Cerita Sedih Tamara Jadi Manusia Silver, Kesakitan Demi Dapat Uang

Kemensos berikan ATENSI pada Tamara agar bisa hidup mandiri

Jakarta, IDN Times - Manusia silver kini menjadi pilihan bagi sebagian orang untuk mengais rezeki di jalanan, terutama di persimpangan jalan. Mereka rela melumuri seluruh tubuhnya dengan cat dan seharian di bawah terik matahari.

Kisah pilu kehidupan manusia silver juga pernah dialami Tamara Beneradet Reken. Perempuan berusia 54 tahun ini terpaksa jadi manusia silver karena dagangannya sepi pembeli sejak pandemik COVID-19 melanda.

1. Tamara berjualan bambu Jepang, namun sepi pembeli sejak pandemik COVID-19 datang

Cerita Sedih Tamara Jadi Manusia Silver, Kesakitan Demi Dapat UangIlustrasi (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Dikutip situs resmi Kemensos.go id, Tamara merantau ke Jakarta sejak 1980. Ia bersama rekan-rekannya mengadu nasib di ibu kota dengan membuat grup musik dan hingga 2013, bahkan mereka tampil di beberapa kafe di ibu kota.

Pada 2014, Tamara beralih profesi menjual bambu Jepang di sekitar Terminal Lebak Bulus. Namun, saat pandemik menerjang, usahanya terpaksa gulung tikar.

“Saya jual bambu Jepang tuh lama, sampai awal 2020, namun semenjak COVID itu terminal juga sepi banget gak ada yang mau beli dagangan saya. Saya butuh makan. Yah mau gimana lagi, saya nyoba peruntungan jadi manusia silver. Orang tahunya saya males kerja, masih muda tapi minta-minta. Mereka gak tahu cerita hidup saya,” ujar Tamara, Senin (27/9/2021).

Baca Juga: Derita Anak-Anak Manusia Silver, Merintih Kesakitan demi Dapat Rupiah 

2. Jadi manusia silver, Tamara bisa dapat 300 ribu dalam sehari

Cerita Sedih Tamara Jadi Manusia Silver, Kesakitan Demi Dapat UangAnak-anak menjadi manusia silver di tengah pandemik di Jalan Raya Caman, Rabu (12/8/2020) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Tamara pun merasakan pahit hidup di jalanan serta tidur di emperan toko. Tamara mengaku sampai saat ini dia belum pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah bahkan belum bisa mendapatkan vaksin COVID-19 karena kartu identitasnya pun hilang.

“Saya biasa tidur di emperan pak. Ngapain malu. Kalau malu, gak hidup kita. Jadi manusia silver, saya bisa dapet uang sampai Rp300 ribu sehari. Saya belum pernah dapat bantuan dari pemerintah. Mau vaksin aja susah karena KTP hilang. Susah lagi ngurus yang baru,” ucap Tamara.

3. Sekujur kulit merasa sakit karena efek cat

Cerita Sedih Tamara Jadi Manusia Silver, Kesakitan Demi Dapat UangManusia silver di Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Tamara mengaku sempat merasakan sakit di sekujur kulitnya karena efek cat manusia silver. Tapi ia tak punya pilihan.

"Lha gimana lagi gak ada orang yang mau memberikan bantuan juga," imbuhnya.

4. Mensos Risma terjunkan tim untuk asesmen Tamara

Cerita Sedih Tamara Jadi Manusia Silver, Kesakitan Demi Dapat UangMenteri Sosial RI Tri Rismaharini blusukan dan menyapa pemulung di bawah fly over Mampang, Jakarta Selatan, Rabu (6/1/2021) (Dok. Kemensos)

Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini yang mengetahui kisah Tamara segera memberikan arahan agar dilakukan asesmen kebutuhan terhadap Tamara sehingga dapat direncanakan layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) yang tepat untuk mengatasi krisis yang dihadapinya.

Kepala Balai Melati Jakarta, Romal Uli Jaya Sinaga menugaskan pekerja sosial untuk menemukan Tamara dan selanjutnya melakukan asesmen kebutuhan.

Petugas Balai Melati Jakarta belum berhasil menemukan keberadaan Tamara di bawah fly over Gaplek, Pamulang, Banten.

Petugas balai memberikan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) bagi Tamara. Petugas menjelaskan bahaya penggunaan cat pada tubuh yang dapat memberikan efek buruk jangka panjang.

Sebab, kandungan kimia yang terdapat pada cat dapat meresap ke dalam kulit dan bersifat karsinogenik. Hal ini memicu kanker dan iritasi kulit hebat akibat penggunaan cat tersebut. 

Baca Juga: Kisah Salwa, Bocah Manusia Silver yang Menangis di Depan Risma   

5. Tamara disiapkan untuk mulai berwirausaha

Cerita Sedih Tamara Jadi Manusia Silver, Kesakitan Demi Dapat UangTamara Beneradet Reken kini berjualan di pinggir jalan/dok Kemensos

Petugas akhirnya berhasil meyakinkan Tamara untuk beralih profesi agar tak lagi menjadi manusia silver dan hidup menggelandang di jalan. Tamara direncanakan diantar ke Balai Melati Jakarta untuk mendapatkan layanan ATENSI Residensial.

Satu unit usaha telah disiapkan bagi Tamara di Sentra Kreasi Atensi (SKA) Balai Melati Jakarta agar Tamara dapat mulai berwirausaha dan mengatasi krisis yang dihadapinya. Pihak Balai Melati juga memfasilitasi proses pengurusan KTP baru dan pendaftaran vaksinasi COVID-19 bagi Tamara. 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya