Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Anak Jadi Korban Pembubaran Paksa Ibadah di Padang, Menteri PPPA: Anak Berhak Dapat Pendidikan

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi, Jumat (23/5/2025). IDN Times/Ashrawi Muin
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi, Jumat (23/5/2025). IDN Times/Ashrawi Muin
Intinya sih...
  • Insiden ini menyisakan trauma bagi anak-anak yang jadi saksi langsung kekerasan. Kekerasan dan tindakan intoleran dapat menimbulkan luka psikologis yang berdampak panjang pada tumbuh kembang mereka.
  • Anak-anak yang menyaksikan kekerasan bisa membawa ketakutan itu sepanjang hidup jika tak ditangani dengan baik. Pemerintah Kota Padang mengambil langkah cepat untuk pemulihan korban.

Jakarta, IDN Times – Tangisan anak-anak pecah saat kaca-kaca jendela Rumah Doa Jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Anugerah di Padang, Sumatra Barat, dihantam kayu oleh orang-orang yang hendak mengusir mereka.

Mereka berpegangan tangan dan berlari keluar dari tempat pembinaan rohani yang selama ini mereka ikuti. Rumah doa itu pun berubah menjadi lokasi trauma bagi mereka. Bahkan, dua anak mengalami luka-luka karena dipukul massa yang berupaya mengusirnya.

Peristiwa itu menyisakan luka, bukan hanya di dinding dan kaca jendela yang hancur, tetapi juga di hati anak-anak itu. Di tengah kehancuran fisik, ada jiwa kecil yang menangis dalam diam.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, pun angkat suara. Dia menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden tersebut.

“Kami sangat menyayangkan atas terjadinya insiden di Padang. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, termasuk pendidikan keagamaan, tanpa rasa takut atau ancaman,” ujar Menteri Arifah, dalam keterangannya, dikutip Sabtu (2/8/2025)

1. Anak-anak harus tumbuh dan belajar dalam suasana damai

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi dalam acara Rapat Koordinasi Pengembangan Ruang Bersama Indonesia (RBI), di kantornya, Senin (28/4/2025) (Youtube/KemenPPPA RI)
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi dalam acara Rapat Koordinasi Pengembangan Ruang Bersama Indonesia (RBI), di kantornya, Senin (28/4/2025) (Youtube/KemenPPPA RI)

Dia mengatakan, insiden ini menyisakan trauma bagi anak-anak yang jadi saksi langsung kekerasan. Kekerasan dan tindakan intoleran seperti ini dapat menimbulkan luka psikologis yang mendalam dan berdampak panjang pada tumbuh kembang mereka.

"Anak-anak harus tumbuh dan belajar dalam suasana damai, bukan dalam ketakutan," kata dia.

2. Anak-anak yang menyaksikan kekerasan bisa membawa ketakutan

Screenshot_20250728_193929_X.jpg
Peristiwa perusakan rumah doa umat Kristen terjadi di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatra Barat. (Dokumentasi istimewa)

Trauma yang ditinggalkan peristiwa ini bukan hal sepele. Menurut dia, anak-anak yang menyaksikan kekerasan bisa membawa ketakutan itu sepanjang hidup jika tak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, Arifah mengapresiasi langkah cepat Pemerintah Kota Padang yang langsung mengambil tindakan untuk pemulihan korban.

“Kami mengapresiasi respons sigap dari Pemerintah Kota Padang yang menegaskan komitmennya untuk mengawal kegiatan pembinaan dan pendidikan agama di rumah doa itu agar dapat kembali berjalan aman dan menjamin pendampingan psikologis bagi anak-anak korban melalui dinas sosial,” kata dia.

“Ini adalah contoh baik bagaimana pemerintah daerah harus hadir dan bertindak cepat dalam melindungi warganya, khususnya anak-anak," ujar dia.

3. Pentingnya langkah hukum terhadap para pelaku kekerasan

WhatsApp Image 2025-07-29 at 08.20.27_30cdff51.jpg
Beberapa peralatan di rumah doa yang rusak akibat penyerangan (Foto: Tangkap Layar Video Viral)

Namun, perhatian tidak berhenti pada pemulihan psikologis saja. Dia juga menegaskan pentingnya langkah hukum terhadap para pelaku kekerasan.

“Kemen PPPA akan terus memantau proses pendampingan anak-anak korban serta mendorong koordinasi lintas sektor agar kejadian serupa tidak terulang. Toleransi bukan hanya slogan, tapi harus menjadi nilai yang diwujudkan dalam setiap tindakan, terutama saat menyangkut kepentingan terbaik anak. Tidak ada kompromi terhadap kekerasan, terlebih jika itu menyasar anak,” kata dia.

Arifah mengatakan, tanggung jawab menjaga anak bukan hanya milik keluarga dan sekolah, tapi milik semua orang bahkan bangsa.

“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama saling menjaga dan memberikan perlindungan bagi anak di lingkungan terdekat. Peran masyarakat sebagai lingkungan sosial tempat anak bertumbuh dan berkembang juga memiliki andil besar dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak," katanya

Dia mendorong agar masyarakat segera melapor kepada pihak berwenang atau melalui hotline SAPA 129 pada nomor 129 atau WhatsApp 08-111-129-129 jika mengalami atau melihat kekerasan terhadap anak.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us