4 Alasan Korban Ghosting Lebih Susah Buat Move On, Butuh Closure?

Ghosting adalah sebutan untuk seseorang yang menghilang tiba-tiba tanpa permisi atau meninggalkan jejak. Ini biasanya terjadi pada sebuah hubungan yang tidak memiliki status (HTS). Sehingga membuat seseorang lebih mudah untuk pergi karena tanpa adanya komitmen yang jelas sebelumnya.
Memiliki komitmen atau tidak, yang pasti ghosting tetaplah menyakitkan. Mereka yang menjadi korban akan bingung dengan kepergian yang tiba-tiba. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang susah untuk melupakannya.
Apa sih sebenarnya yang membuat para korban ghosting itu susah untuk move on? Yuk, simak penjelasan berikut ini!
1. Masih denial akan kepergiannya yang tiba-tiba

Kebanyakan dari mereka yang menjadi korban ghosting akan menyangkal kepergian orang tersebut. Kepergiannya yang tiba-tiba dan tanpa permisi, membuat kita denial tentang apakah dia benar-benar pergi atau butuh jeda untuk hubungan yang ada.
Apalagi jika sebelumnya tidak ada masalah dalam hubungan mereka, ini jelas akan membingungkan. Seseorang yang menjadi korban bisa jadi masih menganggap jika ia tidak ditinggalkan, dan hanya diberi ruang sendiri untuk sementara waktu.
2. Tidak adanya alasan yang jelas mengenai kepergiannya

Ghosting yang berarti menghilang tiba-tiba jelas menimbulkan tanda tanya besar bagi mereka yang ditinggalkan begitu saja. Mereka pasti akan bertanya-tanya tentang apa alasan yang membuat seseorang pergi begitu saja.
Semua benar-benar tidak ada alasan yang jelas. Menghilang tanpa pamit dan meninggalkan pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban.
Ini bisa membuat seseorang terus berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan akan kembalinya. Sebab, ia merasa bahwa semua baik-baik saja. Tidak ada alasan apapun dari kepergiannya.
3. Karena tidak ada kabar tentang dia menjalin hubungan yang baru

Manusia terkadang butuh bukti yang jelas untuk bisa menerima dan memahami apa yang tengah terjadi. Sama halnya dengan mereka yang menjadi korban ghosting. Mereka butuh bukti berupa kabar tentang hubungan asmara dari seseorang yang meninggalkannya.
Tanpa ada kabar tentang hubungan tersebut, ia bisa terus denial dan berharap seseorang itu akan kembali. Berbeda halnya jika ia mengetahui tentang hubungan barunya. Dia akan punya alasan untuk berhenti mengharapkannya, mencoba untuk move on dan membuka hati pada orang baru.
4. Membutuhkan closure untuk mengakhiri semua yang masih mengambang tidak pasti

Memang tidak ada perpisahan yang baik-baik saja. Perpisahan itu pasti penuh luka. Namun, setidaknya jika ada ucapan untuk mengakhiri semuanya sebagai tanda perpisahan. Maka, rasa sakit yang dirasakan tidak akan sebesar ditinggalkan tanpa permisi.
Untuk itu, perlu closure untuk mengakhiri semuanya. Harus ada kejelasan agar tidak ada kesalahpahaman di kemudian hari.
Tak hanya itu saja, dengan adanya closure bisa membuat seseorang yang ditinggalkan lebih bisa berdamai dengan keadaan. Dia akan bisa melanjutkan hidupnya dengan baik tanpa harus bertanya-tanya tentang banyak hal. Salah satunya adalah tentang mengapa ia ditinggalkan. Adakah yang salah dengan dirinya? Apa ia begitu buruk dan lain sebagainya.
Menjadi korban ghosting memang tidak menyenangkan. Kita akan dibuat bingung oleh keadaannya. Denial tentang kepergiannya, khawatir ia kembali saat kita telanjur membuka hati pada orang baru, dan terus menerus merasa cemas menanti kabar darinya.
Perlu kalian ketahui jika seseorang menghilang begitu saja tanpa memberi aba-aba, bisa jadi karena memang bukan kamu yang dimau. Jadi, tak perlu khawatir berlebihan. Jika dia pergi, biarkan saja. Jangan sampai hidupmu tertunda hanya karena menanti kembalinya yang tidak pasti.