Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Anak Rasakan Dampak Nyata, Muhadjir: Krisis Iklim, Krisis Hak Anak

Menko PMK, Muhadjir Effendy evaluasi arus mudik dan balik 2024. (dok. Kemenko PMK)
Menko PMK, Muhadjir Effendy evaluasi arus mudik dan balik 2024. (dok. Kemenko PMK)

Jakarta, IDN Times - Kehidupan anak-anak terancam akibat perubahan iklim. Hampir 710 juta anak saat ini tinggal di negara-negara dengan risiko tertinggi terkena dampak krisis iklim. Indonesia sendiri berada di peringkat ke-46 dengan faktor iklim dan lingkungan pada tingkat keparahan sangat tinggi. 

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, anak-anak menanggung beban yang berat dan tidak proporsional, karena tumbuh dalam situasi yang mengancam. 

"Kondisi ini diperberat dengan anak memiliki faktor-faktor yang membuatnya lebih rentan secara fisik, sosial dan ekonomi. Dengan demikian, krisis iklim adalah juga krisis hak-hak anak," ujar Muhadjir dalam sambutan yang diwakili oleh Deputi Peningkatan Anak, Perempuan dan Pemuda Kemenko PMK Woro Srihastuti di Kemenko PMK, Kamis (25/5/2024).

1. Anak-anak rasakan dampak nyata perubahan iklim

Deputi Peningkatan Anak, Perempuan dan Pemuda Kemenko PMK, Woro Srihastuti di Kantor Kemenko PMK Kamis (24/4/2024). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)
Deputi Peningkatan Anak, Perempuan dan Pemuda Kemenko PMK, Woro Srihastuti di Kantor Kemenko PMK Kamis (24/4/2024). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Muhadjir mengungkapkan, dampak nyata yang dirasakan anak-anak di antaranya infeksi saluran pernapasan akut, sehingga menyebabkan mereka tidak dapat masuk sekolah.

"Kerawanan pangan sebagai dampak kekeringan berkontribusi pada kemiskinan, dan mendorong peningkatan angka perkawinan anak serta prevalensi stunting," katanya.

2. Kekeringan buat anak stunting sampai alami kekerasan

Ilustrasi kekeringan. (unsplash.com/Md. Hasanuzzaman Himel)
Ilustrasi kekeringan. (unsplash.com/Md. Hasanuzzaman Himel)

Muhadjir mengapresiasi temuan Save the Children Indonesia yang telah melakukan Kajian Cepat pada tahun 2023, melalui unit penelitian CERDAS tentang Aksi Adaptasi dan Antisipatif Perubahan Iklim di Provinsi NTT dan NTB dengan fokus wilayah Sumba Timur, Lombok Barat, dan Kupang.

Dalam kajian tersebut, ditemukan kondisi yang menunjukkan bahwa dampak kekeringan berkepanjangan yang berulang berpengaruh terhadap kelompok rentan seperti anak-anak.

Berdasarkan Data SSGI Tahun 2022, prevalensi stunting di Kabupaten Lombok Barat sebesar 34,0 persen atau kategori sangat tinggi.

"Anak-anak juga dilibatkan dalam pengambilan air yang ditempuh dengan jarak jauh di pagi hari. Kondisi ini tentunya mengganggu aktivitas belajar mengajar pada anak-anak. Lebih jauh lagi, kondisi ini juga menimbulkan tekanan emosional dan stres pada keluarga sehingga dapat mendorong terjadinya kekerasan dalam rumah tangga," katanya.

3. Pemerintah susun strategi ketahanan iklim

Menko PMK Muhadjir Serahkan Santunan Kecelakaan Kerja dan Kematian Bagi Petugas Ad Hoc Pemilu 2024. (dok. Kemenko PMK)
Menko PMK Muhadjir Serahkan Santunan Kecelakaan Kerja dan Kematian Bagi Petugas Ad Hoc Pemilu 2024. (dok. Kemenko PMK)

Muhadjir mengatakan, pemerintah telah menyusun strategi ketahanan iklim dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025-2045 dengan visi Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan” sebagai upaya menghadapi dampak perubahan iklim ke depan. 

"Fokus strategi tersebut meliputi penguatan ketahanan infrastruktur, teknologi, tata kelola dan pendanaan, serta meningkatkan peran masyarakat. Peningkatan resiliensi terhadap perubahan iklim akan mempengaruhi kapasitas kita dalam mencapai target Indonesia Emas 2045," paparnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
Dini Suciatiningrum
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us