Hindari 5 Hal Ini Biar Hobimu Membantu Gak Dikira Palsu

Tidak semua orang mudah tergerak hatinya untuk membantu orang lain yang memerlukan. Jadi, kemauanmu membantu mereka merupakan satu sikap yang perlu diapresiasi dan diteruskan. Namun, kesukaanmu menolong orang lain juga bukan tidak berisiko.
Tanpa kehati-hatian serta kepekaan diri, orang lain yang melihat aksi kebaikanmu justru dapat menilai semua yang kamu lakukan tidak didasari dengan ketulusan. Ada alasan mengapa mereka menilaimu seperti itu. Berikut pembahasannya lebih lanjut.
1. Terlalu pemilih dalam menetapkan siapa yang akan dibantu

Sikap selektif memang tetap diperlukan ketika kamu ingin membantu orang lain. Tujuannya semata-mata agar bantuanmu lebih tepat sasaran karena kamu tahu siapa yang paling perlu diprioritaskan untuk ditolong.
Akan tetapi, orang-orang juga mengamati pada siapa saja bantuanmu diberikan, lho. Hal sesepele kamu sebagai cowok cuma tampak selalu membantu cewek akan mengesankan ketidaktulusan. Kamu dianggap hanya mencari perhatian mereka alih-alih sungguh-sungguh berjiwa penolong.
2. Publikasi yang berlebihan saat kegiatan memberi bantuan

Hati-hati ketika kamu bermaksud mengabadikan kegiatan berbagi dalam foto atau video. Tidak ada salahnya jika sesekali kamu memublikasikannya. Barangkali kamu bermaksud mendorong orang lain agar gemar tolong-menolong.
Namun, sebaiknya wajah penerima bantuan tidak dengan jelas terpampang. Apalagi tanpa seizin mereka. Kalau publikasi kegiatan berbagimu mengabaikan hal tersebut bahkan jelas-jelas dijadikan konten yang memberimu hasil balik jauh lebih besar ketimbang bantuanmu, tentu orang lain meragukan ketulusanmu.
3. Membantu bermodalkan sumber daya milik orang lain tanpa izin

Contoh, kamu hanya diberi kepercayaan saudara yang merantau untuk merawat rumahnya yang kosong. Kamu diperbolehkan tinggal di situ ketimbang harus ngekos. Namun, lama-kelamaan kamu mengajak teman-temanmu untuk tinggal di sana juga tanpa izin dari pemilik rumah.
Sekalipun saudaramu tidak tahu, orang-orang di sekitarmu pasti menganggap sikap kamu keterlaluan. Kamu dicap ingin tampak kaya dan baik hati seakan-akan itu rumah pribadimu lalu memberi tumpangan tempat tinggal pada sejumlah orang.
4. Mengungkit kebaikanmu di kemudian hari

Melupakan perbuatan baikmu pada orang lain tentu tidaklah mudah. Manusia tak memiliki kemampuan untuk menghapus ingatan. Namun, sekadar tidak mengungkit kebaikan diri pada seseorang pastinya lebih gampang dilakukan.
Sebab apabila kamu gemar mengungkitnya, orang-orang berpikir kamu sebenarnya menghendaki balasan atas kebaikan tersebut. Atau, kamu ingin dikagumi oleh orang-orang dan dikenal sebagai pribadi yang suka membantu. Di hadapan penerima pertolongan maupun orang lain, kebaikan yang telah dilakukan sebaiknya jangan disebut-sebut lagi.
5. Lupa melepas label harga di barang yang akan diberikan pada orang lain

Ini masalah kecil dan kerap kali tidak sengaja dilakukan. Namun, akibatnya dapat fatal buat dirimu. Satu saja label harga masih terpasang di barang yang kamu berikan ke orang lain, orang bisa mengira maksudmu tak lebih dari pamer kemampuan finansial.
Bagi mereka yang dalam kesusahan materi, persoalan label harga di barang bantuanmu dapat terasa sebagai pukulan telak. Kira-kira beginilah kata hati mereka, "Mana bisa aku membeli barang-barang semahal ini?" Jika kamu meminta orang lain mengepak barang bantuan, ingatkan dia supaya melepas label harganya, ya.
Benar bahwa kamu tak perlu dalam posisi mengontrol cara pandang orang lain atas aksimu membantu berbagai pihak. Namun, bila kamu mampu menghindari kelima hal di atas dan meredam komentar miring orang, tentunya dirimu lebih tenang dan gak jera dalam melakukan kebaikan.



















