6 Hal yang Perlu Diperhatikan Sekolah untuk Berikan Pemahaman COVID-19

Jakarta, IDN Times - Deputi Bidang Sistem dan Strategi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Bernardus Wisnu Widjaja menyebutkan, ada enam hal yang perlu diperhatikan sektor pendidikan dalam memberikan penjelasan atau pemahaman terkait virus corona atau COVID-19, bagi seluruh komponen di lingkungan pendidikan, termasuk peserta didik.
Hal ini berkaitan dengan adanya kesempatan bagi enam persen siswa di zona hijau, yang diizinkan kembali belajar tatap muka di sekolah selama masa new normal atau normal baru menghadapi pandemik.
“Terkait dengan ancamannya apa, risikonya apa, di sini harus jelas diberikan secara jelas,” kata Bernardus dalam diskusi daring yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Unicef, Selasa (16/6).
1. Memperhatikan cara mengomunikasikan isu bencana agar mudah dipahami

Bernardus menjelaskan hal pertama yang perlu diperhatikan ketika memberi pemahaman terkait COVID-19 di lingkungan sekolah, adalah communication risk atau komunikasi kebencanaan.
Menurut Bernardus, penyelenggara pendidikan harus paham bagaimana cara menginformasikan isu kebencanaan. Sebab, hal tersebut kelihatan mudah, namun implementasinya tidak mudah.
"Karena sering kali bahasanya berbeda, apa yang kita sampaikan belum tentu diterima yang sama oleh anak didik dan mungkin orang sekitar itu," kata dia.
Salah satu alternatif yang bisa dilakukan, kata Bernardus, adalah dengan pendekatan berbasis teknologi.
2. Penerapan protokol kesehatan dan kebersihan di lingkungan sekolah

Selain itu, kata Bernardus, penyelenggara pendidikan juga harus bisa memperhatikan masalah kebersihan. Salah satunya adalah melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang dicanangkan Kementerian Kesehatan.
"Silakan itu disampaikan kepada yang ada di sekolah itu dan sekaligus sebagai operatornya, pihak sekolah juga menyiapkan fasilitas kebersihan," kata dia.
Kemudian, menurut Bernardus, untuk memberikan pemahaman tentang COVID-19, penerapan jaga jarak juga perlu semakin digalakkan. Sebab, menurut dia, orang Indonesia sering melakukan kontak fisik dalam berkomunikasi, seperti bersalaman, berpelukan dan lainnya.
"Orang Indonesia itu makhluk sosial yang luar biasa, mereka saya tidak bisa terpisah terlalu jauh selalu berdekatan," kata dia.
Selain itu, masyarakat juga perlu terus diedukasi untuk menggunakan masker, agar semakin paham masalah COVID-19 yang masih berlangsung saat ini.
3. Indonesia harus memperkuat dua hal ini, jika ingin adaptasi dengan COVID-19

Empat hal yang disebutkan Bernardus di atas adalah kondisi perubahan perilaku yang harus diadaptasikan. Karena, hal-hal tersebut banyak yang berlawanan dengan kebiasaan masyarakat Indonesia, yang suka bersalaman dan kontak fisik lainnya.
"Tapi itu kebiasaan-kebiasaan kita yang tidak relevan lagi dengan COVID-19 ini," kata dia.
Kemudian, kata Bernardus, dua hal lainnya adalah sesuatu yang bisa dianggap kelemahan Indonesia dalam mengembangkan pemahaman terkait COVID-19, yakni masalah testing, tracing dan isolating.
"Artinya secara infrastruktur sekolah juga harus menyediakan, organisasi tadi juga melakukan pemantauan, harus ada di sana. Kemudian fasilitas kesehatan di sekolah juga harus disiapkan kalau kita ingin semuanya selamat," kata dia.
Terakhir, Bernardus menambahkan, sekolah harus bisa memberi treatment atau perawatan terkait kasus COVID-19 ketika suatu lingkungan ingin beradaptasi di tengah pandemik virus corona.