6 Perilaku Tercela yang Harus Dijauhi Seorang Muslim, Wajib Tahu!

Mungkin, kita sering tidak sadar telah melakukannya

Islam tidak hanya menekankan hubungan secara vertikal kepada Allah SWT, tetapi juga hubungan secara horizontal kepada sesama manusia. Kita harus menjauhi segala bentuk sikap maupun perbuatan yang dapat menyakiti muslim lainnya.

Nah, kali ini, kita akan mengulas sejumlah perilaku tercela yang harus dijauhi seorang muslim. Ada apa saja? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!

1. Gibah

6 Perilaku Tercela yang Harus Dijauhi Seorang Muslim, Wajib Tahu!ilustrasi gibah (pexels.com/Keira Burton)

Gibah seolah mendapat normalisasi di tengah masyarakat zaman sekarang. Padahal, perilaku tercela yang satu ini termasuk dosa besar, lho. Namun, apa gibah itu sebenarnya?

Secara istilah, gibah berasal dari bahasa Arab yang berarti 'mengumpat'. Lebih jelasnya, dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya,

“Tahukah engkau apa itu gibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan, berarti engkau telah menggibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim no. 2589)

Dari hadis di atas, bisa kita tangkap bahwa gibah sebenarnya membicarakan sesuatu—dalam hal ini kekurangan atau aib—yang memang ada pada orang lain, bukan kebohongan yang dibuat-buat. Kendati demikian, agama tidak membenarkan perbuatan tersebut karena dapat menyakiti perasaan orang lain.

Selain itu, perbuatan gibah ibarat memakan daging saudara kita yang sudah mati. Hal ini seperti yang telah Allah SWT firmankan dalam Surah Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat, [49]:12)

Karena termasuk dosa besar, dari laman Rumaysho, para ulama sepakat bahwa gibah adalah haram, baik itu melalui "lisan, tulisan, isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala" dan bentuk lainnya.

Oleh sebab itu, penting sekali bagi kita agar menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menuntun kita kepada gibah. Salah satu nasihat yang paling populer adalah dari Sufyan Ats Tsauriy rahimahullah yang berkata,

“Kurangi rasa ingin tahumu tentang orang lain. Niscaya, gibahmu juga akan berkurang.” [Siyar A’lam An Nurbala, 5/62]

2. Fitnah

6 Perilaku Tercela yang Harus Dijauhi Seorang Muslim, Wajib Tahu!ilustrasi menyebar fitnah (unsplash.com/Ben White)

Membicarakan aib yang memang ada pada seseorang saja tidak boleh, konon lagi menyebar berita bohong tentang seseorang. Perbuatan tersebut kita kenal sebagai fitnah.

Sebenarnya, penafsiran makna kata "fitnah" ada berbagai macam. Sebagai contoh, pada ungkapan "fitnah lebih kejam dari pembunuhan" yang berasal dari Surah Al-Baqarah ayat 191, Imam Ath-Thabari, berdasarkan laman Rumaysho, mengungkapkan bahwa kata "fitnah" di situ merujuk pada perbuatan syirik, bukan menebar berita kebohongan.

Lebih jauh lagi, Imam Ath-Thabari juga menjelaskan, makna kata "fitnah" berasal dari al-ibtila’ dan al-ikhtibar yang berarti 'ujian' atau 'cobaan'. Dalam hal ini, sebagai contoh, fitnah kubur maksudnya adalah ujian di alam kubur berupa pertanyaan-pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir.

Terlepas dari perbedaan pemahaman makna fitnah dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia, Islam tetaplah melarang umatnya menebar kebohongan tentang orang lain. Sama seperti gibah, hal tersebut dapat melukai perasaan orang lain.

Di dunia, para pelaku penyebar fitnah bisa dihukum dengan cara didera sebanyak 80 kali. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah An-Nur ayat 4 yang berbunyi,

وَٱلَّذِينَ يَرْمُونَ ٱلْمُحْصَنَٰتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا۟ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَآءَ فَٱجْلِدُوهُمْ ثَمَٰنِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا۟ لَهُمْ شَهَٰدَةً أَبَدًا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur, [24]:4)

Di samping itu, dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda yang artinya,

“Tidak masuk surga orang yang suka menyebarkan fitnah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Itu sebabnya, ketika datang sebuah kabar kepada kita, Allah menyuruh kita dalam Surah Al-Hujurat ayat 6 agar senantiasa tabayyun, yaitu memeriksa atau meneliti jauh informasi yang kita terima, yang bunyinya,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka tabayyun-lah (periksalah dengan teliti) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat, [49]:6)

Baca Juga: Hal-Hal yang Perlu Dipahami dalam Jual Beli sesuai Syariah Islam

3. Riya'

6 Perilaku Tercela yang Harus Dijauhi Seorang Muslim, Wajib Tahu!ilustrasi salat (unsplash.com/Masjid Pogung Dalangan)

Perilaku tercela berikutnya adalah riya'. Berasal dari bahasa Arab ru'yah yang berarti 'penglihatan', maksud dari riya' adalah melakukan perbuatan baik dan amal saleh bukan untuk mencari rida Allah SWT, melainkan agar mendapat pujian dari orang lain.

Dalam hal ini, seorang yang riya' akan beribadah dengan sangat khusyuk apabila berada di antara banyak orang. Hal ini supaya orang menganggap dirinya sebagai orang yang taat. Sebaliknya, di suasana yang sepi, orang yang riya' akan bermalas-malasan dalam ibadahnya.

Perilaku tercela yang satu ini sangat berbahaya karena dapat menghapus pahala. Dilansir laman Almanhaj, orang yang riya' juga tidak akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT karena ibadahnya semata-mata tidak ditujukan kepada-Nya.

Dalam Surah Al-Ma'un ayat 4–7, Allah memperingatkan tentang riya:

 فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ ﴿٤﴾ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ﴿٥﴾ الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ ﴿٦﴾ وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ 

Artinya: “Maka, kecelakaanlah bagi orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna.” (QS. Al-Ma’un, [107]:4–7)

Karena saking berbahayanya, Rasulullah bahkan khawatir jika para sahabat tertimpa riya. Dari Mahmud bin Labid, Nabi Muhammad SAW bersabda,

dm-player

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ ». قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِىَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِى الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً »

Artinya: “Sesungguhnya, yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik asgar (kecil).” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik asgar, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik asgar adalah) riya'. Allah Ta’ala berkata pada mereka yang berbuat riya' pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas amalan mereka: ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya di dunia. Lalu, lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?'" (HR. Ahmad 5: 429. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih).

Berdasarkan hadis di atas, riya' termasuk ke dalam syirik kecil. Hal ini karena sering kali, kita tidak sadar telah melakukan perilaku tercela ini. Bahkan, riya' lebih halus daripada rayapan semut.

Mengutip laman muslim.or.id, Rasulullah bersabda yang artinya,

"'Wahai sekalian manusia, jauhilah dosa syirik karena syirik itu lebih samar daripada rayapan seekor semut.' Lalu, ada orang yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana kami dapat menjauhi dosa syirik, sementara ia lebih samar daripada rayapan seekor semut?’ Rasulullah berkata, ‘Ucapkanlah Allahumma inni a’udzubika an usyrika bika wa ana a’lam wa astaghfiruka lima laa a’lam (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang aku sadari. Dan aku memohon ampun kepada-Mu atas dosa-dosa yang tidak aku ketahui)." (HR. Ahmad (4/403). Sahihkan menurut Syaikh al Albani dalam Shahiihul Jami’ (3731) dan Shahih at Targhiib wa at Tarhiib (36)).

4. Israf

6 Perilaku Tercela yang Harus Dijauhi Seorang Muslim, Wajib Tahu!ilustrasi boros belanja (unsplash.com/freestocks)

Sesuatu yang berlebihan hakikatnya tidak akan membawa kebaikan. Itulah mengapa Islam melarang perilaku israf. Berdasarkan laman Rumaysho, Ibnu 'Abidin mengartikan israf sebagai "menyalurkan sesuatu yang layak melebihi dari kadar layaknya".

Sebagai contoh, untuk Idul Fitri tahun ini, kita membeli sejumlah baju baru. Padahal, banyak pakaian kita yang masih cantik dan dalam keadaan bagus. Membeli baju untuk hari raya tentu diperbolehkan. Hanya saja, tidak boleh berlebihan.

Sesungguhnya, Allah SWT tidak menyukai perilaku melebih-lebihkan. Hal ini tergambar dalam firman-Nya yang berbunyi,

يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai musrifin (orang-orang yang berlebih-lebihan).” (QS. Al-A’raf, [7]:31)

Bukan hanya dalam masalah harta, seorang muslim juga tidak boleh israf dalam hal makan-minum dan bahkan ibadah. Bukannya banyak beribadah bagus?

Terkait hal ini, dari ‘Aisyah RA, Rasulullah SAW pernah bersabda,

إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّى فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لاَ يَدْرِى لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبَّ نَفْسَهُ

Artinya: “Jika salah seorang di antara kalian dalam keadaan mengantuk dalam salatnya, hendaklah ia tidur terlebih dahulu hingga hilang kantuknya. Karena jika salah seorang di antara kalian tetap salat, sedangkan ia dalam keadaan mengantuk, ia tidak akan tahu, mungkin ia bermaksud meminta ampun tetapi ternyata ia malah mencela dirinya sendiri.” (HR. Bukhari, no. 212 dan Muslim, no. 786).

Ada sejumlah pandangan dari ulama terkait hadis tersebut, salah satunya berasal dari Syaikh Musthafa Al-Bugha dalam Nuzhah Al-Muttaqin, hal. 88. Dirinya menjelaskan, hadis di atas menyuruh kita agar tidak berlebihan dan terlalu memaksakan diri dalam urusan ibadah.

Sesuai konteks di atas, rasa kantuk tentu bisa memudarkan rasa khusyuk. Membuka mata saja tidak sanggup, konon lagi mengingat Allah.

Selain itu, Syaikh Musthafa Al-Bugha juga menambahkan, alih-alih mendapat rida Allah, israf dalam beribadah malah bisa mendatangkan dosa, seperti melalaikan kewajiban mencari nafkah yang halal ataupun menjadi lalai dalam berbakti kepada orangtua.

5. Tabzir

6 Perilaku Tercela yang Harus Dijauhi Seorang Muslim, Wajib Tahu!ilustrasi membakar uang (unsplash.com/Jp Valery)

Tabzir, yakni 'mubazir' atau 'boros', sering disamakan dengan israf. Padahal, tidak sedemikian. Mengutip Rumaysho, Qatadah, dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (5: 68), mengartikan tabzir sebagai pengeluaran harta pada jalan maksiat. Hal ini berbeda dengan israf yang masih berkaitan dengan hal baik, tetapi berlebihan.

Mengapa mengeluarkan harta untuk hal yang tidak benar termasuk pemborosan? Misalkan, kita menghambur-hamburkan uang dengan membeli minuman keras. Harta yang kita habiskan tentu berakhir sia-sia karena bukannya mendatangkan pahala, malah memperbanyak dosa.

Apakah menghabiskan uang untuk jalan Allah juga termasuk pemborosan? Jawabannya, tidak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mujahid: “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabzir ...."

Berkaitan dengan tabzir, tentu saja Allah SWT tidak menyukainya. Bahkan, Ia menyebut orang-orang boros sebagai saudara setan.

وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26) إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا (27)

Artinya: "Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya, pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra, [17]:26–27)

6. Hasad

6 Perilaku Tercela yang Harus Dijauhi Seorang Muslim, Wajib Tahu!ilustrasi dengki (unsplash.com/Alex Mihai C)

Iri atau dengki ketika melihat nikmat pada orang lain dan berharap nikmat tersebut hilang darinya merupakan perilaku hasad. Sekalipun tidak mengharapkan karunia tersebut hilang, kita yang merasa benci tetap terhitung berbuat hasad.

Terdapat banyak bahaya hasad, salah satunya adalah melahap kebaikan layaknya kayu bakar. Rasulullah juga secara jelas melarang perilaku hasad dalam hadis berikut:

لاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَتَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً. المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَاهُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ. كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: "Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di sini–beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya." (HR. Muslim no. 2564)

Lebih jauh lagi, Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa setiap orang, baik yang beriman maupun tidak, tak akan terlepas dari penyakit hati yang satu ini sehingga kita harus senantiasa waspada. Namun, tidak semua hasad tercela.

Dari laman Rumaysho, hasad bisa dibagi menjadi empat macam. Yang buruk adalah ketika kita iri dan berusaha untuk menghilangkan nikmat yang orang lain miliki, baik melalui lisan maupun perbuatan.

Hasad yang baik adalah ketika kita cemburu melihat kemuliaan orang lain, terlebih dalam urusan agama, dan kita berusaha untuk mengunggulinya. Ini disebut sebagai ghibtoh dan diperbolehkan agama.

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

Artinya: “Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al-Qur’an dan sunah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari no. 73 dan Muslim no. 816). (Lihat Majmu’ Al Fatawa, 10: 111–112).

Sungguh buruk sekali dampak dari gibah, fitnah, hingga hasad. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari berbagai macam perilaku tercela, ya! 

Baca Juga: 5 Doa Islam untuk Membantumu Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

E N C E K U B I N A Photo Verified Writer E N C E K U B I N A

Mau cari kerja yang bisa rebahan terus~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya