Abraham Samad: Isu Radikalisme di KPK Itu Bohong

Jakarta, IDN Times - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad membantah keras ada paham radikalisme di institusi yang ia pimpin. Baginya, isu radikalisme lalu pembagian adanya penyidik Taliban dan India adalah rumor yang sengaja dihembuskan oleh orang-orang yang takut terhadap agenda pemberantasan korupsi.
"Bohong semua itu (di KPK ada paham radikal). Rumor itu sengaja disebar tujuannya, agar masyarakat nantinya menjauhi KPK," kata Samad ketika menjawab pertanyaan IDN Times di sebuah kafe di Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Penyidik Taliban merujuk ke sosok individu seperti Novel Baswedan yang mengenakan celana cingkrang, berjenggot dan mengenakan peci. Sedangkan penyidik India merujuk ke individu penyidik yang bertugas dari kepolisian.
Menurut Samad, isu radikalisme merupakan rumor yang mudah dipercayai oleh publik. Harapannya, publik tak lagi memberikan dukungan bagi institusi antirasuah itu.
Lalu, apa bukti KPK pro terhadap toleransi dan keberagaman?
1. Abraham Samad sempat membentuk organisasi Oikumene

Samad kemudian menceritakan salah satu kebijakannya ketika masih menjadi pimpinan institusi antirasuah yakni membentuk organisasi bagi para pegawai di KPK yang beragama Katolik.
"Waktu itu wadahnya diberi nama Oikumene. Silakan ditanya ke KPK apakah wadah tersebut masih ada," kata pria yang kini aktif mengajar di Makassar itu kepada IDN Times.
IDN Times sempat mengecek organisasi tersebut kepada Ketua Wadah Pegawai KPK periode saat ini, Yudi Purnomo. Ia membenarkan organisasi itu masih ada hingga kini.
Oleh sebab itu, Samad mengaku heran bagaimana mungkin KPK bisa disebut organisasi yang memiliki pegawai dengan paham radikal.
"Di sana, justru pluralisme itu kuat. Saya berani jamin 100 persen di KPK itu bersih dan tidak ada aksi radikalisme," katanya lagi.
2. Pakai celana cingkrang belum tentu menggambarkan individu tersebut memiliki paham radikal

Samad sekali lagi mengingatkan publik tidak bisa dikatakan orang disebut radikal hanya karena ia memelihara jenggot, mengenakan peci dan celana cingkrang. Pemahaman seperti itu, kata dia, adalah keliru.
"Itu kan menyangkut keyakinan orang dan kita gak boleh masuk di dalamnya," kata Samad lagi.
Baginya yang terpenting, individu yang bersangkutan tidak benar-benar melakukan aksi radikalisme.
3. Abraham Samad tidak mempermasalahkan pansel capim KPK meminta agar BNPT dilibatkan

Pada kesempatan itu, Samad turut mengurai pendapatnya mengenai seleksi capim KPK. Baginya, tidak masalah apabila panitia seleksi turut menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk menelusuri rekam jejak para capim institusi antirasuah.
Justru, ia berharap pansel KPK turut menggandeng lebih banyak organisasi yang bukan berasal dari badan pemerintah. Dua di antaranya LSM dan universitas.
"Supaya dia (pansel) mendapatkan gambaran yang jelas tentang rekam jejak orang tersebut. Apabila organisasi yang dilibatkan terbatas ya data yang diperoleh juga terbatas," kata dia.
Sebagai contoh, bisa saja nantinya pansel memperoleh data soal perilaku para kandidat selama menempuh studi apabila menggandeng universitas.
"Apakah ketika dulu mereka membuat tesis atau disertasi, itu mencontek atau plagiat tidak," katanya lagi.
Ia juga menyebut di situ lah media memiliki peranan penting. Lantaran, media pasti memiliki cara untuk menguak latar belakang capim KPK tersebut.
4. Abraham mewanti-wanti cara paling ampuh menghancurkan KPK dilakukan dari dalam institusi itu sendiri

Samad pun tak lupa untuk mengajak publik ikut memantau dari dekat proses seleksi capim KPK. Sebab, ada begitu banyak pihak yang ingin menghancurkan institusi antirasuah. Menurut Samad, ada dua cara untuk menghancurkan KPK yakni dari luar institusi atau dari dalam.
"Kalau (ingin menghancurkan) dari luar, mudah sekali ditangkap, bahkan masyarakat sipil dan publik bisa mengatasi dan melawannya. Tapi, kalau ancamannya dari dalam maka itu tidak akan terlihat oleh publik dan itulah yang dinantikan," kata pria yang sempat diisukan digaet oleh partai politik itu.
Ancaman yang dimaksud Samad datang dari dalam yakni pertama, menyusupkan kepentingan dari luar ke dalam KPK.
"Kepentingan itu disusupkan lewat orang-orang tertentu. Karena kalau orang-orang tertentu itu sudah masuk ke dalam, maka mereka lah yang akan mengenyahkan KPK dari dalam. Begitu kira-kira," tutur Samad.
Ia menyebut proses untuk menyusupkan orang-orang tertentu ke dalam KPK tengah berlangsung melalui seleksi capim. Samad menegaskan masih banyak orang jujur di Indonesia, asal panitia seleksinya mau jujur dengan dirinya sendiri.
"Bagaimana caranya mencari orang jujur, maka pansel harus menerapkan sistem rekrutmen yang ada saat ini secara benar dan tepat," kata dia.
Kamu setuju guys, dengan pendapat Bang Samad?