6 Alasan Kenapa Gak Semua Orang Harus Punya Passion, Ternyata Wajar!

- Gak semua orang punya akses untuk eksplorasi diri.
- Narasi tentang passion sering diromantisasi.
- Fokus sama keterampilan bisa lebih berguna.
Kata “passion” sering kali dijadiin standar emas dalam menentukan arah hidup. Beberapa orang merasa gagal atau tersesat hanya karena belum menemukan hal yang benar-benar mereka cintai. Padahal, sebenarnya gak masalah kalau kamu punya ketertarikan terhadap banyak hal. Ada berbagai cara untuk hidup bermakna tanpa harus menemukan satu hal yang membuatmu passionate.
Narasi tentang “follow your passion” sering kali dibentuk oleh cerita sukses yang disederhanakan. Seolah-olah semua orang yang berhasil dalam hidupnya menemukan satu hal yang mereka cintai sejak awal, lalu mengejarnya tanpa henti sampai berhasil. Padahal faktanya, hidup gak selalu ngasih kita ruang untuk ngejar apa yang kita suka. Kadang kita harus ambil pilihan yang paling masuk akal, demi memenuhi kebutuhan atau tanggung jawab. Dan itu gak bikin hidupmu jadi kurang berarti.
Banyak orang menjalani hidup dengan baik karena fleksibilitas dan keterbukaan untuk belajar banyak hal. Gak punya passion itu wajar. Berikut enam alasan kenapa gak semua orang harus memilikinya.
1. Gak semua orang punya akses untuk eksplorasi diri

Kita sering diminta untuk “menemukan diri sendiri” atau “cari tau apa yang bikin kamu semangat”. Padahal nyatanya, gak semua orang punya kesempatan buat eksplorasi diri secara bebas. Banyak yang dari kecil udah dibatasi oleh keadaan: harus bantu ekonomi keluarga, diarahkan sama orang tua, atau tumbuh di lingkungan yang gak mendukung perbedaan.
Eksplorasi itu butuh waktu, tenaga, bahkan biaya. Seseorang yang dari muda harus langsung kerja mungkin gak sempat mikir panjang soal apa yang benar-benar mereka suka. Kadang, pilihan yang tersedia cuma menjalani hidup sebaik-baiknya dengan kondisi seadanya. Gak tau apa passion-nya bukan berarti mereka gagal. Berhasil bertahan dan berkembang dari kesempatan yang ada pun udah luar biasa.
2. Narasi tentang passion sering diromantisasi
.jpg)
Cerita tentang orang yang berani mengejar passion dan akhirnya sukses sering terdengar inspiratif. Seolah lebih gampang untuk dapat work-life balance kalau udah bekerja sesuai keinginan. Padahal, pekerjaan berdasarkan passion pun akan tetap punya tantangan. Justru kadang ada ekspektasi yang tinggi untuk lebih sukses dan menikmati apa yang kamu lakukan. Misalnya, seseorang yang punya passion di bidang seni mungkin merasa tertekan untuk selalu kreatif dan menghasilkan karya hebat, sementara proses kreatif sering kali melelahkan dan penuh ketidakpastian.
Kerja sesuai passion gak otomatis menjamin stabilitas finansial atau keseimbangan hidup. Walaupun passion bisa menjadi motivasi, jangan lupa bahwa kebahagiaan juga datang dari banyak hal lain. Seperti hubungan baik, rasa aman, dan kemampuan menikmati momen sehari-hari. Mengikuti passion itu bukan jaminan untuk hidup to the fullest.
3. Fokus sama keterampilan bisa lebih berguna

Keterampilan adalah sesuatu yang bisa dibangun lewat latihan, pengalaman, dan kemauan belajar. Sering kali, lebih penting fokus pada apa yang kamu bisa dibandingkan apa yang kamu suka. Jadi realistis sama kemampuan diri adalah salah satu cara bertahan hidup. Orang yang jago di bidangnya, meski awalnya gak terlalu suka, bisa jadi malah mulai menikmati pekerjaannya karena merasa kompeten dan dihargai.
Sementara itu, mereka yang punya passion tapi gak punya keterampilan atau gak sabar mengembangkan diri malah bisa jadi mandek. Seringnya bisa karena biasa, kan? Gak harus cinta mati dulu sama suatu pekerjaan untuk bisa sukses. Tak sedikit orang yang mulai dari sekedar kerja dan berakhir sangat menikmati pekerjaannya. Ibaratnya, bangun dulu fondasinya, soal suka atau tidak bisa menyusul belakangan.
4. Passion bisa berubah sewaktu-waktu

Apa yang kamu anggap menarik atau penting saat usia 20-an mungkin akan berbeda ketika kamu menginjak umur 30 atau 40. Passion bukan sesuatu yang tetap. Bisa tumbuh dan berubah seiring waktu, pengalaman, atau prioritas hidup. Menggantungkan seluruh arah hidup pada satu hal yang kamu sukai sekarang bisa jadi riskan. Semisal awalnya kamu sangat passionate tentang dunia seni, tapi setelah beberapa tahun berubah jadi pendidikan atau teknologi.
Daripada keras mempertahankan passion lama yang udah gak relevan, lebih sehat untuk terbuka pada hal-hal baru. Fleksibilitas adalah kunci. Orang yang sukses sering bukan karena mereka selalu setia pada satu passion, tapi karena mereka adaptif dan tahu kapan harus berubah arah.
5. Terobsesi cari passion bisa bikin overthinking yang sia-sia

Banyak orang merasa terjebak karena belum menemukan “alasan kuat” yang bikin mereka semangat. Akhirnya, mereka malah gak jalan ke mana-mana. Terlalu fokus mencari passion bisa bikin kamu overthinking. Kamu jadi mempertanyakan setiap pilihan, takut salah langkah, atau terus membandingkan diri sama orang lain. Obsesif terhadap passion juga bisa bikin kamu melewatkan peluang bagus yang gak sesuai bayangan awalmu.
Alih-alih terus menunggu momen “Aha!”, lebih baik mulai dari hal kecil, coba, gagal, ulang, dan terus belajar. Karena sering kali, kejelasan itu datang dari tindakan, bukan dari pikiran. Jadi, jangan sampai kamu kehilangan waktu hanya karena sibuk cari “jalan sempurna” yang belum tentu ada.
6. Bekerja demi “tujuan” juga sama bernilainya

Meskipun punya pilihan untuk melakukan hal yang kamu mau, gak apa-apa kalau kamu memutuskan untuk memprioritaskan hal lain. Kebahagiaan bisa datang dari melihat orang lain bahagia. Bahkan, motivasi kayak gini seringnya lebih tahan lama dibanding passion yang berubah-ubah. Hidup yang bermakna bisa dibangun dari banyak cara. Termasuk lewat kontribusi dan tanggung jawab yang kamu jalani setiap hari.
Punya passion itu menyenangkan, tapi gak selalu relate sama semua orang. Semuanya balik lagi ke kondisi dan pertimbangan setiap orang. Hidup tanpa passion bukan berarti lebih payah, kok.