bergerak begitu saja buat meringankan kesusahanmu. Di zaman banyak hal diukur dengan materi, menemukan orang yang sebaik dirinya tidak gampang. Ia satu di antara seribu alias sosok yang langka.

Kesalahan orang lain memang cenderung mudah membekas di hatimu karena menimbulkan rasa tidak nyaman yang kuat. Kamu harus berusaha buat lebih banyak mengenang kebaikan-kebaikannya. Jangan sampai satu kekeliruannya saja seolah-olah menghapus seluruh perbuatan baiknya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us