Debat Pilkada Jakarta Kurang Greget, Ridwan Kamil: Bukan Ring Tinju

- Ridwan Kamil menyatakan bahwa gaya bicaranya santai dan tenang saat debat Pilkada DKI Jakarta.
- Menurutnya, setiap kandidat memiliki gaya berbicara yang berbeda, dan ia tidak ingin memaksakan diri untuk merubah gayanya.
Jakarta, IDN Times - Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil buka suara soal gelaran debat perdana Pilkada DKI Jakarta dianggap kurang menarik.
"Saya cuma menyampaikan, debat itu kan bukan ring tinju ya. Jadi yang penting itu pesan sampai," kata dia saat ditemui awak media di Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Senin (7/10/2024).
1. Ridwan Kamil akui gaya bicaranya cenderung santai

Mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar) itu menjelaskan, setiap kandidat punya gayanya masing-masing dalam menyampaikan gagasan. Ridwan Kamil mengaku, dirinya bukan tipikal gaya bicara yang cenderung santai dan tenang.
"Pesan sampai itu bisa dengan cara kalem atau cara teriak-teriak. Kalau itu mah kepribadian dari paslonnya. Saya gayanya nggak bisa teriak-teriak kenceng. Saya gayanya santai. Terarah, tenang, gitu kan," tuturnya.
2. Justru aneh kalau Ridwan Kamil tiba-tiba gaya bicaranya berubah

Ridwan Kamil mengatakan, justru akan terlihat aneh jika tiba-tiba gaya bicaranya saat debat berubah. Ia mengaku tak ingin memaksakan merubah gaya berkomunikasi.
"Tiba-tiba Ridwan Kamil berubah. Polanya kan jadi aneh kelihatan maksain, kan," ucap dia.
3. Elite PKS sebut debat era Anies-Ahok lebih menarik ketimbang sekarang

Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera mengakui performa ketiga kandidat di debat perdana Pilkada DKI Jakarta 2024 terlalu normatif.
Mardani pun mengaku lebih tertarik menonton debat Anies Baswedan, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Pilkada DKI Jakarta 2017 silam.
"Saya ngerasain Anies-Ahok menarik ya, nah ini mungkin ke depan bisa lebih tajam lagi," kata Mardani di JIEXPO, Jakarta Pusat, Minggu (6/10/2024).
Mardani lantas berharap debat kedua pada 27 Oktober 2024 bisa berjalan lebih sengit lagi. Ketiga kandidat diharapkan lebih lugas dan lebih banyak belanja masalah di masyarakat.
"Karena demokrasi Jakarta kan sudah sangat maju, sehingga berharap ini bisa jadi etalase yang tiap pimpinan calon nomor urut 1, 2, 3 itu punya kemampuan yang tajam," kata dia.